Garuda Indonesia Colours Magazine June 2018 | Page 124

122 Travel | Tana Toraja 1 2 3 1 Dancers set the pace for four days of Tana Toraja funeral ceremonies. 2 The rice barns are supported by round pillars from ‘banga palm’ trunks, which are too smooth to allow access to vermin. 3 Tongkonan houses are decorated with carvings (on soft, permeable uru wood), each of which has an ancient significance. Selama ratusan tahun, Tana Toraja tersembunyi dari dunia luar—semacam Shangri-La di dataran tinggi Sulawesi. Mark Eveleigh menceritakan petualangannya menyaksikan kematian dan kehidupan bersama salah satu komunitas adat paling unik di dunia. “Anda tidak akan kehilangan arah di Tana Toraja,” kata pemandu Andi Aminullah, saat mobil kami melintasi jalanan berkelok di sepanjang tepian sawah. “Kalau Anda perhatikan, setiap rumah tradisional di sini menghadap ke utara!” Ketika saya melihat ke bawah lembah, memang benar: atap-atap rumahnya semua menghadap ke utara. Kata orang, atap unik ini menyerupai tanduk kerbau, tetapi menurut saya lebih mirip lambung sebuah kapal besar. Jika dilihat dari udara, dataran tinggi ini bagai tertutup oleh kapal-kapal besar yang menunggu air pasang untuk berlayar. Sawah bertingkat di sekitarnya tampak seperti ombak yang mengelilingi tongkonan (nama rumah tradisional ini) dan skuadron pembantunya, yakni lumbung-lumbung padi berbentuk sama. Suara sang pemandu memecah lamunan saya. “Orang-orang di sini percaya bahwa orang Toraja pertama berasal dari Tiongkok. Waktu mereka tiba di pantai Sulawesi, mereka berbelok ke utara dan berlayar ke Sungai Saddang.” Menurut cerita, ketika mereka sampai di celah pegunungan, yang sekarang menjadi Tana Toraja, kapal mereka menabrak bebatuan. Lalu mereka menaikkan kapal tersebut dengan tiang dan menggunakannya sebagai atap. Sampai sekarang, semua tongkonan dibangun menghadap ke utara, seolah menunggu untuk melanjutkan perjalanan mereka. Orang-orang Eropa baru menemukan Tana Toraja 300 tahun setelah mereka pertama kali tiba di Sulawesi. Meski kini perjalanan dari Makassar menuju Toraja hanya memakan waktu sekitar sembilan jam, lokasinya yang terpencil dan terasing menjadi bagian dari petualangan menuju ke sana. Perjalanan darat di sepanjang pinggiran timur Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung menyuguhkan pemandangan paling spektakuler yang pernah saya lihat di seluruh Indonesia. Di daerah yang terkenal dengan kekayaan budaya dan tradisi yang penuh warna ini, pemandangan indah menjadi bonus tak terduga. Andi Aminullah—“Panggil saya Ullah,” katanya, “seperti U-lah-lah”—adalah pemandu untuk agen wisata khusus Asia, Backyard Travel, dan salah satu yang paling berpengalaman di Sulawesi. Meski ia seorang Bugis, antusiasme dan rasa hormatnya terhadap budaya Toraja terlihat jelas. “Ini salah satu daerah paling luar biasa di negara ini,” katanya. “Saya sudah memandu di sini hampir 25 tahun dan setiap kali saya datang, ada sesuatu yang