mengapa suasana di lapangan ini juga tidak ada bedanya. Sama-sama menyeramkan. Seperti
kau baru saja keluar rumah malam-malam.
Dan ini, umpama yang paling dibenci Wonwoo, tapi sekarang ketika mereka duduk berdua di
sini, ia merasa seperti ada ribuan mata di balik pohon sana yang sedang menatap keduanya.
“Mungkin,” Wonwoo ragu ketika ia menjawab pertanyaan Soonyoung barusan, sehingga ia
segera menambahkan, “Tapi bertahun-tahun aku bertemu dengannya, baru kali ini dia seperti
itu.”
Soonyoung memijat pelipisnya. “Aku jadi menyesal.”
Wonwoo jelas tahu apa maksud Soonyoung—menyesal ikut dalam liburan musim panas ini,
jadi ia membalas, “Penyesalan memang selalu datang terlambat.”
“Tapi kau harusnya bersyukur karena ada aku,” Wonwoo memicingkan matanya atas perkata-
an Soonyoung, “Coba kau bayangkan, kau sendirian di sana dan tiba-tiba ada Mingyu yang
tersenyum mengerikan seperti tadi. Ayolah, aku tahu kau tidak seberani itu, Jeon Wonwoo.”
Tidak salah, tapi tidak benar juga, karena “Well, aku memang lebih berani daripada kau, kan,”
kilah Wonwoo cepat, yang langsung dibalas tatapan tajam Soonyoung. “Bisa tidak kau kubur
dulu sikap menyebalkanmu itu?” tanya temannya itu kesal, yang dibalas cengiran terpaksa
Wonwoo.
Omong-omong, Wonwoo jadi teringat kata-kata ibunya kemarin malam. Saat ia menata
tempat tidurnya dan Soonyoung. Ketika temannya itu sedang mandi, ibunya datang ke kama-
rnya dan melontarkan dua pertanyaan. “Apa kau baik-baik saja? Atau kau merasa khawatir
dengan sesuatu?” Wonwoo menjawab dengan enteng, “Aku baik-baik saja, Bu. Paling yang
kukhawatirkan hanya suara dengkuran Soonyoung saat tidur nanti.”
Apa ibunya juga tahu kalau ada sesuatu yang aneh di sana?
Karenanya beliau bertanya malam itu, dan mencoba menemukan alasan agar mereka bisa
keluar dari sana?
Karena jika iya, untuk kedua pertanyaan di atas, maka sekarang Wonwoo sangat amat menye-
sal telah menjawab bahwa ia baik-baik saja.
“Aku tahu kau tidak bakal percaya ini,” Soonyoung meremas tangannya gugup, mendekatkan
dirinya pada Wonwoo dengan ketakutan. Ia menarik napasnya cepat, sebelum mulai berceri-
ta. “Kau tahu kan aku cepat bosan. Jadi tadi, sebelum aku pergi ke kamarmu itu, aku pergi ke
halaman belakang. Kukira, di sana aku akan menemukan sesuatu. Seperti hewan peliharaan
atau sejenisnya. Dan kau tahu apa yang kulihat di sana?” Wonwoo tanpa sadar ikut mem-
bungkukkan badannya guna menyejajarkan posisi dengan wajah Soonyoung yang semakin
menunduk. “Harpa tua.”