EQUATORSPACE EquatorSpace#05 | страница 35

2. Sesi #2: Satelit untuk Pemantauan a. Pembicara pertama, Bapak Freddy Pranajaya, Deputy Director, Innovation Space Flight Laboratory yang berbasis di Toronto, Kanada. Dengan apik beliau membuka sesi 2 dan memaparkan bagaimana universitas tempatnya bekerja mampu membuat satelit- satelit ukuran mikro dan nano secara mandiri. Mereka memiliki Mission Control Center yang terhubung pada stasiun bumi S- band dan UHF yang terletak di dalam kampus. Beberapa proyek khusus yang sedang mereka kembangkan adalah sistem propulsi, tes radiasi, dan mekanik khusus yang dapat menyambung dan melepas satelit dari peluncurnya. Satelit-satelit mikro dan nano yang sudah flight proven buatan mereka tersebut dapat dipesan oleh siapa saja yang membutuhkan dengan spesifikasi yang dapat disesuaikan dengan permintaan pemesan. b. Pembicara kedua, Bapak Arif Saifudin perwakilan dari LAPAN memaparkan tentang projek satelit mikro dan nano yang telah berhasil mereka luncurkan dan kembangkan. LAPAN A5 adalah satelit terbaru yang dibangun dengan membawa misi SAR experiment. c. Pembicara ketiga, Ibu Dewayany Sutrisno, satu-satunya wanita sebagai narasumber workshop mewakili MAPIN membawakan materi tentang satelit penginderaan jauh. Posisi Indonesia yang berbatasan dengan sepuluh negara tetangga, kondisi negara kepulauan, zona laut yang luas ditambah lagi dengan kondisi rawan bencana, membuat Indonesia wajib memilliki satelit penginderaan jauh yang lengkap dan mumpuni. Diharapkan dengan adanya data EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM citra digital yang dihasilkan dari satelit secara real time dan dalam cakupan yang luas, mampu memberikan peringatan dini untuk merumuskan solusi terhadap permasalahan- permasalahan yang akan ataupun yang sudah terjadi. 3. Sesi #3: Surya Satellite-1 /Proyek Kemandirian dari Anak Bangsa. Pada akhir acara yaitu sesi #3, Tim Surya Satellite-1 yang terdiri dari 13 mahasiswa Universitas Surya mempersembahkan proyek kemandirian anak bangsa, yaitu berupa nano satelit yang membawa misi telekomunikasi short text message antar pulau di Indonesia. Proyek ini telah diinisiasi sejak bulan Januari 2016 dan saat ini sudah sampai pada tahap engineering model assembly. Rencananya satelit ini akan diluncurkan pada Desember 2017 dan akan beroperasi secara penuh pada Februari 2018. Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari diskusi dalam workshop ini adalah bahwasannya memang Indonesia yang merupakan negara kepulauan membutuhkan inovasi-inovasi di bidang satelit untuk menciptakan peningkatan ketahanan dan perekonomian nasional. Sumber daya manusia yang sudah mumpuni malang melintang di dunia persatelitan serta munculnya generasi muda yang sudah melek teknologi seharusnya mampu menciptakan inovasi-inovasi tersebut. Hanya tinggal pemerintah saja yang mau atau tidak mewujudkannya. Tanpa peran serta pemerintah dan dukungan seluruh masyarakat Indonesia, proyek menyeluruh seperti ini hanya akan berakhir di teori saja. Negara lain sudah, Indonesia kapan? (Dine Imawati) § 34 34