Great ISS Agustus 2017 | Page 6

RANU ASMARA ES S K U S U J U N E ERJUANG M GIGIH B Masa silam sebagai kuli bangunan membuatnya bertekad kuat untuk meraih hidup yang lebih baik. Doa dan nasehat orangtua ia jadikan modal untuk gigih berjuang. Kini, kebahagiaan dan sukses bersama keluarga telah ia raih. Apa saja kiat-kiatnya? Sore itu, mentari bersiap menuju peraduannya. Cahaya kemerahan menerpa hangat sebuah toko bangunan di daerah Letokdawan, Geyer, Jawa Tengah. Tapi, kehangatan itu belum bisa membuat hati seorang kuli bahagia. Seperti biasa ia sedang menghitung upah harian sebesar Rp60.000. Upah itu untuk biaya makan satu hari esok di luar biaya hidup lainnya. “Tidak cukup lagi,” batinnya sambil menghela nafas. “Kapan hidup saya berubah?” Sudah satu setengah tahun ia menjadi kuli. Selama itu, ia selalu gundah saat menerima upah. Padahal ia punya mimpi memiliki tabungan dan kehidupan indah. Dengan upah seperti itu, kapan impian itu bisa terwujud? Namun, saat mengingat doa-doa kedua orangtuanya, ia masih selalu giat bekerja. Benar saja, berkat doa-doa tersebut harapan memiliki pekerjaan terbuka lebar ketika seorang teman memberi informasi lowongan kerja menjadi sekuriti di ISS Indonesia. Ranu Asmara, begitu nama kuli bangunan itu, dengan antusias segera melayangkan surat dan dokumen lamaran kerja ke ISS Indonesia. “Teman saya bilang, kalau mau mempunyai pendapatan yang besar dan jenjang karir yang jelas, melamar saja di ISS Indonesia. Singkat cerita saya lulus dan diterima bekerja. Saat itu saya pikir sekuriti hanya menjaga kantor atau perumahan saja,” kenang pria yang akrab disapa Ranu ini sambil tersenyum. Ranu pun mengikuti program pendidikan dan pelatihan sekuriti ISS Indonesia di Cileunyi, Jawa Barat, dengan modal hidup yang tidak seberapa. Hari-hari program pelatihan berlalu, kegigihan Ranu kembali diuji. Merantau ke kota dengan modal pas-pasan, tentu tidak mudah. Apalagi, Ranu tak memiliki sanak saudara di kota itu. Beruntung, sang 6 Vol. 2 - No. 06 | Agustus 2017 | GREAT ISS