escape! Indonesia Mar/Apr/May 2015 | Page 119

Historical Trails bagi ibukota yang dipindahkan dari Ayutthaya. Hari ini, turis bisa ikut dalam Thonburi Canals Tour untuk menyusuri perairannya dengan perahu dan menikmati wajah lain kota Bangkok, melintasi rumah-rumah kayu, dan juga mansion kolonial, sebelum akhirnya berhenti di Wat Arun. Wat Arun adalah salah satu bukti kemegahan bangunan di wilayah Thonburi. Berada di sisi barat Chao Phraya - selain dengan Thonburi Canal Tour yang terbilang cukup mahal - Wat Arun bisa dicapai dengan menumpang perahu umum dari sisi Wat Pho di Rattanakosin. Wat Arun sebenarnya telah berdiri sejak periode Ayutthaya dan diberi nama Wat Makok. Phra Prang Wat Arun adalah menara indah yang dibangun dengan gaya klasik Ayutthaya, dindingnya dilapisi potongan keramik Cina. Menara ini sempat mengalami perubahan ukuran pada masa King Rama II. Candi cantik lainnya yang berada persis di bantaran sungai adalah Wat Prayoon. Chedinya bergaya khas Ayutthaya dan menjadi satu-satunya di Bangkok. Di malam hari, melintaslah di Memorial Bridge untuk menyaksikan chedi yang tampak magis dan indah disinari lampu. Sempatkan untuk berkunjung ke Wat Rakhang, candi ini dibangun pada periode Ayutthaya kemudian direnovasi dan menjadi kuil kerajaan atas perintah King Taksin. Bangkok Noi Museum berisi tentang sejarah Bangkok Noi di masa Thonburi. Tur Kanal biasanya juga akan membawa turis ke Royal Barge National Museum untuk melihat koleksi perahu kerajaan yang tampil pada perayaan khusus. Santa Cruz Church menjadi bangunan bergaya arsitektur Italia di wilayah Thonburi. Gereja katolik ini dibangun atas ijin King Taksin kepada pihak Portugis tak lama setelah ibukota dialihkan ke Thonburi. Untuk mengenang jasa dari King Taksin bagi negeri ini, dibangunlah King Taksin the Great Monument yang bertempat di Wongwian Yai Circle dekat BTS Wongwian Yai, di kota Bangkok. Rattanakosin Ketika King Rama I memutuskan memindahkan ibukota ke sisi lain sungai dari Thonburi, Grand Palace pun dibangun sebagai pusat pemerintahan kerajaan. Komplek bangunan megah ini juga menjadi kediaman raja sejak tahun 1782 hingga 1925. Namun setelah itu, King Rama IX menetap di Chitralada Palace, dan kemudian Grand Palace terbuka untuk kunjungan wisata, meski beberapa bangunannya masih difungsikan sebagai kantor pemerintahan kerajaan. Temple of the Emerald Buddha menjadi salah satu daya tarik wisata yang penuh sesak dengan turis di Grand Palace. Wat Pho dibangun tak lama setelah ibukota resmi berada di Rattanakosin. Kuil tertua dan terbesar di Bangkok ini didaulat menjadi pusat edukasi pijat tradisional Thailand. Di masa King Rama III, literasi tentang ilmu pengobatan tradisional Thai diukir di pilar-pilar dan dindingnya. Di tahun 1897, King Rama V memerintahkan untuk membangun komplek kediaman kerajaan dengan taman luas yang terinspirasi dari perjalanannya ke Eropa. Komplek megah ini kemudian dikenal sebagai Dusit Palace, memiliki 13 bangunan tempat tinggal kerajaan dengan taman lebar tersebar di antaranya. Salah satu bangunan menarik di sini adalah Vimanmek Mansion - terbuat dari kayu jati dengan perpaduan gaya arsitektur neoklasik Eropa dan tradisional Thailand. Merupakan bekas istana kerajaan yang digunakan oleh King Rama V selama lima tahun hingga akhirnya pindah ke Amphorn Satharn Villa. Kini dikenal sebagai Vimanmek Palace, tempat ini beralih fungsi menjadi museum dengan koleksi benda-benda milik King Rama V. Ananta Samakhom Throne Hall yang juga berada di area Dusit Palace pun kini difungsikan sebagai museum untuk umum. Bangunan bergaya reinassance dan neo klasik ini memiliki mural indah di kubahnya yang bercerita tentang sejarah dinasti Chakri. Tak jauh di seberangnya terdapat Royal Plaza dengan patung King Rama V. Untuk mendapatkan informasi dan visualisasi tentang sejarah Thailand secara utuh, kunjungi Museum of Siam yang berisi tentang sejarah bangsa Thailand, baik perkembangan politik dan juga kehidupan budayanya. Thailand 21