albashiroh MAJALAH edisi 53 | Page 65

limin. Kaum Muslimin berhasil menaklukkan dan mengusai satu-persatu benteng pertahanan mere- ka. Harta benda menjadi rampasan dan para wanita pun menjadi tawanan. Di benteng al Qamus, Bilal al Habasyi berhasil menawan dua perempuan; Sayy- idah Shafiyyah binti Huyay bersama sepupunya. Memilih Islam Sayyidina Bilal melangkah membawa kedua tawanan tersebut untuk menghadap Rasu- lallah . Mereka berjalan di tengah perang yang berkecamuk, anyir darah dan mayat-mayat yang bergelimpangan. Hati Shafiyyah kala itu tengah dirundung duka. Bagaimana tidak, ia menyaksikan sendiri mayat-mayat dari kaumnya bergelimpan- gan bermandikan darah. Terlebih setelah ia ingat keadaannya sekarang, sebagai salah satu tawa- nan kaum muslimin. Rasulullah tahu bagaima- na kesedihan yang menyelimuti hatinya kala itu. Beliau pun menegur Bilal seraya berkata, “Sudah hilangkah rasa kasih sayangmu, sehingga kau tega membawa dua orang perempuan ini melewati sua- mi-suami mereka?”. Setelah perang reda, Rasulullah men- awarkan dua pilihan pada Sayyidah Shafiyyah, “Pili- hlah! Jika engkau memilih Islam, aku akan menika- himu. Dan jika engkau tetap yahudi, insya Allah aku akan membebaskanmu supaya kau bisa bergabung dengan kaummu,” tawar Rasulullah dengan bi- jaksana. Maka, dengan lugas Sayyidah Shafiyyah menjawab, “Wahai Rasulullah , aku menyu- kai Islam dan membenarkanmu sebelum engkau mendakwahiku. Aku tidak meyakini agama yahudi. Orangtua dan saudara-saudaraku pun telah tiada. Allah dan Rasul-Nya lebih aku sukai dari pada Ilustrasi penaklukan benteng Khaibar NISAUNA 65 dibebaskan untuk kembali kepada kaumku.” Kemudian Rasulullah pun menikahi Shafi- yyah dengan mahar kebebasan sebagaimana yang telah beliau janjikan. Menurut riwayat lain, Sayyidina Anas per- nah berkata, “Ketika Rasulullah hendak menika- hi Shafiyyah Binti Huyay, beliau bertanya, ”Adakah sesuatu yang kau ketahui tentang diriku?” maka Sayyidah Shafiyyah pun menjawab, “Benar, wahai Rasulullah , aku sudah mengharapkanmu sejak aku masih musyrik, dan berpikir seandainya Allah mengabulkan keinginanku itu ketika aku sudah memeluk Islam.” Ungkapan Shafiyyah tersebut menunjukkan rasa percaya kepada Rasulullah dan rindunya terhadap Islam. Tanda-tanda keimanan Sayyidah Shafiyyah setelah peperangan Khandaq merupakan sebuah isyarat dari mimpinya tentang purnama yang mun- cul di Yastrib lalu kemudian jatuh di kamarnya. Aki- bat Mimpi tersebut, ia kemudian mendapat tam- paran keras dari suami keduanya, Kinanah bin Rabi’, sehingga membekas di pipi. Sejak dulu, Sayyidah Shafiyyah mengetahui bahwa di dalam Taurat disebutkan nabi terakhir akan muncul dari kalangan jazirah Arab. Pikirann- ya selalu tertuju tentang masalah kenabian yang ia yakini kebenaran itu akan segera muncul, apalagi setelah mendapat kabar tentang Rasulullah dan dakwah beliau di Mekkah. Namun sayang, kaumnya tak mau percaya akan berita besar tersebut. Padahal,sudah jelas ter- tulis di kitab mereka sendiri. Ironisnya, sang ayah, Huyay Bin Akhtab, termasuk dari orang-orang yang gigih menyulut permusuhan terhadap kaum mus- limin. Pribadi yang Teguh dan Setia Sayyidah Shafi- yyah merupakan sosok wanita yang bertakwa, berhati bersih, teguh, suka beribadah dan termasuk dari mereka yang sering menump- ahkan air mata di tengah malamnya. Menurut riwayat Ibn Katsir, Sayyidah Shafi- yyah merupakan wan- ita yang wara’, gemar beribadah, zuhud, suka bersedekah dan hal-hal baik lainnya.