Ketika Dua ’’Wartawan’’ Turba
Kali ini, Wakil Ketua Komisi I DPR
Drs Ramadhan Pohan MIS turun
ke bawah (turba) tidak sendirian.
Ia didampingi caleg DPRD
Provinsi Sumut Farianda Putra
Sinik. Tentu saja, keduanya dari
Partai Demokrat.
Ramadhan Pohan
berbincang bersama
caleg DPRD Provinsi
Sumut dari Partai
Demokrat yang
juga Pemimpin
Redaksi Medan Pos
Farianda Putra Sinik
di kantornya, Kamis
(12/12).
F
ARIANDA memiliki Dapil di
Medan kota dan sekitarnya.
Namun, ia merasa pas
menggandeng Ramadhan
karena sama-sama berasal
dunia yang sama, yakni wartawan.
Farianda masih aktif bekerja sebagai
pemimpin redaksi Medan Pos.
Dengan latar belakang yang sama,
maka keduanya memiliki idealisme
tak jauh berbeda. ‘’Satu yang menjadi
tugas kita adalah bagaimana mengemas
informasi tentang program-program yang
telah dilakukan pemerintah, dalam hal ini
Presiden SBY dengan Partai Demokrat,’’
kata Farianda, Kamis (12/12).
Selama ini, kata dia, media
terlalu tampak pragmatis dengan
menginterpretasikan kepentingan publik
berdasarkan kepentingan bisnis dan
sosial-politik pemiliknya.
Farianda prihatin, di satu sisi
media hadir sebagai sumber informasi
alternatif bagi publik, namun di sisi lain
medua merekayasa atau memanfaatkan
informasi tersebut untuk kepentingan
pragmatisnya sendiri. Ia sepakat, pers
sejatinya harus berimbang.
Diskusi menjadi panjang ketika
FOTO. BAMBANG
INDRA K
Ramadhan menyempatkan berkunjung
ke redaksi Medan Pos. Salah satu
koran tertua di Sumatera Utara ini,
Intinya, jika pemimpin dulu
yang kita pilih tidak ada
memberikan perhatian
terhadap kita, tidak usah
dipilih kembali
RAMADHAN POHAN
menginspirasi Ramadhan bagaimana
mempertahankan idealisme di tengah
gempuran globalisasi dengan berbagai
jenis kontennya.
Dua wartawan dan mantan wara
t
wan itu pun melakukan turba bersama
ke Deli Serdang. Mereka bersama
masyarakat berbaur, makan bersama di
bawah tenda sederhana yang bocor.
Keduanya lantas membuka dialog,
mendengar keluh kesah warga. Ny Ana,
salah satu dari ibu-ibu yang hadir dalam
pertemuan tersebut, tanpa ada rasa
malu atau minder, curhat.
’’Kami dulu pernah buat usaha ke
ri ik ubi. Tapi cemana, modalnya seri g
p
n
terpakai untuk membeli makan. Terakhir
ya berhenti lah,’’ ungkap Ny Ana.
Ramadhan memberikan respon.
’’Nanti kak, kalau ada program
pemerintah yang turun. Kita usahakan
supaya Kak Ana dan ibu-ibu yang lain
bisa dapat bantuan usaha itu. Supaya
kakak bisa lanjut lagi jualannya.’’
Ustad Abdul Manab menimpali,
masyarakat di sini sebesar 56 persen
tidak percaya lagi kepemerintahan.
‘’Padahal kita sebagai umat muslim dan
umat beragama, wajib memilih seorang
pemimpin.’’
Ramadhan memberi penceraha