.Doc Edisi IX DOTDOC IX - CETAK single | Page 37

Mencatat dan Menyimpan Peristiwa Judul Buku Penulis Penerbit Waktu Terbit Cetakan Tebal Buku Harga Seri ISBN : Aksara Amananunna : Rio Johan : KPG (Kepustakaan Popular Gramedia) : April, 2014 : I, 2014 : 240 halaman : Rp 48.000,- : Fiksi : 978-979-91-0704-6 Detail Sempurna Dalam Dua Belas Cerpen Aksara Amananunna oleh: Tiara Sutari T erdapat dua belas cerita dengan latar zaman yang berbeda dalam kumpulan cerita pendek karya Rio Johan ini. Pembaca akan dibawa mulai dari zaman Sumeria yang masih buta aksara dan bahasa, lalu dihempaskan ke masa depan, di tahun 8475, di sebuah kota bernama Ginekopolis ketika seorang pemuda bertekad menentang kekuasaan para wanita yang menjajah pria. Kita juga akan diperkenalkan pada masa kerajaan Perancis, tentang kisah pemuda rupawan Kavalier d’orange yang selalu mengamini perkataan Sang Raja, meskipun dia harus memperkosa harga dirinya sendiri. Dibuka dengan kisah mengenai kota yang sedang disibukkan dengan perilaku menyimpang masyarakatnya, berlatar tahun 21xx dengan nama kota R, dengan judul yang menggelitik, Rio Johan membawa pembaca dalam konstruksi zaman yang begitu kompleks dan mengena. Ia pun menampilkan permasalahan di masyarakat dan menyeret isu Hak Asasi Manusia (HAM) yang selalu menjadi tameng pembenaran pemerintah dalam setiap permasalahan kemanusiaan. Dari tahun 21XX Rio melempar pembaca ke masa peradaban yang lebih lampau. Pada Zaman Sumeria, seorang anak manusia menciptakan bahasa. Namun sayang anak cucunya menolak meneruskan warisan bahasa tersebut. DOTDOC Tak jauh berbeda, cerita tentang ‘Pisang tidak tumbuh diatas salju’ memiliki makna yang kurang lebih sama, bahkan akhir ceritanya tak jauh berbeda. Namun bukan berarti Rio Johan kehabisan ide, karena meskipun tema sama, cara pemengemasan dan detail yang disajikan tentu saja berbeda. Rio Johan bukanlah penulis yang dibatasi karakter dan kata-kata. Kalimat-kalimat yang tersusun dalam cerpennya berbicara dengan lugas, tanpa malu dan sangat tegas. Cerpennya banyak berkisah tentang perilaku amoral yang tak dapat diterima masyarakat. Rio mengkajinya dan menampilkannya dalam berbagai cerita yang kompleks sekaligus menyegarkan. Rio Johan memiliki gaya sendiri dalam bercerita. Dia memusatkan setiap ceritanya pada detail yang sempurna. Setiap cerita diusung dengan detail-detail yang mampu membuat pembaca meyakini bahwa itu merupakan kisah nyata. Inilah yang menjadi nilai lebih dari Rio Johan selain dari gaya penuturan ceritanya yang dikemas sedemikian rupa. Gaya penuturannya pun membuat para penikmat karya terjemahan meyakini tulisan tesebut hasil terjemahan namun tanpa penerjemah. Detail yang cacat terlihat pada kisah ‘Riwayat Benjamin’ yang mengisahkan tentang Benjamin yang sering berkirim surat dengan tokoh ‘aku’. Di awal cerita, tokoh ‘aku’ dengan jelas berkata dia tak mampu baca tulis. Namun, pada kalimat selanjutnya si ‘aku’ berkata ‘…segera kubalas suratnya’. Bila diperhatikan dengan jelas, kalimat tersebut sangat tidak relevan dengan ungkapan sebelumnya. Adapun dalam kisah “Tak Ada Air untuk Mikhail”, Rio Johan menyuguhkan cerita yang tidak hanya membosankan, tapi alurnya pun mudah ditebak. Mungkin bagi sebagian pembaca, membaca cerita dengan detail yang terlalu sempurna, terlihat membosankan dan membingungkan. Namun Rio Johan mampu menampilkan sastra dengan detail yang sempurna tanpa membuat jenuh dan bosan pembacanya. Rio Johan membangun ceritanya dengan detail sisi lain dari karya sastra. Selain itu, karak ter setiap tokoh diciptakan tidak hanya dari satu sisi, melainkan dari berbagai sisi. 37