Hal yang paling mengejutkan adalah ketika sedikit banyak
saya mulai memahami fitur-fitur pada kamera digital, saya
temukan kenyataan bahwa ternyata fotografer professional
pun, tidak terlalu memahami seting kamera digital yang
dimilikinya, sehingga kemampuan kamera digital modern
tidak digunakan secara optimal. Belum selesai rasa
penasaran saya terhadap para fotografer professional yang
"gaptek" ini, ternyata banyak fotografer muda berbakat yang
lahir begitu saja menjadi "juara" dalam menghasilkan fotofoto luarbiasa, tanpa melalui prosesi pendidikan
berkepanjangan yang telah dilalui oleh fotografer
professional. Apakah ini pertanda, punahnya sekolahsekolah fotografi di berbagai belahan dunia?
Pertanyaan saya tersebut di atas, ternyata juga dengan
mudah terjawab oleh lahirnya berbagai program pelatihan
fotografi yang mudah murah dan bermutu. Semua lahir
dalam era digital, tanpa proses inkubasi yang berlarut-larut...
mereka semua lahir secara instan dan mengancam
eksistensi para fotografer professional yang terlambat
menyiasati strategi menyelamatkan sumber kehidupannya.
Apakah hal ini menjadi krisis bagi fotografer professional?
Sebenarnya saya tidak melihatnya hal tersebut sebagai
ancaman, sampai suatu ketika saya sengaja membayar
fotografer professional untuk meliput acara perkawinan anak
saya. Banyak cerita yang disampaikan rekan fotografer yang
saya sewa ini, dan akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa
teknologi telah menggeser ketrampilan fotografi menjadi hal
teknis dan otomatis sehingga memudahkan semua orang
untuk berkarya, namun semua itu bukan akhir segalanya,
karena peluang usaha hanya bergeser dan berubah
bentuknya, kita manusia hanya tinggal mengikuti dan
menyiasatinya supaya bisa survive menghadapinya.
Semoga anda adalah orang yang sedang melaju mengikuti
9