lakukan atas dasar emosi semata. Jika kita
tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada
pikirkan lebih dalam, memilih seorang pemimpin
Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunah), jika kamu
merupakan proses penting, untuk mencari siapa
benar-benar beriman kepada Allah dan hari
orang yang tepat menjadi wakil kita dalam
kemudian. Yang demikian itu lebih utama
berbagai urusan di pemerintahan. Artinya, kita
(bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS An-Nisaa
akan sepenuhnya percaya pemimpin yang terpilih
[4]:59)
adalah hasil pilihan tepat atau wakil yang memang
kita pilih.
Kalau kita amati dari ayat di atas, tampak bahwa
kedudukan menaati Allah dan Rasul adalah sama.
Nah, jika kita tidak memilih atau golput,
Dengan menaati Allah berarti kita sudah menaati
bagaimana? Apakah kita rela dipimpin oleh siapa
Rasul, demikian pula sebaliknya. Coba perhatikan,
saja tokoh yang akan menentukan merah-birunya
ayat tersebut berbunyi "Taatilah Allah dan taatilah
urusan orang banyak kelak termasuk keluarga kita
Rasul" bukan "Taatilah Allah dan Rasul". Lain
sendiri? Atau, yang golput mungkin beranggapan
halnya dengan ulil amri (pemimpin); dimana
tidak perlu wakil di pemerintahan. Bagaimana jika
kewajiban untuk menaati ulil amri tersebut
ternyata karena banyaknya yang golput, justru
tidaklah mutlak. Artinya kita boleh tidak menaati
muncul orang yang tidak cakap mewakili rakyat
ulil amri; jika tentu saja bertentangan dengan
dalam berbagai urusan penting dan menentukan?
Allah dan Rasul.
Nah.. Tentu bukan kemaslahatan yang ada jika
kemudian muncul berbagai kerusakan akibat
hadirnya pemimpin yang tidak amanah!
Dilema dan Tuntunan
Apa yang kita lakukan sebagai muslim jika kita
menghadapi dilema seperti di atas? Tentunya
Ingatlah, tidak ada
perbuatan kita di
dunia ini yang tidak
berakibat di akhirat
kelak.
semua harus kita kembalikan kepada tuntunan
Islam dalam Qur’an dan Sunnah. Jadi, tentu
Jika ada perbedaan pendapat di antara kita umat
bukan mengandalkan sikap emosional semata.
Islam (dalam memilih pemimpin) seperti dalam
Ingatlah, tidak ada perbuatan kita di dunia ini
ayat tersebut, apa yang harus kita lakukan? Tentu
yang tidak berakibat di akhirat kelak. Setiap sikap
sekali lagi, kita harus kembali kepada tuntunan
dan tindakan. Kebenaran akan dibalas dengan
Qur’an dan Sunnah. Disinggung pula di ayat di
pahala, kebatilan akan dibalas pula dengan siksa
atas, hal ini kita lakukan jika kita beriman kepada
(QS. Al-Maidah [5]:119). Nah, bagaimana halnya
Allah dan menaati-Nya. Dan inilah jalan cara yang
dengan perbuatan kita dalam mencari pemimpin
utama dan terbaik.
di kehidupan dunia ini? Apakah Islam mengatur
Apa sajakah petunjuk Al-Qur’an dalam memilih
semua ini?
pemimpin ? Beberapa ayat berikut dapat menjadi
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah
rujukan kita.
dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
"Janganlah orang-orang mukmin mengambil
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
orang-orang kafir menjadi pemimpin dengan
al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435
11