EQUATORSPACE #01 | Page 35

DEFENCE FILOSOFI PENGUASAAN KETINGGIAN SI VIS PACEM PARA BELLUM Jon Keneddy Ginting, MMgtStud, qtc Specialist Defence Department of EquatorSpace The supreme art of war is to subdue the enemy without fighting. (Sun Tzu) PENDAHULUAN S ecara asasi, manusia memahami “perang” sebagai sesuatu yang harus dimenangkan: at all costs, by any means. Di masa primitif, perang pada awalnya dapat dimenangkan dengan pengerahan sumber daya manusia dan direct weapons yang masif. Setelahnya, metode itu dipandang tidak lagi efisien, dan pihak-pihak yang berperang berusaha untuk berada selangkah di depan musuhnya. Caranya adalah dengan “mengetahui musuh terlebih dahulu”—dalam pengertian harfiah. Mereka yang berperang kemudian memanfaatkan anugerah alam untuk “mengetahui musuh” tersebut. Hutan rimba menyediakan banyak pohon tinggi yang dapat dimanfaatkan untuk mengintai pergerakan musuh, dan memberikan informasi kepada pihak kawan untuk EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM mempersiapkan diri. Berikutnya, pepohonan tinggi tidak hanya menjadi wahana pengintai alami, namun juga menjadi “wahana serang” ketika suku-suku atau kelompok yang berperang menyerang musuhnya dari ketinggian. Sampai dengan tahun 2010 ketika masih berdinas sebagai flight engineer helikopter TNI AU, saya beberapa kali mendarat di lapangan udara (airstrip) peninggalan tentara Jepang di Papua yang hingga kini masih digunakan sebagai lapangan udara pesawat-pesawat misionaris dan perintis. Yang unik dari lapangan-lapangan udara bekas Jepang itu tidak hanya lokasinya yang jauh di pedalaman, namun juga letaknya yang selalu di bawah gunung (atau setidaknya bukit). Masih tentang pengalaman di Papua, saya sering memanfaatkan waktu luang dengan 34 34