Asatunews Magazine - edisi 02 Okt - Nov 2013 | Page 11

LapORANUTAMA Tentu saja, kata dia, Syamsul Arifin tidak memberikan izin lokasi tersebut kepada pihak PLN karena akan berakibat hukum jika izin yang sudah dikeluarkan kepada PT BSU juga diberikan kepada PT PLN. “Jadi tidak mungkin mengeluarkan dua izin di satu lokasi,” kata anggota dewan asal pemilihan Binjai-Langkat ini. Karena itu, menurut Raudin, dirinya amat menyesalkan pernyataan Dahlan Iskan yang terkesan mendiskreditkan Syamsul. Padahal, krisis listrik di Sumatera Utara nyata-nyata akibat buruknya kinerja manajemen PLN. Buktinya, sambung Rauddin, setelah izin prinsip PLTA Asahan 3 diberikan ke PT PLN oleh Pelaksana Tugas Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho pada Februari 2012, karena PT BSU yang menerima izin prinsip sebelumnya menyatakan mengundurkan diri dari rencana pembangunan tersebut, hingga saat ini tidak ada apa pun yang dilakukan PT PLN. “Padahal, Asahan 3 direncanakan mulai beroperasi 2014 mendatang. Ini membuktikan PLN memang tidak becus. Hal ini diperparah dengan mental korup pada jajaran top manajemen PLN di daerah ini yang menyeret beberapa pejabatnya sebagai terdakwa karena kasus korupsi mesin pembangkit baru-baru ini,” ungkap Raudin. Bahkan, lanjut Rauddin, dari data dan fakta yang diperoleh dewan melalui panitia khusus listrik, beberapa pembangkit yang dikelola PLN tidak dapat berfungsi dengan baik, meski sudah menghabiskan dana ratusan miliar rupiah. Contohnya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin yang direncanakan bisa menghasilkan 2 x 115 megawat. Ternyata, PLTU Labuhan yang terdiri dari dua unit itu, satu pembangkitnya rusak dan kapasitas yang dihasilkan pembangkit satunya lagi, hanya 60 megawat. “Begitu juga dengan pembangkit lainnya di daerah ini. Jadi, pernyataan Dahlan hanya untuk menutupi kebobrokan PT PLN yang pernah ia pimpin,” ujar Raudin. Selain Rauddin, Ketua DPR Marzuki Alie di Jakarta, Selasa (1/10), juga kesal. "Tanya Da