Asatunews Magazine - edisi 02 Okt - Nov 2013 | Page 15

SOROT duduknya di bak truk, bukan di dalam dekat sopir,” tutur Y. Cukup lama juga Chasan Sochib bekerja dengan H. Tubagus Kaking, sampai tahun 1970-an. “Sampai suatu hari, entah kenapa, Kaking menyuruh Chasan Sochib bikin perusahaan sendiri saja, keluar dari perusahaan Kaking,” ujar Y. Maka, pada tahun 1970-an, Chasan Sochib pun membuat CV Sinar Ciomas. “Kalau enggak salah, dia bikin CV itu tahun 1972. Ini hanya perusahaan kecil, dapat order kecil-kecilan dari Kodam Siliwangi. Tapi, kemudian, mulai dapat proyek pembuatan irigasi, berkat kerja samanya dengan pegawai Kabupaten Serang, Sutadi itu. Tapi, sejak awal, proyek yang dikerjakan CV Sinar Ciomas memang bisa dibilang semuanya tak pernah beres. Tapi, karena Chasan Sochib selalu menggunakan kekerasan dan suka mengancam, apalagi ia juga dekat tentara, CV Sinar Ciomas terus dapat proyek,” kata Y. Langkah Chasan Sochib semakin lebar setelah Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional (Gapensi) membuka perwakilan di Serang, tahun 1976. “Chasan Sochib diangkat sebagai ketuanya. Tak puas menjadi Ketua Gapensi Banten, Chasan Sochib kemudian merebut kepemimpinan Kadin Banten. Prosedurnya memang dengan pemilihan, tapi prosesnya menuju ke sananya menggunakan ancaman kekerasan,” ungkap Y lagi. Ketika itu, Chasan Sochib sudah menambahkan gelar “tubagus” di depan namanya. “Tapi, pemakaian gelar sempat dipertanyakan oleh Tubagus Kaking dan juga oleh Bupati Serang ketika itu, H. Tubagus Syafaruddin. Karena, asal-usul gelar keluarga tubagusnya tidak jelas,” ujar Y. CV Sinar Ciomas juga sudah berganti menjadi perusahaan terbatas (PT). “Jadi, Chasan Sochib ingin main proyek juga di tingkat provinsi, makanya CV diganti PT. Tapi, ternyata nama PT Sinar Ciomas sudah ada yang punya di Bogor, makanya kemudian dipilih nama PT Sinar Ciomas Raya Kontraktor. Itu tahun 1980-an,” kata Y. Pada masa ini, sebagai Ketua Kadin Banten, Chasan Sochib mewajibkan semua proyek yang masuk ke Banten harus lewat dia. “Dia juga membuat sistem konsensus proyek. Dia diajari oleh seseorang yang memang sudah berpengalaman mengerjakan proyek pemerintah. Dengan sistem konsensus proyek ini, proyekproyek yang masuk ke Banten dijadikan bancakan dan seperti arisan, tapi bagian Chasan Sochib selalu lebih besar. Sampai masa ini saja, proyek-proyek yang dikerjakan perusahaan Chasan Sochib masih tidak pernah beres,” papar Y. Pada pertengahan dekade 1980-an, PT Sinar Ciomas pun mulai merambah proyek-proyek yang ada di Provinsi Jawa Barat. Ketika itu, Ratu Atut sudah menikah dengan Hikmat Tomet. “Dia anak Bandung. Bapaknya tentara,” kata Y tentang asal-usul Tomet. Kiprah PT Sinar Ciomas Raya Kontraktor di Jawa Barat, Bandung khususnya, tak bisa dilepaskan dari peran Hikmat Tomet. “Ada pembagian tugas. Saya ingat, ini yang mengusulkan Tomet. Jadi, Hikmat Tomet yang mengintip dan mencari proyek, Chasan Sochib diminta Tomet untuk memberi tekanan kepada siapa saja yang mencoba menghalangi mereka untuk mendapatkan proyek itu,” tutur Y. Pada masa inilah Chasan Sochib dengan bendera PT Sinar Ciomas Raya Kontraktor merajalela ingin menguasai berbagai proyek yang didanai APBD dan juga APBN. “Dia juga kemudian membuat banyak perusahaan lain, untuk memperlancar kongkalikongnya,” ungkap Y. Chasan Sochib lalu aktif di Golkar. “Dia itu masuk Golkar belakangan. Jadi, salah kalau dia dibilang sudah di Golkar sejak zaman Sekber Golkar. Dia masuk Golkar, ya, karena supaya lancar usahanya,” tutur Y. Ketika kekuasaan Orde Baru mulai digoyang banyak elemen masyarakat, Chasan Sochib awalnya tetap berkukuh membela Orde Baru. Bahkan, ia mengirimkan jawara Banten ke Jakarta untuk membantu ABRI mengatasi aksi demonstran. “Tapi, sewaktu Soeharto tumbang, dia beralih mendukung reformasi. Malah, dia paling semangat,” V