Historical Trails
bagi ibukota yang dipindahkan dari
Ayutthaya. Hari ini, turis bisa ikut
dalam Thonburi Canals Tour untuk
menyusuri perairannya dengan perahu
dan menikmati wajah lain kota Bangkok,
melintasi rumah-rumah kayu, dan juga
mansion kolonial, sebelum akhirnya
berhenti di Wat Arun.
Wat Arun adalah salah satu bukti
kemegahan bangunan di wilayah
Thonburi. Berada di sisi barat Chao
Phraya - selain dengan Thonburi Canal
Tour yang terbilang cukup mahal - Wat
Arun bisa dicapai dengan menumpang
perahu umum dari sisi Wat Pho di
Rattanakosin. Wat Arun sebenarnya
telah berdiri sejak periode Ayutthaya
dan diberi nama Wat Makok. Phra Prang
Wat Arun adalah menara indah yang
dibangun dengan gaya klasik Ayutthaya,
dindingnya dilapisi potongan keramik
Cina. Menara ini sempat mengalami
perubahan ukuran pada masa King
Rama II.
Candi cantik lainnya yang berada
persis di bantaran sungai adalah Wat
Prayoon. Chedinya bergaya khas
Ayutthaya dan menjadi satu-satunya di
Bangkok. Di malam hari, melintaslah
di Memorial Bridge untuk menyaksikan
chedi yang tampak magis dan indah
disinari lampu.
Sempatkan untuk berkunjung ke
Wat Rakhang, candi ini dibangun pada
periode Ayutthaya kemudian direnovasi
dan menjadi kuil kerajaan atas perintah
King Taksin. Bangkok Noi Museum
berisi tentang sejarah Bangkok Noi di
masa Thonburi. Tur Kanal biasanya juga
akan membawa turis ke Royal Barge
National Museum untuk melihat koleksi
perahu kerajaan yang tampil pada
perayaan khusus.
Santa Cruz Church menjadi
bangunan bergaya arsitektur Italia di
wilayah Thonburi. Gereja katolik ini
dibangun atas ijin King Taksin kepada
pihak Portugis tak lama setelah ibukota
dialihkan ke Thonburi.
Untuk mengenang jasa dari King
Taksin bagi negeri ini, dibangunlah
King Taksin the Great Monument yang
bertempat di Wongwian Yai Circle dekat
BTS Wongwian Yai, di kota Bangkok.
Rattanakosin
Ketika King Rama I memutuskan
memindahkan ibukota ke sisi lain
sungai dari Thonburi, Grand Palace pun
dibangun sebagai pusat pemerintahan
kerajaan. Komplek bangunan megah
ini juga menjadi kediaman raja sejak
tahun 1782 hingga 1925. Namun
setelah itu, King Rama IX menetap
di Chitralada Palace, dan kemudian
Grand Palace terbuka untuk kunjungan
wisata, meski beberapa bangunannya
masih difungsikan sebagai kantor
pemerintahan kerajaan. Temple of the
Emerald Buddha menjadi salah satu
daya tarik wisata yang penuh sesak
dengan turis di Grand Palace.
Wat Pho dibangun tak lama setelah
ibukota resmi berada di Rattanakosin.
Kuil tertua dan terbesar di Bangkok
ini didaulat menjadi pusat edukasi
pijat tradisional Thailand. Di masa
King Rama III, literasi tentang ilmu
pengobatan tradisional Thai diukir di
pilar-pilar dan dindingnya.
Di tahun 1897, King Rama V
memerintahkan untuk membangun
komplek kediaman kerajaan dengan
taman luas yang terinspirasi dari
perjalanannya ke Eropa. Komplek
megah ini kemudian dikenal sebagai
Dusit Palace, memiliki 13 bangunan
tempat tinggal kerajaan dengan
taman lebar tersebar di antaranya.
Salah satu bangunan menarik di sini
adalah Vimanmek Mansion - terbuat
dari kayu jati dengan perpaduan
gaya arsitektur neoklasik Eropa dan
tradisional Thailand. Merupakan bekas
istana kerajaan yang digunakan oleh
King Rama V selama lima tahun hingga
akhirnya pindah ke Amphorn Satharn
Villa. Kini dikenal sebagai Vimanmek
Palace, tempat ini beralih fungsi
menjadi museum dengan koleksi
benda-benda milik King Rama V.
Ananta Samakhom Throne Hall
yang juga berada di area Dusit
Palace pun kini difungsikan sebagai
museum untuk umum. Bangunan
bergaya reinassance dan neo klasik
ini memiliki mural indah di kubahnya
yang bercerita tentang sejarah dinasti
Chakri. Tak jauh di seberangnya
terdapat Royal Plaza dengan patung
King Rama V.
Untuk mendapatkan informasi dan
visualisasi tentang sejarah Thailand
secara utuh, kunjungi Museum of
Siam yang berisi tentang sejarah
bangsa Thailand, baik perkembangan
politik dan juga kehidupan budayanya.
Thailand
21