Mencatat dan Menyimpan Peristiwa
Teknologi Bandung ini mencatat sejarah
dengan menciptakan seragam sekolah bagi
siswa-siswi di Indonesia lengkap dengan
lambang sekolah dasar dan Osis yang kini
selalu melekat di saku kiri seragam sekolah.
DARI INGGRIS RAYA HINGGA KE NUSANTARA
Adalah Inggris yang menjadi pelopor
penggunaan seragam bagi para pelajar di
negaranya. Penggunaan seragam sekolah
pertama kali dikenalkan secara besar-besaran
pada abad ke-16 pada masa kekuasaan Raja
Henry VII.
Seragam yang dikenalkan pada masa itu
tidak bercorak warna seperti sekarang ini,
yakni hanya berupa mantel panjang berwarna
biru sehingga mendapat istilah “mantel
biru”. Ketika itu, seragam sekolah ternyata
tidak diberlakukan pada semua kalangan,
melainkan untuk rakyat miskin di Inggris
Raya saja. Sekolah yang memperkenalkan
penggunaan seragam pertama kali adalah
sekolah Christ’s Hospital dan merupakan
sekolah dengan seragam tertua di Inggris
hingga saat ini.
Tahun 1870 Inggris menerapkan Undang-
undang pendidikan dasar yang memberikan
pendidikan gratis kepada semua anak-anak
Inggris Raya ketika itu. Popularitas seragam
pun meningkat hingga banyak sekolah
menenatapkan penggunaan seragam bagi
para pelajarnya, tentu dengan corak bentuk
dan gaya seragam yang berbeda tiap sekolah.
DOTDOC
Sebelumnya penggunaan seragam
sekolah di Jepang yang lebih dikenal dengan
istilah Seifuku telah dikenal sejak seratus
tahun yang lalu. Tepatnya pada era Meiji,
menurut museum seragam Tombow, awalnya
seragam sekolah di Jepang hanya berupa
kombinasi Kimono Formal, kemeja dan
hakama yang diberlakukan untuk menambah
wibawa para pelajar tersebut.
Namun seiring perkembangan zaman,
budaya Inggris pun mulai masuk ke Jepang.
Akibatnya penggunaan hakama tersebut
berganti dengan jas gakuran serta celana
panjang hitam atau biru tua. Model jas
gakuran sendiri terinspirasi dari seragam
militer dengan kerah tinggi dan kaku, serta
kancing logam sampai ke leher.
KONTROVERSI DAN SEMI MILITERISTIK
Bermula sejak pendudukan Jepang di
Indonesia, penggunaan seragam mulai gencar
dilakukan, meskipun pada saat itu belum
diberl akukan corak warna pada tiap tingkatan
sekolah. Jepang yang menduduki Indonesia
kurang lebih 3,5 tahun telah membawa
perubahan yang cukup besar bagi sejarah
pendidikan Indonesia.
Negara Jepang yang sarat dengan
militeristik membawa nilai-nilai disiplin tinggi
yang mengikat rakyat Indonesia bagi hampir
semua kalangan, tak terkecuali kalangan
pelajar pada masa itu. Penggunaan seragam,
hem dan celana kaki untuk siswa laki-laki,
serta rok selutut bagi siswa perempuan mulai
diberlakukan bagi para pelajar di Indonesia.
Hal tersebut dibenarkan oleh Dadang
Supardan, sejarawan sekaligus guru besar
Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan
Indonesia.
Namun, meskipun pendudukan Jepang
sudah berakhir dan rakyat Indonesia
mendapatkan kemerdekaannya, hal mengenai
penyeragam pakaian para pelajar tersebut
tak lantas hilang, ternyata penyeragaman ini
telah menjadi kebiasaan dan masih diterapkan
di Indonesia.
Penggunaan seragam selain dinilai terlalu
bercorak militeristik, saat ini juga sudah
kurang relevan diterapkan di Indonesia
karena dinilai terlalu mengekang kreativitas
para siswanya. Mulanya tujuan penggunaan
seragam dimaksudkan untuk menutupi
kesenjangan sosial antar siswa, agar
kesenjangan sosial tidak Nampak diranah
pendidikan tersebut.
“Jepang sekarang tidak menerapkan
penggunaan seragam seperti di Indonesia,
sudah berubah dengan dinamika atau
foto: dok. berItajogja
perkembangan zaman yang relevan,
sedangkan Indonesia masih menjujung nilai-
nilai yang sudah ditinggalakan oleh jepang,
padahal jepang sendiri sudah beralih dan
mendongkrak pola-pola lama tersebut.” ujar
Dadang Supardan.
Dadang menambahkan, penggunaan
seragam yang mengekang kreativitas siswa
itu nampak pada perilaku para siswa dalam
memodifikasi seragam yang dikenakannya.
Hal ini terbukti dari tak sedikit siswa yang
menambahkan aksesoris pada seragam yang
dikenakannya.
“Penggunaan seragam juga tidak menjadi
ukuran, tetap saja terlihat mana si kaya, dan
mana si miskin,” tambah Dadang.
Penggunaan seragam bagi para pelajar
memang menuai kontroversi bagi beberapa
kalangan. Akan tetapi, esensi penggunaan
seragam bagi pelajar ini tentunya harus
sampai kepada para pelajar itu sendiri. Jangan
sampai penggunaan seragam benar-benar
membatasi kreativitas para siswa.
9