.Doc Edisi IX DOTDOC IX - CETAK single | Page 33

Mencatat dan Menyimpan Peristiwa Wisata sejarah dan hiburan mungkin itulah yang dapat mendeskripsikan kota Malaka. Malaka adalah ibukota dari negara bagian Malaka, terletak di sebelah selatan Malaysia berdekatan dengan Johor di Selatan dan Negeri Sembilan di utara. Malaka terkenal dengan sebutan Malaka Kota Sejarah. Disebut demikian karena Malaka sendiri memiliki sejarah yang panjang. Beberapa peninggalan sejarah yang ada di Malaka adalah Porta De Santiago, Stadhuys, dan Christ Church. Porta De Santiago atau A’Famosa adalah sebuah benteng yang dibangun oleh seorang laksamana portugis, Alfonso d’Albuqueque pada 1511. Pada penjajahan Belanda 1641, benteng ini mengalami kerusakan berat. Pada 1808, seorang pejabat Inggris, Samford Raffles berhasil menyelamatkan apa yang tersisa dari A’Famosa. Untuk dapat mencapai Malaka, wisatawan dapat menggunakan bis dari Kuala Lumpur dengan tarif sekitar 20 Ringgit Malaysia per orang. Malaka juga dapat dicapai dari Singapura dengan menggunakan bis dengan tarif 20-25 Dollar Singapura. Jarak yang ditempuh dari Kuala Lumpur menuju Malaka sekitar 140 km atau sekitar dua jam perjalanan. Dalam perjalanan menuju Malaka, dotdoc menggunakan jasa pariwisata, sehingga bis langsung menuju tempat-tempat wisata yang terkenal di Melaka. Jika wisatawan menggunaan transportasi umum (bis), bis akan berhenti di Malaka Sentral. Dari Malaka Sentral, wisatawan dapat melanjutkan menumpangi bis 17 dengan tujuan Dataran Pahlawan. Setibanya di kota Malaka, wisatawan dapat langsung berjalan menuju beberapa tujuan wisata yang ada. DOTDOC A’ FAMOSA Porta De Santiago atau A’Famosa adalah sebuah benteng yang dibangun oleh seorang laksamana portugis, Alfonso d’Albuqueque pada 1511. Pada penjajahan Belanda 1641, benteng ini mengalami kerusakan berat. Pada 1808, seorang pejabat Inggris, Stamford Raffles berhasil menyelamatkan apa yang tersisa dari A’Famosa. Benteng ini sekarang hanya berupa tembok-tembok yang sudah runtuh. meskipun begitu, keadaan A’Famosa sekarang ini masih tetap menunjukan kejayaan Portugis di masa lalu. STADHUYS DAN CHRIST CHURCH MELAKA Stadhuys merupakan sebuah bangunan dengan dinding berwarna merah. Awalnya, Stadhuys adalah sebuah rumah untuk pemerintah Belanda di Malaka. Sekarang Stadhuys adalah sebuah musem Sejarah dan Etnografi. Di sebelah Stadhuys terdapat juga bangunan berwarna merah, Christ Church Melaka. Gereja ini berdiri sejak 1753 sebagai tanda peringatan seratus tahun penangkapan Malaka dari tangan Portugis. Awalnya Stadhuys, Christ Church dicat warna putih. Akan tetapi bangunan itu dicat warna merah sebagai tanda khas bangunan-bangunan Belanda. Di depan Christ Church Malaka, terdapat The Queen Victoria Fountain. Air mancur ini dibangun oleh Pemerintah Inggris pada 1901 untuk memperingati 60 tahun kepemimpinan Ratu Victoria. Meskipun telah berusia lebih dari 100 tahun, air mancur zaman kolonial satu-satunya ini masih berfungsi dengan baik dan elegan sampai hari ini. Air mancur ini mungkin salah satu dari peninggalan terakhir dari era kolonial Inggris di Malaysia dan melambangkan kejayaan Pe merintahaan Inggris di masa lalu. The Queen Victoria Fountain Stadhuys dan Christ Church yang sangat menarik perhatian dengan warna merahnya ini terletak di sebuah area yang sering disebut dengan Dutch Square. Disebut demikian karena area ini merupakan area dimana kolonial Belanda melakukan banyak pembangunan. Di Dutch Square, wisatawan juga akan melihat banyak becak-becak yang yang sudah dihiasi dengan berbagai ornamen menarik. Dengan mengeluarkan biaya sekitar 40 ringgit per jamnya, para pengemudi becak siap untuk mengantar Anda berkeliling kota Malaka. 33 P ortugis masuk ke Malaka pada 1511, diikuti oleh Belanda pada 1641. Selanjutnya, Inggris masuk ke Malaka pada 1795. Malaka sendiri berdiri pada 1403 sebagai kota yang memiliki peran penting di bidang perdagangan dunia. Malaka pernah menjadi pelabuhan yang terkenal waktu zaman kerajaan Sriwijaya di Indonesia.