Cakrawala Edisi 419 | Page 71

sebaik mungkin. Hal ini terutama bagi relokasi paksa. Relokasi paksa berdampak lebih besar pada masyarakat daripada relokasi sukarela. Relokasi paksa menambahkan efek stress pada masyarakat sehingga prajurit TNI AL yang tidak mengenal betul kebencanaan hanya akan menambah stres bagi mereka. Lebih dari itu, relokasi pada wilayah yang benar-benar baru, seperti pulau yang berbeda, akan lebih sulit lagi dilakukan. Ada sejumlah prinsip relokasi yang harus dipahami dan dipelajari TNI AL dalam pendidikan kebencanaan. Prinsip-prinsip ini mencakup (1) masyarakat yang direlokasi harus terorganisasi, (2) masyarakat harus memahami kontek multi-organisasi di mana relokasi dilakukan, (3) jaringan sosial harus dipertahankan, (4) semua anggota masyarakat yang direlokasi harus dilibatkan dalam proses pembuatan keputusan, dan (5) perhatian khusus harus diberikan pada kebutuhan sosial dan pribadi pengungsi. 5. Dapat menjadi sumber informasi akurat kepada komando atas dan BNPB ketika terjadi bencana. Informasi dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif. Keduanya sama-sama penting bagi manajemen bencana. Informasi kuantitatif datang dari alat ukur, baik militer ataupun sipil, sementara informasi kualitatif datang dari pengamatan dan pengalaman bencana maupun medan, yang banyak disumbangkan oleh masyarakat lokal dan militer kewilayahan. Seringkali dalam situasi darurat, kepentingan untuk respon lebih besar dari kepentingan mengumpulkan informasi. Akibatnya upaya respon seringkali salah karena informasi yang terbatas dan bahkan salah. Karenanya, penting bagi personel TNI AL di kewilayahan untuk mengetahui bagaimana cara mengumpulkan informasi dan menggunakannya pada saat darurat untuk menjadi masukan bagi Komando atas dan BNPB. 6. Dapat menciptakan living harmony with disaster di wilayah penugasan. Hidup harmoni dengan bencana berarti keyakinan bahwa bencana merupakan ‘teman’ yang memberikan pelajaran pahit bagi kita untuk menjaga kehidupan bersama- sama. Sebagian bencana diketahui dengan baik faktorfaktor penyebabnya dan diketahui pula bagaimana upaya mitigasinya. Nilai dan pengetahuan lokal tentang bencana dapat mencakup berbagai aspek mencakup ekologi, sosial, ekonomi, dan bahkan supernatural. Nilai dan pengetahuan ini telah memandu hidup banyak masyarakat lokal yang sadar bencana seperti masyarakat Pulau Simuelue. Dalam kehidupan modern, aspek-aspek ini tidak berubah namun mengandung nilai dan pengetahuan yang lebih komprehensif, mencakup seluruh masyarakat baik penduduk asli maupun pendatang, penetap atau sementara. Prajurit TNI AL dapat menciptakan masyarakat yang hidup selaras dengan bencana tersebut dengan menggunakan kearifan lokal maupun pengetahuan yang telah ada. Hal ini didukung oleh pendidikan kebencanaan yang baik. Artikel ini menekankan pentingnya pendidikan kebencanaan pada personel TNI AL yang bertugas di kewilayahan. Ada enam manfaat yang dapat diperoleh personel TNI AL yang dapat menyumbang pada manajemen bencana lewat pendidikan kebencanaan. Manfaat-manfaat ini merupakan kesempatan yang harus diambil oleh TNI AL untuk dapat mensukseskan OMSP PB di Indonesia. ©Mayor Laut (P) Ade Prasetia, S.Kel, M.Si. (Han)