Sahabat Parlemen
pemimpin,’’ kata Ramadhan.
Namun, lanjut dia, masih
sedikit pemimpin yang mau
memudahkan akses masyarakat
pada dirinya. ‘’Kalau saya, saya
punya facebook, twitter, website
hingga instagram. Bahkan, di
Medan dan sekitarnya ada call
center.’’
Menurut dia, era digital
sekarang dimama ICT menjadi
dominan, juga mengubah
strategi dalam sistem politik
dan pemerintahan. ‘’Informasi
menjadi deras, akses sedemikian
terbuka, tidak ada lagi hal yang
bisa ditutupi.’’
Sementara itu, dua seminar
lainnya digelar di Deli Serdang,
tentang KPI dan sebuah seminar
kebangsaan di IAIN.
Seminar KPI mengambil
tema ’’Literasi Media dan
Penyiaran Media yang Sehat,’’
digelar pada Sabtu (21/12).
Dengan dihadiri 130 orang
peserta seminar mengundang
nara sumber Drs Ramadhan
Pohan, MIS (wakil ketua Komisi
I DPR RI),. Mazdhalifah Ph.D
(dosen Fak. Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik USU), serta H Fajar
A.Isnugroho,M.Si (komisioner
KPI Pusat). Moderator dalam
seminar tersebut adalah Dr
Syafruddin Pohan, pengurus dari
KPI provinsi Sumatera Utara.
Ramadhan dalam salah satu
pemaparannya mengatakan, KPI
harus memperketat kinerjanya.
Misalnya, terhadap siaran yang
berbau mistik. Siaran itu sangat
tidak mendidik bagi masyarakat
apalagi anak-anak.
’’Film hantu itu sangat tidak
mendidik. Apalagi film hantunya
ada adegan pornografi. Itu
sangat tidak baik,’’ tegasnya.
Kemudian, Ramadhan juga
menekankan pada KPI untuk
mengontrol setiap siaran agar
siaran tersebut terarah dengan
jelas dan teratur.
Setelah selama 90 menit
ketiga narasumber memberikan
pemaparan dalam seminar,
lalu moderator memberikan
kesempatan pada peserta.
Hal yang ditanya kebanyakan
mengenai penyiaran politik.
Seperti yang dipertanyakan oleh
ibu Susi.
Ia menanyakan hal tersebut
karena Ibu Susi merasa risih
dengan hal tersebut. ’’Kan
belum kampanye, kenapa sudah
ada iklan kampanye?.’’
Lalu pihak KPI yang diwakili
oleh H. Fajar A. Isnugroho M.Si
menjelaskan, KPI telah menegur
stasiun televisi yang melanggar
tentang peraturan pemilu yang
berhubungan denga kampanye.
Setelah sesi tanya jawab
selesai, Ramadhan Pohan
memberi kesimpulan bahwa
masa depan anak, masa depan
kita. ’’Itu tergantung dari
lingkungan sekitar, termasuk
juga dengan media,’’ katanya.
Maka, KPI harus melakukan
kontrol lebih ketat pada media
agar media itu dapat dikonsumsi
oleh publik secara baik dan bijak.
Sementara itu, Seminar
di Fak. Usuluddin IAIN
Sumatera Utara mengambil
tema tentang ’’Menatap Masa
Depan Indonesia yang Sukses
Bermartabat Menuju 2014’’.
Seminar dilangsungkan di ruang
Pusbinsa IAIN Sumatera Utara,
Sabtu, (21/12).
Seminar menampilkan
pembicara Faisal Riza, MA
(dosen IAIN), Drs Ramadhan
Pohan, MIS (wakil ketua Komisi
1 DPR RI), serta M. Yasser,
calon legislatif dari Partai
Bulan Bintang. Moderator oleh
Ferry, S.Sos, alumni Fakultas
Usuluddin IAIN Sumatera Utara.
Seminar diawali dengan
pemaparan dari narasumber
pertama yaitu Faisal Riza, MA.
Beliau menjelaskan bahwa politik
itu merupakan pendekatan.
’’Saya tak menyangka bisa
ketemu dengan politikus idaman
saya, Ramadhan Pohan,’’
ungkapnya.
(bik/bowo)
Perkenalkan
Program Pemerintah
BAGI Muhammad Azhari, anggota Komisi
VI DPR RI, reses atau libur selalu diisi dengan
kegiatan bersama konstituen. Di sini, ia lebih
mementingkan kegiatan berupa sosialisasi
program-program kepenerintahan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono.
‘‘Banyak sekali program Pak SBY yang
tidak diekspos oleh media. Padahal banyak
sekali dan sangat pro rakyat,’’ katanya di selasela kesibukannya di Dapilnya, Kabupaten
Bogor.
Sebagai contoh, ia dengan gencar
mengunjungi daerah minus dan bermasalah.
Salah satu indikatornya mudah yakni tingginya
angka perceraian.
Ternyata, di beberapa wilayah, dibanjiri
bank gelap alias rentenir. ‘‘Memerangi praktik
rentenir yang memprihatinkan itu menjadi fokus
saya,’’ kata anggota dewan yang juga pengurus
Kadin ini.
Ada 100 desa yang sudah dia garap,
memperkenalkan program KUR (Kredit Usaha
Rakyat). Program KUR, dengan bunga yang
sangat rendah, adalah salah satu keberhasilan
Presiden SBY.
Dana proram itu, cukup besar, yakni Rp 35
triliun pada tahun 2013. Dan, pada 2014 lebih
besar lagi yakni Rp 40 triliun. Kenapa ringan
dan anti-rentenir? Sebab, program ini bagi
pesertanya mendapat jaminan dari program
Jaminan Kredit Indonesia yang ditopang
oleh pemerintah sebesar Rp 2 triliun hingga
Desember 2013. ‘‘Program-program sukses
seperti ini ka