P
ertamina akhirnya gagal
mengelola Blok Mahakam.
Kontrak Total E&P dan
Inpex Corporation dengan
pemerintah Indonesia
konon diperpanjang 5 tahun lagi
hingga 2022. Blok Mahakam yang
digadang-gadang akan dikelola
oleh anak negeri pasca berakhirnya
kontrak pada 2017, kini jatuh ke
pelukan asing kembali. Hanya
saja, ada perubahan komposisi
kepemilikan. Total dan Inpex, dua
raksasa migas ini mendapat jatah
70 persen. Sementara sisanya, 30
persen dikelola Pertamina dan
BUMD (Badan Usaha Milik Daerah).
Di BUMD ini konon ada pemain baru
di bidang migas yakni Mandiri Oil.
Perihal keputusan ini sudah
diprediksi jauh-jauh hari oleh
Salamuddin Daeng peneliti The
Institute for Global Justice. Tentu
saja Daeng menyayangkan
keputusan pemerintah yang m asih
pro asing. Kepada wartawan GEO
ENERGI, Sri Widodo, Ishak Pardosi
dan pewarta foto Sarwono yang
menemuinya di kawasan Tebet
Jakarta Selatan, 01 Oktober 2013
lalu, Daeng berbicara banyak
tentang Pertamina. Petikannya:
geo energi/ sarwono
Kami mendengar saham Blok
Mahakam sudah dibagi-bagi.
Total dan Inpex mendapat 70
persen, Pertamina dan BUMD
mendapat 30 persen. Apa
pendapat Anda?
Pemerintah seharusnya tak
memperpanjang kontrak Total dan
menyerahkan Blok Mahakam ke
Pertamina. Kalau sharing seperti itu
tetap saja mengikuti skema biasa,
yakni investasi. Pertamina harus
mengeluarkan anggaran, 30% untuk
investasinya. Kalau begitu kita rugi
lah, rugi telak. Kontrak itu harus
diakhiri dan konsesinya diberikan ke
Pertamina.
Apakah Pertamina mampu?
Soal bagaimana Pertamina
mencari modal untuk operasi dan
semacamnya, itu nanti urusan
Pertamina sebagai BUMN. Tak usah
ada perpanjangan lagi, atau sharing
apapun alasannya.
Bagaimana pendapat Anda
tentang kondisi Pertamina
EDISI 36 / Tahun III / oktober 2013
Salamuddin Daeng
Peneliti The Institute for Global Justice
“Bisnis Pertamina,
Susah Dimengerti”
sekarang?
Pertamina yang sekarang tidak
lagi memungkinkan untuk bagus.
Karena kalau dengan konsep yang
sekarang, Pertamina itu mengabdi
kepada bisnisnya, bukan untuk
kepentingan nasional di bidang
energi. Pertamina lebih ke profit dan
tidak ada hubungannya dengan
kesejahteraan masyarakat. Yang
sekarang itu liberal. Menempatkan
dia sebagai perusahaan negara
yang dibiayai negara yang
bersumber dari pajak negara, tetapi
dia tidak berkelakukan seperti
perusahaan negara tetapi sebagai
swasta.
Apa saja yang terjadi di tubuh
Pertamina saat ini?
Jadi kalau kita melihat Pertamina
sekarang, praktik bisnisnya makin
susah dimengerti publik. Contoh
sederhana, Pertamina memproduksi
23