44 | 45
POLITIK LUAR NEGERI
Pada tahun 2016 Jerman menjadi pimpinan OSCE dan dengan demikian memperkuat peran sertanya dalam lembaga ini
Untuk lebih mendukung organisasi-organisasi
lalu berkembang dari Konferensi untuk Keaman-
internasional dalam misi perdamaian, Jerman
an dan Kerja Sama di Eropa (KSCE). Dokumen
akan lebih meningkatkan pelatihan dan penye-
yang menjadi landasan kerja OSCE adalah akte
diaan tenaga sipil untuk penanganan krisis se-
penutup konferensi Helsinki di tahun 1975, di-
cara lebih profesional. Pusat Misi Perdamaian
mana antara lain disepakati batas negara yang
Internasional (ZIF) yang didirikan tahun 2002
tidak dapat diganggu gugat, serta pencapaian so-
memiliki ‘pool’ sebanyak 1.500 tenaga yang siap
lusi damai atas segala pertikaian. Kedua hal ini
ditempatkan. Jumlah ini akan terus dikem-
merupakan prinsip mendasar dalam ketatanan
bangkan. ZIF menyeleksi para ahli sipil ini, me-
perdamaian di Eropa.
nyiapkan mereka melalui program pelatihan
untuk siap diutus menjadi pengamat dan pen-
OSCE sebagai Forum Utama untuk
cipta perdamaian di kawasan konflik maupun
Perdamaian dan Keamanan di Eropa
di daerah pasca-konflik. Lembaga ini lalu mengolah hasil dari pengalaman para tenaga per-
Organisasi ini mencakup 57 negara anggota di
damaian sipil ini. Melalui kerja sama dengan
Eropa, Amerika Utara dan Asia Tengah, dan
Kementerian Luar Negeri, ZIF hingga tahun
dengan demikian merupakan organisasi re-
2015 mengutus 3.000 pengamat sukarela jangka
gional terbesar di dunia dengan tugas menjaga
pendek dan jangka panjang ke misi pengamat-
keamanan secara kolektif. Dalam penanganan
an pemilu dan ke berbagai proyek di 65 negara.
krisis di Ukraina, peran lembaga ini sebagai fo-
Pilar utama lain dari Perdamaian dan Kea-
rum utama untuk dialog dan untuk pengem-
manan di Eropa, adalah dukungan Jerman ke-
bangan rasa saling percaya kembali terlihat.
pada OSCE. Organisasi ini di tahun 1995 berawal
OSCE mendukung pencarian solusi dalam kon-