buah rujukan. Bagaimana Al-Qur’an berbicara ten-
keseluruhan persoalan masyarakat yang memben-
tang wacana sosok pemimpin ideal itu?
tang dari urusan sosial, politik, kenegaraan, komu-
Sifat Ketuhanan
Pada hakikatnya, meniru atau meneladani sifat-
sifat Allah dalam batas-batas tertentu merupakan
hal yang baik. Begitu pula dalam hal kepemimpinan. Sifat kepemimpinan utama yang mencerminkan sifat Allah adalah kenyataan bahwa Allah
merupakan dzat hakiki yang merupakan pemimpin
sejati manusia. Dalam bahasa Al-Qur’an, sifat tersebut dinyatakan dalam kalimat Huwa Alimul alGhaibi wa asy-Syahadah – Dia yang Mengetahui
yang Ghaib dan Menyaksikan. (Q.S. Al-Hasr: 22).
Di sini, Allah SWT memosisikan ‘Diri’ sebagai pemimpin manusia. Maka padanan dari sifat kepem-
impinan yang ‘meniru’ sifat Allah tersebut adalah
kemampuan memimpin. Maka sosok pemimpin
yang kita cari saat ini – apakah itu presiden, anggota legistlif, gubernur, bupati dan sebagainya,
sudah seharusnya meneladani sifat Allah yang
memiliki kapasitas memimpin. Sifat-sifat tersebut
tergambar pada ayat-ayat yang disebutkan di atas.
nikasi antarbangsa, keuangan, bisnis, pasar modal,
hokum, lingkungan dan lain sebagainya.
Yang menarik adalah tambahan kata wa assyahadah. Kata syahadah meniscayakan adanya
aksi nyata untuk berkeliling menyaksikan, melihat
dari dekat dengan mata kepala sendiri, merasakan
dengan hati, mencium mengindera dengan indera
sendiri berbagi keluh kesah rakyat, sebagaimana
sebutlah, apa yang pernah dilakukan Umar Yang
Agung atau pemimpin dunia lainnya.
Alim al-Ghaibi wa as-Syaahadah adalah sifat Allah
dahsyat. Sifat Allah yang sungguh unik dan berbeda dari sifat lainnya. Sebagaimana diketahui
sifat Allah yang lain biasanya hanya terdiri dari
satu kata saja. Maka sifat ini meliputi pengertian
kompleks yang sangat khas, yakni mengetahui
segala yang gaib dan menyaksikan secara empiris
(pengenalan tentang segala hal secara jelas dan
rinci).
Coba simak pengertian Ghaib lebih mendalam.
Pengertian ghaib secara bahasa adalah ‘yang
syahadah meniscayakan
adanya aksi nyata untuk
berkeliling menyaksikan, melihat dari dekat
dengan mata kepala
sendiri
Syarat pertama adalah alim al-ghaib wa assyahadah. Sifat Allah yang unik ini harus terpenuhi
dan melekat terlebih dahulu pada diri calon pemimpin. Apa itu alim al-ghaib wa as-syahadah? Yakni, kemampuan dan kecakapan dalam melihat dan
sekarang belum diketahui’ Jadi, berdasarkan skala
waktu, sesuatu yang dianggap ghaib pada waktu
mendatang, sudah mampu diketahui apabila telah
melewati waktu tersebut. Ketika pagi menjelang,
persoalan yang muncul di siang dan sore hari adalah hal yang ghaib. Seorang pemimpin harus memiliki usaha (political will) untuk mengetahui sesuatu persoalan kompleks di luar kapasitas kekiniannya. Maka dari itu pemimpin yang memiliki watak
ketuhanan, diminta untuk memiliki kemauan belajar dan menjadi pembelajar sejati (on being learner) bagi kondisi dan situasi yang ada pada bangsa
baik yang terlihat secara kasat mata ataupun tidak,
kini dan mendatang.
mendengar secara keseluruhan dan benar dalam
Bila sifat alim al-ghaib wa as-syahadah dari
merangkum berbagai kebijakan mengatasi hampir
seorang pemimpin tidak tampak, maka
al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435
7