albashiroh MAJALAH edisi 53 | Page 9

MABHATS 9 S ejarah bangsa Indonesia tidak pernah bisa dilepaskan dari kaum Muslimin. Di masa kolonialisasi, raja-raja Islam men- gangkat senjata melawan penjajah. Ketika ko- lonialisasi memasuki era modern, Ulama dan santri membentuk angkatan perang bersenja- ta. Ada laskar Hizbullah yang anggotanya dari kalangan santri. Ada barisan Sabilillah, yang anggotanya dari para Ulama dan kaum tua. Peran Hizbullah dan Sabilillah sangat membantu tokoh-tokoh pejuang dalam men- gusir penjajah Barat. Dalam perang dramatis Surabaya ’45, angkatan perang Indonesia di- dominasi laskar Hizbullah dan Sabilillah. Bah- kan, perang dalam rangka pembebasan kota Surabaya dari pihak Sekutu itu dimenangkan Hizbullah. Dari sanalah cikal bakal TNI lahir se- bagai pembela NKRI. Sejak masa sebelum hingga ketika proklamasi kemerdekaan, kaum santri dan Ulama bekerja keras mengusir penjajah demi membangun negara berkeadilan. Dalam tiap tahap perjuangan bangsa, selalu ada per- an Ulama. Sebelum memproklamasikan ke- merdekaan tanggal 17 Agustus 1945, Bung Karno di Cianjur menemui dua Ulama besar, yaitu KH. Abdul Mukti dari Muhammadiyah dan KH. Hasyim Asy’ari dari NU untuk meminta masukan (Ahmad Mansyur Suryanegara, Api Sejarah, hal. 27 dan 275). Jauh sebelum Indonesia merdeka, mun- cullah tokoh-tokoh Ulama yang berada di bari- san terdepan membebaskan Indonesia. Syarif Hidayatullah misalnya, seorang Ulama seka- ligus panglima perang yang berhasil merebut kota Jakarta dari penjajah. Dengan rahmat Allah , Syarif Hidayatullah bersama pasu- kannya akhirnya mengusir penjajah dari bumi Jakarta. Sebelumnya, Jakarta diberi nama Bat- avia pada masa pemerintahan kolonial. Nama yang khas ala Eropa dengan tanggal 22 Ramad- han 933 H, sebagai hari pembebasan dan ke- merdekaan kota Jakarta. Menurut Mansur Suryanegara, nama Jakarta berasal dari Jayakarta, nama yang diberikan oleh Syarif Hidayatullah yang artin- ya kemenangan sempurna. Syarif Hidayatullah mengangkat nama Jayakarta sebagai terjema- han dari fathan mubiina (kemenangan paripur- na) yang berasal dari al Quran Surat al Fath:1 “Inna fatahna laka fathan mubiina”. Demikian ini menunjukkan bahwa para Ulama terdahu- lu adalah peletak pondasi dasar dari Ibu Kota NKRI. Para Ulama dan tokoh-tokoh Islam pada masa silam merupakan inspirasi para kader penerus bangsa. Di pulau Jawa, kerajaan De- mak memiliki pengaruh signifikan dalam mele- takkan dasar-dasar perjuangan bangsa. Demak pernah bercita-cita menyatukan Nusantara untuk mengusir Portugis. Karena itulah misin- ya yang berada di bawah pimpinan Patih Unus sampai ke negeri Malaka (sekarang masuk wilayah Malaysia). Misi Patih Unus merupakan pesan kepada semua bangsa agar bersama-sa-