DEFENCE
FILOSOFI
PENGUASAAN
KETINGGIAN
SI VIS PACEM PARA BELLUM
Jon Keneddy Ginting, MMgtStud, qtc
Specialist
Defence Department of EquatorSpace
The supreme art of war is to subdue
the enemy without fighting.
(Sun Tzu)
PENDAHULUAN
S
ecara asasi, manusia memahami
“perang” sebagai sesuatu yang harus
dimenangkan: at all costs, by any means. Di
masa primitif, perang pada awalnya dapat
dimenangkan dengan pengerahan sumber
daya manusia dan direct weapons yang
masif. Setelahnya, metode itu dipandang
tidak lagi efisien, dan pihak-pihak yang
berperang berusaha untuk berada
selangkah di depan musuhnya. Caranya
adalah dengan “mengetahui musuh terlebih
dahulu”—dalam pengertian harfiah.
Mereka yang berperang kemudian
memanfaatkan anugerah alam untuk
“mengetahui musuh” tersebut. Hutan
rimba menyediakan banyak pohon tinggi
yang dapat dimanfaatkan untuk mengintai
pergerakan musuh, dan memberikan
informasi kepada pihak kawan untuk
EQUATORSPACE.COM
EQUATORSPACE.COM
mempersiapkan diri. Berikutnya,
pepohonan tinggi tidak hanya menjadi
wahana pengintai alami, namun juga
menjadi “wahana serang” ketika suku-suku
atau kelompok yang berperang menyerang
musuhnya dari ketinggian.
Sampai dengan tahun 2010 ketika masih
berdinas sebagai flight engineer helikopter
TNI AU, saya beberapa kali mendarat di
lapangan udara (airstrip) peninggalan
tentara Jepang di Papua yang hingga kini
masih digunakan sebagai lapangan udara
pesawat-pesawat misionaris dan perintis.
Yang unik dari lapangan-lapangan udara
bekas Jepang itu tidak hanya lokasinya yang
jauh di pedalaman, namun juga letaknya
yang selalu di bawah gunung (atau
setidaknya bukit).
Masih tentang pengalaman di Papua, saya
sering memanfaatkan waktu luang dengan
34
34