.Doc Edisi IX DOTDOC IX - CETAK single | Page 9

Mencatat dan Menyimpan Peristiwa Teknologi Bandung ini mencatat sejarah dengan menciptakan seragam sekolah bagi siswa-siswi di Indonesia lengkap dengan lambang sekolah dasar dan Osis yang kini selalu melekat di saku kiri seragam sekolah. DARI INGGRIS RAYA HINGGA KE NUSANTARA Adalah Inggris yang menjadi pelopor penggunaan seragam bagi para pelajar di negaranya. Penggunaan seragam sekolah pertama kali dikenalkan secara besar-besaran pada abad ke-16 pada masa kekuasaan Raja Henry VII. Seragam yang dikenalkan pada masa itu tidak bercorak warna seperti sekarang ini, yakni hanya berupa mantel panjang berwarna biru sehingga mendapat istilah “mantel biru”. Ketika itu, seragam sekolah ternyata tidak diberlakukan pada semua kalangan, melainkan untuk rakyat miskin di Inggris Raya saja. Sekolah yang memperkenalkan penggunaan seragam pertama kali adalah sekolah Christ’s Hospital dan merupakan sekolah dengan seragam tertua di Inggris hingga saat ini. Tahun 1870 Inggris menerapkan Undang- undang pendidikan dasar yang memberikan pendidikan gratis kepada semua anak-anak Inggris Raya ketika itu. Popularitas seragam pun meningkat hingga banyak sekolah menenatapkan penggunaan seragam bagi para pelajarnya, tentu dengan corak bentuk dan gaya seragam yang berbeda tiap sekolah. DOTDOC Sebelumnya penggunaan seragam sekolah di Jepang yang lebih dikenal dengan istilah Seifuku telah dikenal sejak seratus tahun yang lalu. Tepatnya pada era Meiji, menurut museum seragam Tombow, awalnya seragam sekolah di Jepang hanya berupa kombinasi Kimono Formal, kemeja dan hakama yang diberlakukan untuk menambah wibawa para pelajar tersebut. Namun seiring perkembangan zaman, budaya Inggris pun mulai masuk ke Jepang. Akibatnya penggunaan hakama tersebut berganti dengan jas gakuran serta celana panjang hitam atau biru tua. Model jas gakuran sendiri terinspirasi dari seragam militer dengan kerah tinggi dan kaku, serta kancing logam sampai ke leher. KONTROVERSI DAN SEMI MILITERISTIK Bermula sejak pendudukan Jepang di Indonesia, penggunaan seragam mulai gencar dilakukan, meskipun pada saat itu belum diberl akukan corak warna pada tiap tingkatan sekolah. Jepang yang menduduki Indonesia kurang lebih 3,5 tahun telah membawa perubahan yang cukup besar bagi sejarah pendidikan Indonesia. Negara Jepang yang sarat dengan militeristik membawa nilai-nilai disiplin tinggi yang mengikat rakyat Indonesia bagi hampir semua kalangan, tak terkecuali kalangan pelajar pada masa itu. Penggunaan seragam, hem dan celana kaki untuk siswa laki-laki, serta rok selutut bagi siswa perempuan mulai diberlakukan bagi para pelajar di Indonesia. Hal tersebut dibenarkan oleh Dadang Supardan, sejarawan sekaligus guru besar Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia. Namun, meskipun pendudukan Jepang sudah berakhir dan rakyat Indonesia mendapatkan kemerdekaannya, hal mengenai penyeragam pakaian para pelajar tersebut tak lantas hilang, ternyata penyeragaman ini telah menjadi kebiasaan dan masih diterapkan di Indonesia. Penggunaan seragam selain dinilai terlalu bercorak militeristik, saat ini juga sudah kurang relevan diterapkan di Indonesia karena dinilai terlalu mengekang kreativitas para siswanya. Mulanya tujuan penggunaan seragam dimaksudkan untuk menutupi kesenjangan sosial antar siswa, agar kesenjangan sosial tidak Nampak diranah pendidikan tersebut. “Jepang sekarang tidak menerapkan penggunaan seragam seperti di Indonesia, sudah berubah dengan dinamika atau foto: dok. berItajogja perkembangan zaman yang relevan, sedangkan Indonesia masih menjujung nilai- nilai yang sudah ditinggalakan oleh jepang, padahal jepang sendiri sudah beralih dan mendongkrak pola-pola lama tersebut.” ujar Dadang Supardan. Dadang menambahkan, penggunaan seragam yang mengekang kreativitas siswa itu nampak pada perilaku para siswa dalam memodifikasi seragam yang dikenakannya. Hal ini terbukti dari tak sedikit siswa yang menambahkan aksesoris pada seragam yang dikenakannya. “Penggunaan seragam juga tidak menjadi ukuran, tetap saja terlihat mana si kaya, dan mana si miskin,” tambah Dadang. Penggunaan seragam bagi para pelajar memang menuai kontroversi bagi beberapa kalangan. Akan tetapi, esensi penggunaan seragam bagi pelajar ini tentunya harus sampai kepada para pelajar itu sendiri. Jangan sampai penggunaan seragam benar-benar membatasi kreativitas para siswa. 9