Bluebird - Mutiarabiru Mutiarabiru Magazine - Oktober 2018 | Page 67

Behind the Wheel Human Oriented Technology Di Bluebird, teknologi terbaru tidak diadaptasi begitu saja. Perlu sentuhan manusiawi dan disesuaikan dengan kultur perusahaan. T eknologi telah lama menjadi keunggulan Bluebird. Sejak penggunaan radio sampai Global Positioning System (GPS), Bluebird adalah perusahaan taksi yang selalu menjadi pelopor penggunaan teknologi teranyar. Kini, di era yang disebut “Internet of Things (IoT)”, Bluebird juga ada di tengah-tengah kemajuan. Namun berbeda dengan perusahaan teknologi, Bluebird selalu menyesuaikan penggunaan teknologi dengan sentuhan manusiawi. “Di Bluebird, jasa utama kami terletak pada kualitas layanan yang ramah dan jujur. Jika salah menerapkan teknologi terbaru, kultur khas Bluebird itu bisa luntur,” kata Andeka Putra, Chief Information Officer PT Bluebird Tbk. Dia bercerita tentang seorang pengemudi lama yang mengembalikan sebagian uang ke penumpang. Pengemudi itu menempuh jalan yang agak berputar karena masih dalam tahap belajar menggunakan aplikasi terbaru. Namun dia mengembalikan sebagian uang pembayaran yang dianggapnya sebagai akibat dari kesalahan teknisnya yang tidak disengaja. “Kejujuran seperti itu adalah sesuatu yang tidak bisa ditentukan oleh teknologi. Namun teknologi bisa ikut mendukung kultur khas Bluebird dan terus mengembangkan bisnisnya berdasar kultur itu,” lanjut Andeka yang bergabung dengan Bluebird sejak 2016. Pengembangan teknologi di Bluebird selalu disesuaikan dengan kultur yang telah terbina baik selama ini. Salah satu contohnya adalah penerapan teknologi Demand Prediction, yaitu suatu teknologi informasi yang bisa mempertemukan pelanggan dengan pengemudi yang sesuai. Misal, pengemudi yang biasa berorientasi di wilayah Jakarta Barat dari satu titik ke titik tertentu pada jam-jam tertentu pula bisa disesuaikan dengan pelanggan yang memiliki kesesuaian data. Secara teknis, tim teknologi informasi di Bluebird menyerap data pelanggan dan pengemudi, kemudian berdasar algoritma tertentu data tersebut diolah dan dipertemukan. “Dari dulu sebenarnya ini sudah terjadi, di mana pengemudi membawa pelanggan tertentu secara reguler, mungkin karena sudah kenal atau alasan kebiasaan lain. Nah, teknologi terbaru bisa semakin mempererat kebiasaan seperti itu,” tambah Andeka. Demand Prediction bukanlah teknologi khusus ciptaan Bluebird. Namun di Bluebird teknologi ini dikustomisasi secara khusus sesuai kultur dan pengembangan bisnis perusahaan. Selain Demand Prediction, Andeka bersama timnya sedang mempersiapkan Internet of Things (IoT), yaitu sebuah perangkat teknologi yang akan diinstal pada setiap unit Bluebird dan Silverbird. IoT adalah fitur teknologi yang memiliki multifungsi, termasuk sebagai pengganti peran argometer dan GPS. Lebih dari itu, IoT mampu menginformasikan kondisi kendaraan secara real time dan juga memberi input informasi lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk banyak hal. Ke depannya, kami melihat teknologi bukan hanya mampu untuk melanggengkan kultur perusahaan, tapi juga dapat ikut mengembangkan perusahaan. Melalui teknologi, kita bisa menyerap berbagai informasi yang bisa diolah untuk pengembangan bisnis,” ujar sarjana Teknologi Informasi ini. Ke depannya, dia mengatakan bahwa Bluebird akan melangkah ke MaaS (Mobility as a Service), di mana nanti Bluebird bisa melayani transportasi publik multiplatform. Sehingga suatu hari nanti orang bisa berpindah dari Bluebird ke bus atau ke LRT dan MRT dalam satu aplikasi terintegrasi. MANUSIAWI | Andeka Putra (atas) memastikan bahwa teknologi di Bluebird memiliki sentuhan manusiawi. Mutiara Biru 65