2. Sesi #2: Satelit untuk Pemantauan
a. Pembicara pertama, Bapak Freddy
Pranajaya, Deputy Director, Innovation Space
Flight Laboratory yang berbasis di Toronto,
Kanada. Dengan apik beliau membuka sesi 2
dan memaparkan bagaimana universitas
tempatnya bekerja mampu membuat satelit-
satelit ukuran mikro dan nano secara
mandiri. Mereka memiliki Mission Control
Center yang terhubung pada stasiun bumi S-
band dan UHF yang terletak di dalam
kampus. Beberapa proyek khusus yang
sedang mereka kembangkan adalah sistem
propulsi, tes radiasi, dan mekanik khusus
yang dapat menyambung dan melepas
satelit dari peluncurnya. Satelit-satelit
mikro dan nano yang sudah flight proven
buatan mereka tersebut dapat dipesan oleh
siapa saja yang membutuhkan dengan
spesifikasi yang dapat disesuaikan dengan
permintaan pemesan.
b. Pembicara kedua, Bapak Arif Saifudin
perwakilan dari LAPAN memaparkan
tentang projek satelit mikro dan nano yang
telah berhasil mereka luncurkan dan
kembangkan. LAPAN A5 adalah satelit
terbaru yang dibangun dengan membawa
misi SAR experiment.
c. Pembicara ketiga, Ibu Dewayany Sutrisno,
satu-satunya wanita sebagai narasumber
workshop mewakili MAPIN membawakan
materi tentang satelit penginderaan jauh.
Posisi Indonesia yang berbatasan dengan
sepuluh negara tetangga, kondisi negara
kepulauan, zona laut yang luas ditambah
lagi dengan kondisi rawan bencana,
membuat Indonesia wajib memilliki satelit
penginderaan jauh yang lengkap dan
mumpuni. Diharapkan dengan adanya data
EQUATORSPACE.COM
EQUATORSPACE.COM
citra digital yang dihasilkan dari satelit secara
real time dan dalam cakupan yang luas, mampu
memberikan peringatan dini untuk
merumuskan solusi terhadap permasalahan-
permasalahan yang akan ataupun yang sudah
terjadi.
3. Sesi #3: Surya Satellite-1 /Proyek
Kemandirian dari Anak Bangsa.
Pada akhir acara yaitu sesi #3, Tim Surya
Satellite-1 yang terdiri dari 13 mahasiswa
Universitas Surya mempersembahkan proyek
kemandirian anak bangsa, yaitu berupa nano
satelit yang membawa misi telekomunikasi
short text message antar pulau di Indonesia.
Proyek ini telah diinisiasi sejak bulan Januari
2016 dan saat ini sudah sampai pada tahap
engineering model assembly. Rencananya satelit
ini akan diluncurkan pada Desember 2017 dan
akan beroperasi secara penuh pada Februari
2018.
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari
diskusi dalam workshop ini adalah
bahwasannya memang Indonesia yang
merupakan negara kepulauan membutuhkan
inovasi-inovasi di bidang satelit untuk
menciptakan peningkatan ketahanan dan
perekonomian nasional. Sumber daya manusia
yang sudah mumpuni malang melintang di
dunia persatelitan serta munculnya generasi
muda yang sudah melek teknologi seharusnya
mampu menciptakan inovasi-inovasi tersebut.
Hanya tinggal pemerintah saja yang mau atau
tidak mewujudkannya. Tanpa peran serta
pemerintah dan dukungan seluruh masyarakat
Indonesia, proyek menyeluruh seperti ini
hanya akan berakhir di teori saja. Negara lain
sudah, Indonesia kapan? (Dine Imawati) §
34
34