Bluebird - Mutiarabiru Mutiarabiru Magazine - April 2018 | Page 67

Behind the Wheel Improvisasi Staf Bandara Para staf counter di terminal bandara harus pandai berimprovisasi dalam berkomunikasi dengan calon penumpang taksi yang memiliki beragam karakter. S ejak 1990-an, Blue Bird Group (BBG) membuka counter di tiap terminal bandara. Staf counter BBG melayani kebutuhan taksi, dari armada Blue Bird, Silver Bird sampai Golden Bird. Jumlah staf di tiap counter tidak sama, tergantung kebutuhan. Terminal 1 A, B, C yang ramai, misalnya, dijaga sekitar tujuh dispatcher dan tujuh petugas lapangan, plus satu supervisor. Dispatcher berjaga di counter di dalam terminal bandara. Mereka memastikan calon penumpang mendapatkan taksi, baik yang diorder secara langsung maupun online. Sementara petugas lapangan berjaga di luar terminal bandara, atau tepatnya di lobi. Mereka memandu calon penumpang sampai duduk di kabin taksi, juga membantu memasukkan barang di bagasi. “Arus armada taksi di bandara harus diatur, tidak bisa sekaligus berbondong-bondong memenuhi lobi,” kata Achmad Zulkarnaen, Assistant Manager Operation Airport Soekarno-Hatta (APSH). Di sisi lain, pengaturan ini memakan waktu, sehingga mau tak mau calon penumpang harus menunggu atau mengantre. Mereka yang tidak sabar, sontak melontarkan komplain. Diakui Roro Gustyonowaty, dispatcher di counter Gate 4 Terminal 3 Bandara Soetta, ada saja satu-dua penumpang yang berada dalam antrean betul-betul tidak sabar dan melakukan tindakan yang nyaris seperti mengancam. Pada umumnya mereka adalah orang-orang yang tidak tahan antrean dan selalu ingin diprioritaskan. Roro mengatakan bahwa orang-orang itu kadang membuatnya ketar-ketir. Menghadapi situasi seperti ini, menurut Zulkarnaen, para staf counter harus pandai berimprovisasi dalam berkomunikasi dengan calon penumpang. Sebisa mungkin menenangkan mereka, dan tidak terpancing emosi. Ini pula yang dilakukan Roro, dan berhasil. Dia mengakui, memang perlu trik tersendiri untuk menghadapi pelanggan dengan beragam karakter. Lain lagi kisah Maulana, supervisor Terminal 1 A, B, C. Suatu kali, dia mendapat laporan dari seorang turis asal Tiongkok bahwa paspornya tertinggal di taksi Blue Bird. Pria yang akrab disapa Alan ini segera berkoordinasi dengan pihak pool. Lalu, paspor diantar dan diserahterimakan kepada si turis, tanpa dipungut bayaran. “Dia senang bisa kembali ke negaranya,” kata Alan. Menurut Alan, koordinasi bisa berjalan baik berkat kekompakan tim BBG, dari pengemudi taksi, staf pool, staf counter sampai staf lain. Keakraban dan suasana kekeluargaan yang melatari keseharian tak sekadar menciptakan loyalitas dan kenyamanan di tempat kerja, tapi juga semangat untuk melayani penumpang. Budaya kerja itulah yang belakangan diterapkan oleh Muhammad Zamroni, selaku Airport Operation Manager. “Jadi lebih ditekankan pada kemampuan staf untuk menjual layanan: cara menghadapi pelanggan dan menemukan solusi suatu masalah. Bukan lagi semata target atau angka-angka, tapi aplikasi budaya kerja,” ujarnya menyimpulkan. LIHAI | Staff pengatur antrean di bandara mesti lebih lihai dalam menghindari kesalahan. Mutiara Biru 65