Bluebird - Mutiarabiru Mutiarabiru Magazine - November 2018 | Page 57

Going Places Transporter D i satu sisi, apresiasi harus diberikan kepada pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo karena berhasil mengakselerasi pembangunan infrastruktur jalan. Tidak saja di Pulau Jawa, tetapi juga di luar Pulau Jawa, termasuk jalan yang menghubungkan kota dan kabupaten di Papua. Begitu juga dengan pengembangan jalan rel di luar Jawa, dan yang terpenting adalah mengembangkan infrastruktur angkutan publik di perkotaan. Demikian ujar Tri Tjahjono yang menyelesaikan masternya tentang Transport Planning and Engineering dari University of Leeds, Inggris. Khusus mengenai angkutan perkotaan, dosen Universitas Indonesia ini mengatakan bahwa pemerintah masih perlu lebih giat mengembangkan perencanaan yang kuat untuk infrastruktur dan sarana umum perkotaan. “Tidak semua kota memiliki kekuatan fiskal untuk membiayai angkutan umum berbasis rel, walaupun bekerja sama melalui skema Kemitraan Badan Pemerintah dengan Badan Usaha. Untuk ini diperlukan tahapan berjenjang yang diawali dengan rasionalisasi dan pembenahan angkutan umum yang ada terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan mendorong angkutan massal berbasis jalan hingga pada suatu saat dapat dikonversikan kepada angkutan berbasis rel bila permintaan dan kemampuan fiskal sebuah kota sudah memadai,” lanjut Doktor yang menyelesaikan S3-nya di bidang Keselamatan Transportasi ini. banyak bisa diharapkan karena keterbatasan ruas yang diselesaikan. Dan yang terpenting, belum ada skema bagaimana mengintegrasikan angkutan ini dengan moda transportasi yang sudah ada,” ujarnya. Transportasi Pintar Menurutnya skema integrasi transportasi ini mendesak untuk segera diwujudkan. BRT tetap menjadi tumpuan angkutan di Jakarta dan seharusnya diperluas hingga wilayah Bodetabek. Sejumlah keberhasilan Transjakarta menunjukkan “The Power of BRT” dan bus regular system. Dengan biaya yang lebih murah, bus-bus itu mampu mengangkut penumpang yang besar sehingga mobilitas kota berjalan. Karena itu, menurutnya LRT, MRT dan BRT harus terintegrasi dengan baik. Hal ini juga berlaku untuk LRT yang diinisiasi oleh pemerintah pusat. Selain itu, Tjahjono juga menekankan pentingnya strategi skema tarif yang akan sangat menentukan keberhasilan serta pengaturan mobilitas masyarakat. Baik itu di first mile perjalanan (perjalanan di kawasan pemukiman), maupun last mile (akhir perjalanan di tujuan perjalanan) perlu dibenahi dengan baik. Di sini taksi juga ikut berperan. “Angkutan publik non-trayek seperti taksi masih sangat dibutuhkan masyarakat, khususnya untuk first mile dan last mile perjalanan dengan mengombinasikan masyarakat menggunakan angkutan massal agar biaya perjalanan terjangkau dan dalam segi waktu dapat tercapai,” Persoalan mendasar yang harus mendapat perhatian pemerintah sekarang ini menurutnya adalah integrasi transportasi yang komprehensif. INTELLIGENT | Perlu kecerdasan lebih untuk mengatur sistem transportasi agar lebih maju. lanjutnya, kemudian menambahkan catatan bahwa masyarakat menggunakan taksi karena taksi dianggap memiliki privasi tinggi yang juga dibutuhkan masyarakat. Mulai 2019 mendatang, Tjahjono melihat sistem “transportasi pintar” harus menjadi acuan pemerintah. “Pemerintah harus memberi perhatian pada penerapan teknologi yang sebentar lagi menjadi keharusan, yaitu Intelligent Transportation System (ITS). Pada gilirannya, masyarakat melalui ponsel dapat memilih jenis angkutan dan prediksi waktu tempuh yang terjamin,” ujar Tri Tjahjono menyimpulkan. Di Jakarta, Tri Tjahjono memuji pemerintah yang mampu mempercepat terwujudnya Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rail Transit (LRT), yang diharapkan mampu membantu sebagian masalah kronis mobilitas masyarakat Jabodetabek. Meski begitu, beliau mengatakan bahwa percepatan tersebut belum tentu bisa menyelesaikan masalah kemacetan yang ada. Karena menurutnya pemerintah belum menaruh perhatian lebih pada skema yang komprehensif tentang perencanaan manajemen permintaan (demand management) dan manajemen transportasi serta manajemen lalu lintas. Persoalan mendasar yang harus mendapat perhatian pemerintah sekarang ini menurutnya adalah integrasi transportasi yang komprehensif sehingga masyarakat dapat menggunakan angkutan umum dari awal perjalanan. Misalnya menjadikan angkot sebagai feeder first mile perjalanan yang terkoneksi dengan MRT, LRT, dan Bus Rapid Transit (BRT). “LRT dan MRT bila sudah dioperasikan akan menjadikan Jakarta sebagai kota yang memiliki platform angkutan massal seperti kota besar lainnya. Tetapi dalam tahap awal ini belum Mutiara Biru 55