limin. Kaum Muslimin berhasil menaklukkan dan
mengusai satu-persatu benteng pertahanan mere-
ka. Harta benda menjadi rampasan dan para wanita
pun menjadi tawanan. Di benteng al Qamus, Bilal al
Habasyi berhasil menawan dua perempuan; Sayy-
idah Shafiyyah binti Huyay bersama sepupunya.
Memilih Islam
Sayyidina Bilal melangkah membawa
kedua tawanan tersebut untuk menghadap Rasu-
lallah . Mereka berjalan di tengah perang yang
berkecamuk, anyir darah dan mayat-mayat yang
bergelimpangan. Hati Shafiyyah kala itu tengah
dirundung duka. Bagaimana tidak, ia menyaksikan
sendiri mayat-mayat dari kaumnya bergelimpan-
gan bermandikan darah. Terlebih setelah ia ingat
keadaannya sekarang, sebagai salah satu tawa-
nan kaum muslimin. Rasulullah
tahu bagaima-
na kesedihan yang menyelimuti hatinya kala itu.
Beliau pun menegur Bilal seraya berkata, “Sudah
hilangkah rasa kasih sayangmu, sehingga kau tega
membawa dua orang perempuan ini melewati sua-
mi-suami mereka?”.
Setelah perang reda, Rasulullah
men-
awarkan dua pilihan pada Sayyidah Shafiyyah, “Pili-
hlah! Jika engkau memilih Islam, aku akan menika-
himu. Dan jika engkau tetap yahudi, insya Allah aku
akan membebaskanmu supaya kau bisa bergabung
dengan kaummu,” tawar Rasulullah
dengan bi-
jaksana.
Maka, dengan lugas Sayyidah Shafiyyah
menjawab, “Wahai Rasulullah
, aku menyu-
kai Islam dan membenarkanmu sebelum engkau
mendakwahiku. Aku tidak meyakini agama yahudi.
Orangtua dan saudara-saudaraku pun telah tiada.
Allah
dan Rasul-Nya lebih aku sukai dari pada
Ilustrasi penaklukan benteng Khaibar
NISAUNA 65
dibebaskan untuk kembali kepada kaumku.”
Kemudian Rasulullah pun menikahi Shafi-
yyah dengan mahar kebebasan sebagaimana yang
telah beliau janjikan.
Menurut riwayat lain, Sayyidina Anas per-
nah berkata, “Ketika Rasulullah hendak menika-
hi Shafiyyah Binti Huyay, beliau bertanya, ”Adakah
sesuatu yang kau ketahui tentang diriku?” maka
Sayyidah Shafiyyah pun menjawab, “Benar, wahai
Rasulullah , aku sudah mengharapkanmu sejak
aku masih musyrik, dan berpikir seandainya Allah
mengabulkan keinginanku itu ketika aku sudah
memeluk Islam.” Ungkapan Shafiyyah tersebut
menunjukkan rasa percaya kepada Rasulullah
dan rindunya terhadap Islam.
Tanda-tanda keimanan Sayyidah Shafiyyah
setelah peperangan Khandaq merupakan sebuah
isyarat dari mimpinya tentang purnama yang mun-
cul di Yastrib lalu kemudian jatuh di kamarnya. Aki-
bat Mimpi tersebut, ia kemudian mendapat tam-
paran keras dari suami keduanya, Kinanah bin Rabi’,
sehingga membekas di pipi.
Sejak dulu, Sayyidah Shafiyyah mengetahui
bahwa di dalam Taurat disebutkan nabi terakhir
akan muncul dari kalangan jazirah Arab. Pikirann-
ya selalu tertuju tentang masalah kenabian yang ia
yakini kebenaran itu akan segera muncul, apalagi
setelah mendapat kabar tentang Rasulullah dan
dakwah beliau di Mekkah.
Namun sayang, kaumnya tak mau percaya
akan berita besar tersebut. Padahal,sudah jelas ter-
tulis di kitab mereka sendiri. Ironisnya, sang ayah,
Huyay Bin Akhtab, termasuk dari orang-orang yang
gigih menyulut permusuhan terhadap kaum mus-
limin.
Pribadi
yang
Teguh dan Setia
Sayyidah Shafi-
yyah merupakan sosok
wanita yang bertakwa,
berhati bersih, teguh,
suka beribadah dan
termasuk dari mereka
yang sering menump-
ahkan air mata di
tengah
malamnya.
Menurut riwayat Ibn
Katsir, Sayyidah Shafi-
yyah merupakan wan-
ita yang wara’, gemar
beribadah,
zuhud,
suka bersedekah dan
hal-hal baik lainnya.