Mencatat dan Menyimpan Peristiwa
Wisata sejarah dan hiburan mungkin itulah yang dapat
mendeskripsikan kota Malaka. Malaka adalah ibukota dari negara
bagian Malaka, terletak di sebelah selatan Malaysia berdekatan
dengan Johor di Selatan dan Negeri Sembilan di utara. Malaka
terkenal dengan sebutan Malaka Kota Sejarah. Disebut demikian
karena Malaka sendiri memiliki sejarah yang panjang.
Beberapa peninggalan sejarah yang ada di
Malaka adalah Porta De Santiago, Stadhuys,
dan Christ Church. Porta De Santiago atau
A’Famosa adalah sebuah benteng yang
dibangun oleh seorang laksamana portugis,
Alfonso d’Albuqueque pada 1511. Pada
penjajahan Belanda 1641, benteng ini
mengalami kerusakan berat. Pada 1808,
seorang pejabat Inggris, Samford Raffles
berhasil menyelamatkan apa yang tersisa dari
A’Famosa.
Untuk dapat mencapai Malaka, wisatawan
dapat menggunakan bis dari Kuala Lumpur
dengan tarif sekitar 20 Ringgit Malaysia
per orang. Malaka juga dapat dicapai
dari Singapura dengan menggunakan bis
dengan tarif 20-25 Dollar Singapura. Jarak
yang ditempuh dari Kuala Lumpur menuju
Malaka sekitar 140 km atau sekitar dua jam
perjalanan.
Dalam perjalanan menuju Malaka, dotdoc
menggunakan jasa pariwisata, sehingga bis
langsung menuju tempat-tempat wisata
yang terkenal di Melaka. Jika wisatawan
menggunaan transportasi umum (bis), bis
akan berhenti di Malaka Sentral. Dari Malaka
Sentral, wisatawan dapat melanjutkan
menumpangi bis 17 dengan tujuan Dataran
Pahlawan. Setibanya di kota Malaka,
wisatawan dapat langsung berjalan menuju
beberapa tujuan wisata yang ada.
DOTDOC
A’ FAMOSA
Porta De Santiago atau A’Famosa adalah
sebuah benteng yang dibangun oleh seorang
laksamana portugis, Alfonso d’Albuqueque
pada 1511. Pada penjajahan Belanda 1641,
benteng ini mengalami kerusakan berat.
Pada 1808, seorang pejabat Inggris, Stamford
Raffles berhasil menyelamatkan apa yang
tersisa dari A’Famosa. Benteng ini sekarang
hanya berupa tembok-tembok yang sudah
runtuh. meskipun begitu, keadaan A’Famosa
sekarang ini masih tetap menunjukan
kejayaan Portugis di masa lalu.
STADHUYS DAN CHRIST CHURCH MELAKA
Stadhuys merupakan sebuah bangunan
dengan dinding berwarna merah. Awalnya,
Stadhuys adalah sebuah rumah untuk
pemerintah Belanda di Malaka. Sekarang
Stadhuys adalah sebuah musem Sejarah dan
Etnografi. Di sebelah Stadhuys terdapat juga
bangunan berwarna merah, Christ Church
Melaka. Gereja ini berdiri sejak 1753 sebagai
tanda peringatan seratus tahun penangkapan
Malaka dari tangan Portugis. Awalnya
Stadhuys, Christ Church dicat warna putih.
Akan tetapi bangunan itu dicat warna merah
sebagai tanda khas bangunan-bangunan
Belanda.
Di depan Christ Church Malaka, terdapat
The Queen Victoria Fountain. Air mancur ini
dibangun oleh Pemerintah Inggris pada 1901
untuk memperingati 60 tahun kepemimpinan
Ratu Victoria. Meskipun telah berusia lebih
dari 100 tahun, air mancur zaman kolonial
satu-satunya ini masih berfungsi dengan
baik dan elegan sampai hari ini. Air mancur
ini mungkin salah satu dari peninggalan
terakhir dari era kolonial Inggris di Malaysia
dan melambangkan kejayaan Pe merintahaan
Inggris di masa lalu.
The Queen Victoria Fountain
Stadhuys dan Christ Church yang sangat
menarik perhatian dengan warna merahnya
ini terletak di sebuah area yang sering
disebut dengan Dutch Square. Disebut
demikian karena area ini merupakan area
dimana kolonial Belanda melakukan banyak
pembangunan. Di Dutch Square, wisatawan
juga akan melihat banyak becak-becak yang
yang sudah dihiasi dengan berbagai ornamen
menarik. Dengan mengeluarkan biaya sekitar
40 ringgit per jamnya, para pengemudi becak
siap untuk mengantar Anda berkeliling kota
Malaka.
33
P
ortugis masuk ke Malaka pada 1511,
diikuti oleh Belanda pada 1641.
Selanjutnya, Inggris masuk ke Malaka
pada 1795. Malaka sendiri berdiri pada 1403
sebagai kota yang memiliki peran penting di
bidang perdagangan dunia. Malaka pernah
menjadi pelabuhan yang terkenal waktu
zaman kerajaan Sriwijaya di Indonesia.