Garuda Indonesia Colours Magazine March 2014 | Page 121

Travel | London Di tengah hiruk pikuknya Kota London, terdapat Soho dengan warisan masa lalunya, pusat perbelanjaan terkini serta beragam tempat hiburan. Soho Square terlihat jauh lebih sepi jika dibandingkan dengan hiruk pikuk di tengah Kota London. Di tamannya yang penuh pohon terdapat juga patung-patung, berbagai macam bunga serta meja ping-pong di mana-mana. Tapi pada sore di musim panas, tempat ini tidak lagi sepi. Halaman hijaunya tergantikan dengan hamparan permadani berwarna-warni para pengunjung datang untuk berjemur. Mereka beramai-ramai duduk atau berbaring, menikmati piknik sore atau datang untuk sekedar bercengkerama. Lima ratus tahun lalu hal ini tidaklah mungkin dilakukan. Rumput hijau itu mungkin dulunya hanyalah sebuah bagian kecil dari lanskap sebuah desa yang sekarang menjadi bagian ujung barat London, tempat berburu pribadi Raja Henry VIII. Para keluarga kerajaan pun kerap datang ke tempat ini selama lebih dari satu abad sebelum mereka akhirnya menjualnya ke agen properti pada tahun 1670-an. Sebuah tanda di Soho Square menjelaskan asal mula nama yang membuat penasaran ini, berawal dari pekikan para pemburu pada abad ke-16 seperti ucapan “Tally-ho!” yang masih sering diucapkan saat ini (seperti ajakan yang bersemangat) saat akan melakukan sesuatu. Ketika seekor rubah atau kelinci terlihat, kata “So-ho!” biasa diserukan, dan tak lama terdengarlah keriuhan para bangsawan pemburu tersebut, juga derap langkah kaki-kaki kuda dan anjing yang segera mengejar binatang tak beruntung itu. 119 Bagi penduduk Soho, sarapan ala Soho di Koya Bar menandai akhir ‘hari’ mereka alih-alih untuk memulainya tinggi. Suasana Inggrisnya sangatlah kental: bar-bar kuno (dengan nama seperti The Spice of Life) berada di pojok jalan; pasar tenda yang menjual buah dan sayuran buka setiap hari di Berwick Street; kadang-kadang terlihat seorang polisi (atau biasa dipanggil ‘bobby’) sedang berpatroli, sibuk berjalan bolak balik melewati kotak telepon umum merah yang khas. Soho mungkin merupakan bagian dari salah satu kota terkemuka di dunia, tapi tempat ini memiliki suasana kota kecil yang hangat. Yang dimaksud kota kecil di sini adalah desa-desa yang berkumpul menjadi satu di area sepanjang setengah kilometer persegi yang nyaman ini. Ada bar yang buka hingga larut dan kafe yang terletak tidak jauh dari Shaftesbury Avenue; area agensi iklan dan media di sekitar Golden Square; pusat mode di Carnaby Street; dan pusat jual beli di Berwick Street. Orang-orang bekerja, berbelanja, dan juga bermain di sini – bahkan ada pula yang tinggal di sini: di kamar-kamar apartemen mungil dengan tangga yang lapuk atau (untuk beberapa yang beruntung) di deretan rumah townhouse yang elegan. Beberapa penghuninya yang terkenal sepanjang masa adalah Karl Marx, komposer legendaris Mozart dan Listz, pelukis Constable dan Canaletto, serta playboy asal Venesia Cassanova yang merupakan seniman, filsuf, penemu Jika seruan kata “So-ho!” masih digunakan pada zaman sekarang, mungkin kita akan mendengarnya di saat musim belanja, di mana para penggila belanja berbondong-bondong menuju Jalan Oxford atau Regent. Atau mungkin dari para pemburu hidangan dalam misinya mencari dim sum di kafe-kafe China di sepanjang Shaftesbury Avenue. Mungkin juga dari pemburu literatur yang memadati Charing Cross Road, mencari buku-buku baru maupun bekas di toko buku yang banyak terdapat di jalan tersebut. Empat jalan ikonik tersebut kini membatasi daerah di bagian utara, barat, selatan dan timur Soho. Walaupun wajah jalan ini berubah seiring masa yang berlalu, daerah yang mereka batasi tetap mencerminkan nuansa abad ke-18. Jalanjalannya sempit dan berdempet-dempet, bahkan beberapa di antaranya belum diaspal. Rumahrumah bergaya Georgian dengan dinding bata merah tampak berderet rapi di beberapa jalanan tersebut, walaupun sesekali barisan itu terpotong dengan rumah modern yang menjulang lebih A graffiti image of the Queen on Moor St looks disapprovingly at the old cobbled road that makes cycling a little difficult. Lina delicatessen – making its own pasta for 70 years.