Mencatat dan Menyimpan Peristiwa
Prototype 3D Scanner Sederhana karya Tirta,
Mugi, dan Syauqi
“KAMI INGIN
MEMBUAT
3D SCANNER VERSI
KAMI SENDIRI, YANG
DAPAT MENYAINGI
NEGARA-NEGARA
MAJU YANG MEMILIKI
3D SCANNER”
langsung dicetak dengan menggunakan
mesin cetak 3D (printer 3D). Bentuk dan rupa
dari benda tersebut juga akan sama persis
seperti objek yang dipindai.
“Begitu pula dengan bahannya, jika
sebuah corong yang kita pindai terbuat dari
plastik, maka corong digital yang kita cetak
akan terbuat dari plastik,” tambahnya.
Sejauh ini, alat pemindai 3D ini digunakan
untuk memindai alat-alat di bidang metrologi
yang berukuran kecil. Selain itu, alat ini juga
dapat digunakan untuk mengukur volume
sebuah benda.
“Jika kita ingin mengetahui volume sebuah
benda kita perlu menghitung atau mengisi
sebuah benda tersebut dengan air, kemudian
DOTDOC
memasukkannya ke gelas ukur. Namun,
dengan alat ini kita bisa langsung mengetahui
besar volume benda tersebut hanya dengan
memindainya, karena alat ini juga dapat
langsung menentukan ukuran benda tanpa
harus menyentuhnya,” ujar Tirta.
Diakui Mugi packaging alat pemindai
3 dimensi buatan mereka ini masih belum
praktis.
“Kami perlu bekerja sama dengan
mahasiswa teknik informatika yang tahu
bagaimana mengintegrasikan satu program
ke program lain,” tambah Mugi.
Pemindai tiga dimensi ini lebih lanjut
dapat dimanfaatkan secara ekonomis sebagai
alat bantu pemodelan suatu produk supaya
proses penciptaan produk kreatif dapat
berjalan dengan cepat. Salah satunya di
bidang industri kreatif di Indonesia. Misalnya
untuk membuat sepatu, seorang desainer
perlu memodelkan sepatu rancangannya.
“Proses pemodelan ini tentu
membutuhkan desain model yang
tervisualisasi di komputer. Desainer tersebut
membutuhkan pola dasar sepatu dari sepatu
yang sudah ada. Sepatu yang menjadi pola
dipindai pada pemindai tiga dimensi sehingga
model tersebut terduplikasi secara digital di
komputer. Kemudian proses kreatif dapat
berjalan dengan memodifikasi model sepatu
digital bahkan membuat inova