Cakrawala Edisi 419 | страница 19
Keunikan pendidikan kelautan atau kemaritiman
memerlukan biaya operasional tinggi guna praktik
laut yang sangat mahal. Padahal peserta didik
sebagian besar adalah dari kalangan ekonomi
lemah. Hampir tidak ada anak keluarga kalangan
berada yang berminat punya profesi kerja keras
dan penuh resiko di laut. Karena tidak mungkin
tingginya biaya pendidikan tersebut dibebankan
kepada peserta didik, maka sangat tepat apabila
biaya pendidikan untuk profesi khusus negeri
kepulauan ini dibebankan kepada Pemerintah.
Dalam rangka melegitimasi peran Pemerintah
yang sangat besar terhadap pendidikan sektor ini,
maka dalam Undang-Undang Perikanan Nomor
13 Tahun 2004, dengan perubahan Nomor 45
Tahun 2009 pasal 57-59 disebutkan diantaranya
“Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan,
pelatihan dan penyuluhan perikanan yang bertaraf
internasional”. Seiring dengan hal tersebut,
segala kurikulum, tenaga pengajar dan saranaprasarananya disesuaikan dengan Standard
of Training and Certification for Watchkeeping
Personnel (STCW) dan STCW-F (at Fishing
Vessel) yang ditetapkan oleh International Maritime
Organization (IMO).
Pendidikan guna membina daya analisa dan
sintesa kelautan dan kemaritiman tentu diberikan
pada strata pendidikan tinggi, yang membidangi
keilmuan dan teknologi. Disinilah peserta didik
diharapkan mampu mengungkap fenomena alam
kelautan, serta memanfaatkan ilmu tersebut
menjadi teknologi yang bermanfaat bagi umat
manusia. Negeri kepulauan dalam kawasan tropis
yang hangat sepanjang tahun menantang banyak
sekali pengungkapan diversitas alam, jauh melebihi
kawasan subtropis.
Dengan melihat luasnya ranah keilmuan dan
teknologi sektor kelautan dan kemaritiman ini,
maka dapat dipahami arti penting dan kompleksnya
pendidikan kebaharian, termasuk mendidik para
kader penjaga kedaulatan keamanan wilayah
NKRI. Kunci pemahaman itu semua adalah pada
terwujudnya keberpihakan Pemerintah dan DPRRI terhadap sektor kelautan dan kemaritiman. Para
pakar kelautan bilang Omne Vivum ex Oceanis,
atau bahasa Sangsekertanya Jalanidhitah Sarva
Jivitam. ©Soen’an Hadi Poernomo, Dosen Sekolah
Tinggi Perikanan (STP), Wakil Ketua Pimpinan
Nasional Saka Bahari)
Cakrawala Edisi 419 Tahun 2014
19