RANU ASMARA
ES
S
K
U
S
U
J
U
N
E
ERJUANG M
GIGIH B
Masa silam sebagai kuli bangunan membuatnya
bertekad kuat untuk meraih hidup yang lebih
baik. Doa dan nasehat orangtua ia jadikan
modal untuk gigih berjuang. Kini, kebahagiaan
dan sukses bersama keluarga telah ia raih. Apa
saja kiat-kiatnya?
Sore itu, mentari bersiap menuju peraduannya. Cahaya kemerahan
menerpa hangat sebuah toko bangunan di daerah Letokdawan,
Geyer, Jawa Tengah. Tapi, kehangatan itu belum bisa membuat hati
seorang kuli bahagia. Seperti biasa ia sedang menghitung upah harian
sebesar Rp60.000. Upah itu untuk biaya makan satu hari esok di luar
biaya hidup lainnya. “Tidak cukup lagi,” batinnya sambil menghela
nafas. “Kapan hidup saya berubah?”
Sudah satu setengah tahun ia menjadi kuli. Selama itu, ia selalu gundah
saat menerima upah. Padahal ia punya mimpi memiliki tabungan dan
kehidupan indah. Dengan upah seperti itu, kapan impian itu bisa
terwujud?
Namun, saat mengingat doa-doa kedua orangtuanya, ia masih selalu
giat bekerja. Benar saja, berkat doa-doa tersebut harapan memiliki
pekerjaan terbuka lebar ketika seorang teman memberi informasi
lowongan kerja menjadi sekuriti di ISS Indonesia. Ranu Asmara, begitu
nama kuli bangunan itu, dengan antusias segera melayangkan surat
dan dokumen lamaran kerja ke ISS Indonesia.
“Teman saya bilang, kalau mau mempunyai pendapatan yang besar
dan jenjang karir yang jelas, melamar saja di ISS Indonesia. Singkat
cerita saya lulus dan diterima bekerja. Saat itu saya pikir sekuriti hanya
menjaga kantor atau perumahan saja,” kenang pria yang akrab disapa
Ranu ini sambil tersenyum. Ranu pun mengikuti program pendidikan
dan pelatihan sekuriti ISS Indonesia di Cileunyi, Jawa Barat, dengan
modal hidup yang tidak seberapa.
Hari-hari program pelatihan berlalu, kegigihan Ranu kembali diuji.
Merantau ke kota dengan modal pas-pasan, tentu tidak mudah.
Apalagi, Ranu tak memiliki sanak saudara di kota itu. Beruntung, sang
6
Vol. 2 - No. 06 | Agustus 2017 | GREAT ISS