escape! Indonesia Mar/Apr/May 2015 | Page 113

Festivals warga lokal yang dipersenjatai dengan pistol air untuk saling menyerang dalam kegembiraan. Spot sekitarnya seperti Rattanakosin Royal Square, Phra Athit Road, Santchichaiprakan, dan Wisut Krasat juga ramai dengan perang air. Songkran Festival di Pattaya dimeriahkan dengan parade keliling kota yang berakhir di Beach Road dan ditutup dengan acara perang air. Sedangkan di Phuket terkenal dengan “Songkran on The Beach” dan Patong Beach menjadi salah satu spot perang air yang ditunggutunggu. Namun bukan hanya itu, perayaan di Phuket juga sarat tradisi, warga lokal melakukan prosesi sakral di patung Buddha Phra Phuttha Sihing yang berada di sepanjang Patong Beach. Merayakan Songkran di Chiang Mai juga tidak kalah menyenangkan. Parade di kota Chiang Mai membuka festival dengan meriah, air beraroma melati dipercikan ke patung Buddha dan para tetua. Pertunjukan tradisi dan budaya bergaya Lana juga ditampilkan, dan selain perang air jangan lewatkan menyicip makanan khas utara yang mudah ditemukan di sepanjang jalan. Loy Krathong Festival (24, 25, 26 November) Awalnya ini adalah ritual di malam bulan purnama di bulan kedua belas kalendar bulan, orang-orang melarung krathong di sungai dan kanal-kanal. Menurut legenda, krathong yang mengambang di perairan ini lahir di jaman Sukhotai oleh Tao Sri Chulalak atau Nang Noppamas, salah satu istri dari Phra Ruang. Namun kabar lain membantahnya dan menyebutkan jika perayaan Loy Krathong baru dilaksanakan sejak periode Ayutthaya berakhir. Entah kisah dalam versi mana yang benar, namun perayaan Loy Krathong hingga hari ini tidak pernah kehilangan esensi ritual dan budaya sejak ia diselenggarakan. Penduduk lokal setiap tahun merayakannya bukan hanya sebagai bentuk pemujaan kepada sang dewi air agar selalu diberkati dengan air yang berlimpah sepanjang tahun, namun melarung krathong juga dipercaya sebagai cara untuk menghilangkan kesialan dan hal buruk, sambil berharap keberuntungan di masa depan. Seperti halnya Songkran, Loy Krathong juga dirayakan di seluruh penjuru negeri. Namun Chiang Mai selalu menjadi pilihan destinasi utama bagi para pelancong yang ingin ambil bagian dalam perayaan megah ini. Orang-orang akan berkumpul di tepian sungai Ping untuk melarung krathong, dan mungkin yang paling memikat adalah bagian melepaskan lentera ke udara pada malam Yi Peng sebagai simbol penghormatan terhadap pagoda suci di surga. Langit malam itu akan dipenuhi ribuan lentera yang saling berdesakan menuju angkasa. Indahnya luar biasa. Pemanis Musim Panas Khao Chae menjadi sajian penutup yang biasa ditemukan ketika musim panas, sekitar Maret hingga akhir April, termasuk ketika Songkran Festival berlangsung. Hidangan ini pada awalnya adalah santapan kerajaan dimulai sejak King Rama II, berupa nasi yang berendam dalam air beraroma melati kemudian ditambah es ketika disajikan untuk sensasi dingin dan kemudian disantap bersama makanan pendamping seperti Luk Kapi (terasi), Hom Yud Sai (bawang isi), Prik Yuak Yud Sai (cabe isi), Neua Cheak Foi (daging suw