SOROT
duduknya di bak truk, bukan di dalam
dekat sopir,” tutur Y.
Cukup lama juga Chasan Sochib
bekerja dengan H. Tubagus Kaking,
sampai tahun 1970-an. “Sampai suatu hari,
entah kenapa, Kaking menyuruh Chasan
Sochib bikin perusahaan sendiri saja,
keluar dari perusahaan Kaking,” ujar Y.
Maka, pada tahun 1970-an, Chasan
Sochib pun membuat CV Sinar Ciomas.
“Kalau enggak salah, dia bikin CV itu tahun
1972. Ini hanya perusahaan kecil, dapat
order kecil-kecilan dari Kodam Siliwangi.
Tapi, kemudian, mulai dapat proyek
pembuatan irigasi, berkat kerja samanya
dengan pegawai Kabupaten Serang,
Sutadi itu. Tapi, sejak awal, proyek yang
dikerjakan CV Sinar Ciomas memang bisa
dibilang semuanya tak pernah beres. Tapi,
karena Chasan Sochib selalu menggunakan
kekerasan dan suka mengancam, apalagi ia
juga dekat tentara, CV Sinar Ciomas terus
dapat proyek,” kata Y.
Langkah Chasan Sochib semakin
lebar setelah Gabungan Pelaksana
Konstruksi Nasional (Gapensi) membuka
perwakilan di Serang, tahun 1976. “Chasan
Sochib diangkat sebagai ketuanya. Tak
puas menjadi Ketua Gapensi Banten,
Chasan Sochib kemudian merebut
kepemimpinan Kadin Banten. Prosedurnya
memang dengan pemilihan, tapi prosesnya
menuju ke sananya menggunakan
ancaman kekerasan,” ungkap Y lagi.
Ketika itu, Chasan Sochib sudah
menambahkan gelar “tubagus” di
depan namanya. “Tapi, pemakaian gelar
sempat dipertanyakan oleh Tubagus
Kaking dan juga oleh Bupati Serang
ketika itu, H. Tubagus Syafaruddin.
Karena, asal-usul gelar keluarga
tubagusnya tidak jelas,” ujar Y.
CV Sinar Ciomas juga sudah
berganti menjadi perusahaan terbatas
(PT). “Jadi, Chasan Sochib ingin main
proyek juga di tingkat provinsi, makanya
CV diganti PT. Tapi, ternyata nama PT
Sinar Ciomas sudah ada yang punya di
Bogor, makanya kemudian dipilih nama
PT Sinar Ciomas Raya Kontraktor. Itu
tahun 1980-an,” kata Y.
Pada masa ini, sebagai Ketua Kadin
Banten, Chasan Sochib mewajibkan semua
proyek yang masuk ke Banten harus lewat
dia. “Dia juga membuat sistem konsensus
proyek. Dia diajari oleh seseorang
yang memang sudah berpengalaman
mengerjakan proyek pemerintah. Dengan
sistem konsensus proyek ini, proyekproyek yang masuk ke Banten dijadikan
bancakan dan seperti arisan, tapi bagian
Chasan Sochib selalu lebih besar. Sampai
masa ini saja, proyek-proyek yang
dikerjakan perusahaan Chasan Sochib
masih tidak pernah beres,” papar Y.
Pada pertengahan dekade
1980-an, PT Sinar Ciomas pun mulai
merambah proyek-proyek yang ada di
Provinsi Jawa Barat. Ketika itu, Ratu Atut
sudah menikah dengan Hikmat Tomet.
“Dia anak Bandung. Bapaknya tentara,”
kata Y tentang asal-usul Tomet.
Kiprah PT Sinar Ciomas Raya
Kontraktor di Jawa Barat, Bandung
khususnya, tak bisa dilepaskan dari
peran Hikmat Tomet. “Ada pembagian
tugas. Saya ingat, ini yang mengusulkan
Tomet. Jadi, Hikmat Tomet yang
mengintip dan mencari proyek, Chasan
Sochib diminta Tomet untuk memberi
tekanan kepada siapa saja yang
mencoba menghalangi mereka untuk
mendapatkan proyek itu,” tutur Y.
Pada masa inilah Chasan Sochib
dengan bendera PT Sinar Ciomas Raya
Kontraktor merajalela ingin menguasai
berbagai proyek yang didanai APBD
dan juga APBN. “Dia juga kemudian
membuat banyak perusahaan lain, untuk
memperlancar kongkalikongnya,” ungkap Y.
Chasan Sochib lalu aktif di Golkar.
“Dia itu masuk Golkar belakangan.
Jadi, salah kalau dia dibilang sudah di
Golkar sejak zaman Sekber Golkar. Dia
masuk Golkar, ya, karena supaya lancar
usahanya,” tutur Y.
Ketika kekuasaan Orde Baru
mulai digoyang banyak elemen
masyarakat, Chasan Sochib awalnya
tetap berkukuh membela Orde Baru.
Bahkan, ia mengirimkan jawara Banten
ke Jakarta untuk membantu ABRI
mengatasi aksi demonstran. “Tapi,
sewaktu Soeharto tumbang, dia beralih
mendukung reformasi. Malah, dia
paling semangat,” V