Wonwoo dan Soonyoung melongo. Bukannya Mingyu sudah bangun tadi?
“Kau tadi kan sudah bangun,” kali ini Soonyoung yang menjawab. “Kita bahkan sarapan
bersama.”
“Hah?” Giliran Mingyu yang melongo mendengar ini. Ia mengerutkan keningnya, “Tapi aku
baru bangun, 10 menit yang lalu. Dan rumah kosong. Lalu, saat aku bertanya tetangga
sebelahku, ia bilang melihat kalian lari ke sini.”
Kepingan-kepingan puzzle itu diam-diam disatukan Wonwoo di otaknya, dan ketika ia berha-
sil menyatukannya, Wonwoo membangun satu kesimpulan: Mingyu memang berkepribadian
ganda.
Dalam artian, ada yang mengambil alih dirinya saat ia tidur.
“Jangan bohong kau!” Soonyoung berdiri, berkacak pinggang dengan marah, “Kau sendiri
tadi yang sarapan, kau juga menjawab pertanyaanku kok! Bagaimana bisa kau bilang kau
baru bangun?”
Mingyu membalasnya, tidak kalah kesal, “Tapi aku memang baru bangun! Tidak ada orang di
rumah, makanya aku lari ke sini!”
Oh, sial. Ini berubah menjadi menyeramkan. Soonyoung seketika itu juga terdiam, ia
menoleh dan menatap Wonwoo dengan pandangan yang sulit diartikan. “Kau dengar itu?”
Wonwoo mengangguk. Ia berdiri, menatap Mingyu dengan saksama. “Apa kau yakin kau
baru bangun?”
Yang ditanya mengangkat dua jarinya, membentuk gaya peace, tanda ia tidak berbohong.
“Aku serius,” katanya kemudian, raut wajahnya seperti orang putus asa.
“Lalu, yang tadi,” Soonyoung menatap Mingyu dan Wonwoo bergantian, “Siapa?”
“Apa kau dirasuki?”
Pertanyaan singkat itu, otomatis membuat Soonyoung dan Mingyu bergidik mendengarnya.
Mingyu melotot, tangannya merangkul lengan Wonwoo, “Apa aku tadi kesurupan?”
“Well,” Wonwoo mengembuskan napasnya saat Soonyoung juga ikut merangkul lengan
kirinya, sekarang ia terlihat seperti seorang ayah dengan dua anaknya yang ketakutan, “Dise-
but kesurupan, kau terlalu tenang untuk itu. Tapi tidak ada kata lain selain kesurupan yang
cocok untuk—“
“—jadi,” potong Mingyu, semakin mendekatkan badannya pada Wonwoo, “Aku kesurupan.”
Mingyu mengatakan ini dengan wajah yang cukup dramatis, seolah-olah hal kesurupan yang