SATELIT NON-KOMUNIKASI
P
ada hari Kamis, 18 Mei 2017 telah
terselenggara acara Workshop ASSI 2017.
Acara tahunan ini, disponsori oleh Asosiasi
Satelit Indonesia (ASSI) dan merupakan
yang kedua sejak tahun 2016, diharapkan
akan terus berlangsung secara teratur pada
tahun-tahun berikutnya. Workshop ini
merupakan wadah bagi penggiat satelit
nasional maupun internasional mulai
mahasiswa hingga profesional dengan
harapan terciptanya komunikasi yang
intensif di antara penggiat dan inovasi di
bidang satelit yang berkelanjutan.
Tahun ini ASSI menggandeng majalah
antariksa Equator Space untuk pelaksanaan
workshop yang mengangkat tema “Satelit
Non-Komunikasi”. Hal ini didasarkan pada
fungsi satelit yang merupakan sarana
pendukung yang efektif untuk kepentingan
pertahanan maupun ekonomi. Penggunaan
teknologi keantariksaan dalam bentuk
infrastruktur gugusan satelit baik gugusan
satelit komunikasi, gugusan satelit navigasi
maupun gugusan satelit indera jarak jauh,
serta berbagai aplikasinya dirasa tepat
untuk mengurai permasalah-permasalahan
yang terjadi belakangan ini.
Acara yang dibuka oleh ketua ASSI, Dani
Indra Widjanarko, terdiri dari tiga sesi yang
masing-masing membawa tiga topik utama
yaitu Satelit untuk Pertahanan, Satelit untuk
Pemantauan dan Surya Satellite-1 /Proyek
Kemandirian dari Anak Bangsa.
EQUATORSPACE.COM
EQUATORSPACE.COM
Topik pertama dan kedua dibawakan oleh
masing-masing 3 pembicara dan topi ketiga
dibawakan oleh Tim Surya Satellite-1 dari
Universitas Surya.
1. Sesi #1: Satelit untuk Pertahanan
a. Pembicara pertama, Bapak Listyanto,
Deputy General Managing Editor Equator
Space, memaparkan bahwa Indonesia yang
merupakan negara kepulauan yang sangat luas
memiliki kebutuhan yang sangat mendesak
untuk mengisi kekosongan pertahanan negara
dalam satelit militer.
b. Pembicara kedua, Bapak Mardianis,
Editorial Board bidang Space Policy &
Regulation Equator Space, menyoroti regulasi
satelit non-komunikasi suatu negara jika
satelit tersebut digunakan untuk militer dan
juga kegiatan keantariksaan lain. Yang sangat
menarik disini adalah penjelasan regulasi
satelit yang dibuat untuk dapat mencakup
perkembangan teknologi satelit di masa depan
seperti kemungkinan usaha pertambangan
asteroid di antariksa yang bernilai miliaran
dolar Amerika.
c. Pembicara ketiga, Bapak Kanaka Hidayat,
Editorial Board bidang Applications Equator
Space, menutup sesi pertama dengan
menampilkan data kebutuhan satelit
pertahanan Indonesia yang harus dipenuhi
baik oleh satelit LEO, MEO dan GEO. Dengan
catatan bahwa keamanan jaringan satelit
terutama untuk pertahanan harus
diperhatikan dengan melakukan pengawasan
fisik ataupun non-fisik terhadap komponen-
komponen transmisi.
33
33