Going Places
Destination
Museum dan City Tour
Wisata Sejarah
Ada beberapa cara mengenal Semarang lebih
dekat. Pertama, berkunjung ke Museum Ranggawarsita
di Jalan Abdulrahman Saleh. Di sini, dipamerkan
lebih dari 50.000 benda koleksi yang tersebar di gedung
A, B, C, dan D, masing-masing menampilkan koleksi
tematik, dari geografi, arkeologi, etnografi, teknologi,
hingga seni rupa. Ranggawarsita sendiri adalah
pujangga dari Keraton Kasunanan Solo yang hidup
pada abad ke-19, semasa pemerintahan Pakubuwono
VII. Kedua, naik bus tingkat Si Kenang yang mangkal
di pelataran Museum Ranggawarsita, tanpa dipungut
biaya. Bus berkapasitas 70 orang yang menggaungkan
tagline “Yuk Muter-muter Semarang” ini beroperasi setiap
Selasa sampai Minggu, dengan jadwal keberangkatan
berbeda-beda. Rute yang dilewati antara lain Tugu
Muda, Stasiun Tawang, Lawang Sewu, Simpang Lima,
Kelenteng Sam Poo Kong, juga berhenti sebentar di Kota
Lama dan Kampung Pelangi.
25 menit dari Simpang Lima
Pasar Semawis
Nuansa Tionghoa
Sejumlah literatur menyebutkan, orang Tionghoa
menjejakkan kakinya di Semarang sejak abad ke-15,
ketika kapal yang dikomando oleh Laksamana Cheng Ho
melintas di Laut Jawa dan berlabuh. Berabad kemudian,
pada era 1740-an, terjadi konflik etnis yang memaksa warga
Tionghoa yang semula bermukim di kawasan Gedong
Batu, lalu hijrah ke kawasan Pecinan sekarang. Memasuki
2000, kawasan yang memiliki sembilan kelenteng ini pun
meramai, terutama saat Imlek. Wilayah ini lebih populer
dengan nama “Pasar Semawis”. Belakangan, seruas Jalan
Gang Warung dan sekitarnya menjadi destinasi wisata
kuliner saban akhir pekan, sejak sore hingga malam.
Deretan tenda juga kedai menyajikan makanan klasik,
antara lain gudeg, soto dan es hawa dan tentu saja
masakan oriental. Juga tersedia menu jaman now seperti
smoky snack ala Korea dan obanyaki ala Jepang.
35 menit dari Tugu Muda
Mutiara Biru
47