Asatunews Magazine - edisi 02 Okt - Nov 2013 | Page 10

LapORANUTAMA Foto: istimewa TUNTUT KERUGIAN : Ratusan buruh dan mahasiswa yang tergabung dalam Koalisi Rakyat Marah turun ke jalan memprotes keras pemadaman aliran listrik. Mereka mendesak pemerintah memberikan kompensasi kerugian rakyat akibat pemadam aliran listrik tersebut. Dahlan memaparkan, tiga tahun lalu, ketika masih jadi Direktur Utama PLN, ada rencana membangun pembangkit listrik Asahan 3. PLN telah pun menyiapkan segalanya, mulai dari dana US$ 250 juta hingga desain pembangkit. Namun, pembangunan pembangkit berkapasitas 180 MW ini terganjal izin Gubernur Sumatera Utara saat itu, yaitu Syamsul Arifin. "Semuanya sudah siap, tapi izinnya tidak dikeluarkan. Gubernurnya tidak mengizinkan. Saya sudah bilang akan terjadi krisis listrik. Saya bilang, ‘Pak, nanti akan terjadi krisis listrik.' (Izinnya) tidak dikasih," ujar Dahlan di Jakarta, Kamis (3/10). Dahlan katanya sampai berseteru dengan gubernur tersebut. "Saya sampai perang terbuka dengan gubernur. Ini bukan untuk saya, tapi untuk rakyat Sumut," tuturnya. Namun, pada 23 April 2010 lalu, harian Kompas memuat berita yang berisi pernyataan Syamsul Arifin. Ketika itu, Syamsul mengatakan dirinya akan meneken izin pembangunan pembangkit listrik Asahan 3 kapan saja diminta, 10 asalkan ada jaminan dari Direktur Utama PLN Dahlan Iskan bahwa listrik yang dihasilkan hanya untuk kepentingan memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Provinsi Sumatera Utara. Dalam berita itu juga dituliskan, Syamsul meminta PLN agar tidak menyalurkan listrik PLTA Asahan 3 untuk perusahaan yang membutuhkan daya listrik besar dalam operasional, seperti PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum). “Saya kapan pun mau teken (izin lokasi). Minggu ini, saya akan bertemu dengan Direktur Utama PLN Dahlan Iskan. Saya meminta jaminan PLN dan Jepang yang akan membangun PLTA Asahan 3 agar listriknya untuk kepentingan masyarakat Sumut. Saya minta jaminan itu secara tertulis,” ungkap Syamsul seperti tertera dalam berita tersebut. Dahlan Iskan pun menanggapi omongan Syamsul Arifin, tapi lebih dari tiga tahun kemudian, yakni pada 3 Oktober 2013. Itu pun karena Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho menyurati Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait krisis listrik di edisi 2/th. I | Okt - Nov 2013 provinsi yang ia pimpin. Tapi, masih saja Dahlan Iskan mencoba berkeli. Dengan arogan, ia mengatakan soal akan disalurkannya listrik ke Inalum itu hanyalah isu murahan. Banyak orang pun menjadi meradang dengan sikap Dahlan Iskan yang seperti itu. Anggota DPRD Sumatera Utara Drs H Rauddin Purba, misalnya, menuding Dahlan Iskan sedang mencari kambing hitam dan pernyataannya bahwa Syamsul Arifin yang menjadi dalang krisis listrik di Sumatera Utara adalah pernyataan yang menyesatkan. “Pernyataan itu hanya upaya mencari-cari kambing hitam dan menyesatkan, karena nyata-nyata krisis listrik berkepanjangan di Sumut akibat bobroknya kinerja PLN. Jadi, saya nilai, itu hanya pernyataan kalap Dahlan Iskan,” kata Raudin Purba, Jumat (4/10). Menurut Raudin, Syamsul Arifin ketika itu tidak mau memberikan izin PLTA Asahan 3 kepada pihak PLN karena sebelumnya izin tersebut sudah diberikan kepada PT Badrajaya Swarna Utama (BSU) oleh gubernur sebelumnya, Rudolf Pardede.