Al-Islam Magazine Mei 2014 | Page 11

lakukan atas dasar emosi semata. Jika kita tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada pikirkan lebih dalam, memilih seorang pemimpin Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunah), jika kamu merupakan proses penting, untuk mencari siapa benar-benar beriman kepada Allah dan hari orang yang tepat menjadi wakil kita dalam kemudian. Yang demikian itu lebih utama berbagai urusan di pemerintahan. Artinya, kita (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS An-Nisaa akan sepenuhnya percaya pemimpin yang terpilih [4]:59) adalah hasil pilihan tepat atau wakil yang memang kita pilih. Kalau kita amati dari ayat di atas, tampak bahwa kedudukan menaati Allah dan Rasul adalah sama. Nah, jika kita tidak memilih atau golput, Dengan menaati Allah berarti kita sudah menaati bagaimana? Apakah kita rela dipimpin oleh siapa Rasul, demikian pula sebaliknya. Coba perhatikan, saja tokoh yang akan menentukan merah-birunya ayat tersebut berbunyi "Taatilah Allah dan taatilah urusan orang banyak kelak termasuk keluarga kita Rasul" bukan "Taatilah Allah dan Rasul". Lain sendiri? Atau, yang golput mungkin beranggapan halnya dengan ulil amri (pemimpin); dimana tidak perlu wakil di pemerintahan. Bagaimana jika kewajiban untuk menaati ulil amri tersebut ternyata karena banyaknya yang golput, justru tidaklah mutlak. Artinya kita boleh tidak menaati muncul orang yang tidak cakap mewakili rakyat ulil amri; jika tentu saja bertentangan dengan dalam berbagai urusan penting dan menentukan? Allah dan Rasul. Nah.. Tentu bukan kemaslahatan yang ada jika kemudian muncul berbagai kerusakan akibat hadirnya pemimpin yang tidak amanah! Dilema dan Tuntunan Apa yang kita lakukan sebagai muslim jika kita menghadapi dilema seperti di atas? Tentunya Ingatlah, tidak ada perbuatan kita di dunia ini yang tidak berakibat di akhirat kelak. semua harus kita kembalikan kepada tuntunan Islam dalam Qur’an dan Sunnah. Jadi, tentu Jika ada perbedaan pendapat di antara kita umat bukan mengandalkan sikap emosional semata. Islam (dalam memilih pemimpin) seperti dalam Ingatlah, tidak ada perbuatan kita di dunia ini ayat tersebut, apa yang harus kita lakukan? Tentu yang tidak berakibat di akhirat kelak. Setiap sikap sekali lagi, kita harus kembali kepada tuntunan dan tindakan. Kebenaran akan dibalas dengan Qur’an dan Sunnah. Disinggung pula di ayat di pahala, kebatilan akan dibalas pula dengan siksa atas, hal ini kita lakukan jika kita beriman kepada (QS. Al-Maidah [5]:119). Nah, bagaimana halnya Allah dan menaati-Nya. Dan inilah jalan cara yang dengan perbuatan kita dalam mencari pemimpin utama dan terbaik. di kehidupan dunia ini? Apakah Islam mengatur Apa sajakah petunjuk Al-Qur’an dalam memilih semua ini? pemimpin ? Beberapa ayat berikut dapat menjadi "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah rujukan kita. dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara "Janganlah orang-orang mukmin mengambil kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat orang-orang kafir menjadi pemimpin dengan al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 11