MABHATS 9
S
ejarah bangsa Indonesia tidak pernah
bisa dilepaskan dari kaum Muslimin. Di
masa kolonialisasi, raja-raja Islam men-
gangkat senjata melawan penjajah. Ketika ko-
lonialisasi memasuki era modern, Ulama dan
santri membentuk angkatan perang bersenja-
ta. Ada laskar Hizbullah yang anggotanya dari
kalangan santri. Ada barisan Sabilillah, yang
anggotanya dari para Ulama dan kaum tua.
Peran Hizbullah dan Sabilillah sangat
membantu tokoh-tokoh pejuang dalam men-
gusir penjajah Barat. Dalam perang dramatis
Surabaya ’45, angkatan perang Indonesia di-
dominasi laskar Hizbullah dan Sabilillah. Bah-
kan, perang dalam rangka pembebasan kota
Surabaya dari pihak Sekutu itu dimenangkan
Hizbullah. Dari sanalah cikal bakal TNI lahir se-
bagai pembela NKRI.
Sejak masa sebelum hingga ketika
proklamasi kemerdekaan, kaum santri dan
Ulama bekerja keras mengusir penjajah demi
membangun negara berkeadilan. Dalam tiap
tahap perjuangan bangsa, selalu ada per-
an Ulama. Sebelum memproklamasikan ke-
merdekaan tanggal 17 Agustus 1945, Bung
Karno di Cianjur menemui dua Ulama besar,
yaitu KH. Abdul Mukti dari Muhammadiyah
dan KH. Hasyim Asy’ari dari NU untuk meminta
masukan (Ahmad Mansyur Suryanegara, Api
Sejarah, hal. 27 dan 275).
Jauh sebelum Indonesia merdeka, mun-
cullah tokoh-tokoh Ulama yang berada di bari-
san terdepan membebaskan Indonesia. Syarif
Hidayatullah misalnya, seorang Ulama seka-
ligus panglima perang yang berhasil merebut
kota Jakarta dari penjajah. Dengan rahmat
Allah , Syarif Hidayatullah bersama pasu-
kannya akhirnya mengusir penjajah dari bumi
Jakarta. Sebelumnya, Jakarta diberi nama Bat-
avia pada masa pemerintahan kolonial. Nama
yang khas ala Eropa dengan tanggal 22 Ramad-
han 933 H, sebagai hari pembebasan dan ke-
merdekaan kota Jakarta.
Menurut Mansur Suryanegara, nama
Jakarta berasal dari Jayakarta, nama yang
diberikan oleh Syarif Hidayatullah yang artin-
ya kemenangan sempurna. Syarif Hidayatullah
mengangkat nama Jayakarta sebagai terjema-
han dari fathan mubiina (kemenangan paripur-
na) yang berasal dari al Quran Surat al Fath:1
“Inna fatahna laka fathan mubiina”. Demikian
ini menunjukkan bahwa para Ulama terdahu-
lu adalah peletak pondasi dasar dari Ibu Kota
NKRI.
Para Ulama dan tokoh-tokoh Islam pada
masa silam merupakan inspirasi para kader
penerus bangsa. Di pulau Jawa, kerajaan De-
mak memiliki pengaruh signifikan dalam mele-
takkan dasar-dasar perjuangan bangsa. Demak
pernah bercita-cita menyatukan Nusantara
untuk mengusir Portugis. Karena itulah misin-
ya yang berada di bawah pimpinan Patih Unus
sampai ke negeri Malaka (sekarang masuk
wilayah Malaysia). Misi Patih Unus merupakan
pesan kepada semua bangsa agar bersama-sa-