WISATA
Dari kota terkumuh di
dunia, Shanghai berubah
wujud menjadi kota yang
bersih dan nyaman.
Padahal, penduduknya
lebih dari 20 juta.
Transformasi Cina
dari Komunis ke Kapitalis
FOTO: ASN/IKE
S
epuluh atau 20 tahun yang
lalu pasti kita selalu mengaitkan
negara Cina sebagai sebuah
negara komunis yang memiliki
sejuta cerita menyeramkan atau
menyedihkan. Tapi, sekarang, khususnya
kota-kota besarnya, Cina telah
berkembang pesat. Kota-kota besarnya
seperti kota-kota di negara Barat atau
Amerika Serikat.
Meski kehidupan masyarakat
kota besar di Cina tidak sebebas atau
seliberal masyarakat kota di Jepang
atau Korea Selatan, saat ini sulit kita
membayangkan kehidupan masyarakat
kota besar di Cina sebagai kehidupan
dari sebuah negara berpaham komunis
yang serba-terkekang dan diatur ketat
26
oleh pemerintahnya.
Begitulah kesan yang
ditangkap reporter ASATUNEWS yang
mendapatkan kesempatan mengunjungi
Shanghai, Hangzou, Wenzhou, Wuxi,
dan kota lain di Cina selama seminggu
pada awal Oktober lalu. Berikut
laporannya.
“Ketika mendarat di Shanghai
Internasional Airport, saya langsung
mendapatkan kesan betapa luas
dan canggihnya bandar udara yang
dikenal dengan inisial SIA ini. Dibangun
pada tahun 1999, SIA telah mencatat
melayani keberangkatan hampir 50 juta
penumpang internasional dan domestik
sepanjang tahun 2012 saja.
Walaupun demikian, berbeda
edisi 2/th. I | Okt - Nov 2013
dengan Bandara Soekarno-Hatta
(Soetta), sama sekali tidak terlihat
kepadatan, ingar-bingar, atau
penumpukan calon penumpang selama
kami berada di area SIA ini. Suasana
nyaman, lega, bersih, dan rapi terasa di
mana-mana. Mungkin karena luas SIA
hampir tiga kali luas Bandara Soetta dan
penanganan para staf bandara-nya yang
cekatan dan profesional.
Namun, sambungan internet
gratis (WiFi)-nya sangat mengecewakan,
baik dalam kapasitas maupun
kecepatannya. Pengguna WiFi tidak
dapat mengakses fasilitas sosial media,
seperti Facebook atau Twitter. Di
samping itu, para penumpang yang
ingin menggunakan Wi-Fi diharuskan