GARDU ASPIRASI (GARASI) EDISI 48 / JANUARI 2014 | Page 12

Kuliner Lezatnya Sop RM Sipirok Jalan Sunggal Letaknya di pinggir jalan Sunggal, Medan. Kalau ke tempat makan ini, harus siang. Sebab, sore sedikit sudah ludes. I TULAH rumah makan Sipirok. Menu utamanya, adalah sup daging dan daging panggang. Jam buka, sekitar pukul 10.00 hingga 15.00 WIB. ‘’Kami bukan tak mau sampai malam, tetapi memang cukup berjualan siang saja,’’ kata Yusniar Nasution, pemilik dan koki utama resto ini. Sebenarnya, ada menu lainnya seperti gulai ikan sale, hingga ikan mas asam pedas. Namun, sop daging tetap menjadi andalan, dan nyaris 90 persen 12 | GARDU ASPIRASI • JANUARI 2014 penjualan berasal dari menu ini. ‘’Banyak yang bilang, saya harusnya buka sampai malam. Bahkan, seorang menteri dari Malaysia pernah menawari saya membuka cabang di sana. Tapi, saya tidak mau,’’ kata Yusniar, ketika menerima tim Rukun Perubahan Ramadhan Pohan, Sabtu (7/12). Alasan mendasar, bagi Yusniar dan suaminya Zulfikar, berdagang adalah ibadah.’’Begini saja sudah cukup bagi kami,’’ kata Yusniar, yang menjadi peracik semua bumbu di resto tersebut. Karenanya, ia memilih tutup selama bulan puasa dan lebaran. Juga pada bulan haji, mengurangi jam buka. Sopnya sangat khas. Empuk, dan tidak amis. ‘’Mencucinya harus benarbenar bersih,’’ katanya. Yang dipilih, bukan daging sapi. Tetapi, daging kerbau. ‘’Tepatnya bagian iga dan sekitarnya,’’ katanya. Pasokan daging kerbau di Medan dan sekitarnya, terbatas. Ini pula yang menjadi alasan, kenapa mereka enggan ekspansi. ‘’Rata-rata kami menghabiskan 75 – 100 kilogram per hari untuk sop saja,’’ tambah Zulfikar. Hal utama yang membuat resto ini bercirikan khas, adalah kombinasi sop dengan berbagai tumis khas Tapanuli Selatan. Sebut saja sambal pati, dan sambal bunga pepaya yang disajikan bersama, dengan diantar pelayan ke meja pelanggan dengan cepat. Belum lagi sambal teri, dipadu saus sambal asam dengan daun ubi tumbuk, rebusan daun singkong makin menggugah selera. Sambal dan tumis yang disajikan pada cawan kecil ini dibanrol rata-rata Rp 10.000, sedangkan sop Rp 50.000 per porsi. Seluruhnya disajikan dalam kondisi hangat, termasuk nasi. ‘’Berasnya kami bawa langsung dari Sipirok. Di Medan, tidak ada beras itu,’’ ujar Yusniar. Semua sajian itu menjadi rahasia Yusniar, yang diperolehnya dari almarhum kedua orang tuanya, pemilik rumah makan Siang Malam di Sipirok. Rumah makan ini cukup dikenal di sana, sudah berdiri sejak tahun 1954. Yusniar pun tampaknya menjadi pewaris resep terakhir. Sebab, dua anaknya (putri) sudah tidak mau meneruskan. Mereka sekarang sedang menimba di UGM Jogjakarta dan Unpad Bandung. ‘’Kata anak saya, usaha rumah makan capek. Lalu, saya ingatkan, agar usaha apa saja kelak, harus dengan semangat beribadah,’’ tambahnya, menyebut kunci sukses bisnisnya itu. (bik)