Kuliner
Lezatnya Sop RM Sipirok
Jalan Sunggal
Letaknya di pinggir jalan
Sunggal, Medan. Kalau ke
tempat makan ini, harus siang.
Sebab, sore sedikit sudah ludes.
I
TULAH rumah makan Sipirok.
Menu utamanya, adalah sup daging
dan daging panggang. Jam buka,
sekitar pukul 10.00 hingga 15.00
WIB. ‘’Kami bukan tak mau sampai
malam, tetapi memang cukup berjualan
siang saja,’’ kata Yusniar Nasution,
pemilik dan koki utama resto ini.
Sebenarnya, ada menu lainnya
seperti gulai ikan sale, hingga ikan mas
asam pedas. Namun, sop daging tetap
menjadi andalan, dan nyaris
90 persen
12 |
GARDU ASPIRASI • JANUARI 2014
penjualan berasal dari menu ini.
‘’Banyak yang bilang,
saya harusnya buka sampai
malam. Bahkan, seorang
menteri dari Malaysia pernah
menawari saya membuka
cabang di sana. Tapi, saya
tidak mau,’’ kata Yusniar,
ketika menerima tim Rukun
Perubahan Ramadhan
Pohan, Sabtu (7/12).
Alasan mendasar, bagi
Yusniar dan suaminya
Zulfikar, berdagang adalah
ibadah.’’Begini saja sudah
cukup bagi kami,’’ kata
Yusniar, yang menjadi
peracik semua bumbu di
resto tersebut. Karenanya, ia memilih
tutup selama bulan puasa dan lebaran.
Juga pada bulan haji, mengurangi jam
buka.
Sopnya sangat
khas. Empuk,
dan tidak amis.
‘’Mencucinya
harus benarbenar bersih,’’
katanya.
Yang dipilih,
bukan daging
sapi. Tetapi, daging
kerbau. ‘’Tepatnya
bagian iga dan
sekitarnya,’’ katanya.
Pasokan daging kerbau di Medan
dan sekitarnya, terbatas. Ini pula
yang menjadi alasan, kenapa mereka
enggan ekspansi. ‘’Rata-rata kami
menghabiskan 75 – 100 kilogram
per hari untuk sop saja,’’ tambah
Zulfikar.
Hal utama yang membuat resto ini
bercirikan khas, adalah kombinasi sop
dengan berbagai tumis khas Tapanuli
Selatan.
Sebut saja sambal pati, dan sambal
bunga pepaya yang disajikan bersama,
dengan diantar pelayan ke meja
pelanggan dengan cepat. Belum lagi
sambal teri, dipadu saus sambal asam
dengan daun ubi tumbuk, rebusan daun
singkong makin menggugah selera.
Sambal dan tumis yang disajikan pada
cawan kecil ini dibanrol rata-rata Rp
10.000, sedangkan sop Rp 50.000 per
porsi.
Seluruhnya disajikan dalam kondisi
hangat, termasuk nasi. ‘’Berasnya kami
bawa langsung dari Sipirok. Di Medan,
tidak ada beras itu,’’ ujar Yusniar.
Semua sajian itu menjadi rahasia
Yusniar, yang diperolehnya dari
almarhum kedua orang tuanya, pemilik
rumah makan Siang Malam di
Sipirok. Rumah makan
ini cukup dikenal
di sana, sudah
berdiri sejak
tahun 1954.
Yusniar pun
tampaknya
menjadi pewaris
resep terakhir.
Sebab, dua anaknya
(putri) sudah tidak
mau meneruskan. Mereka
sekarang sedang menimba di UGM
Jogjakarta dan Unpad Bandung.
‘’Kata anak saya, usaha rumah
makan capek. Lalu, saya ingatkan, agar
usaha apa saja kelak, harus dengan
semangat beribadah,’’ tambahnya,
menyebut kunci sukses bisnisnya itu.
(bik)