Al-Islam Magazine Edisi 4, Juni 2014 | Page 11

posisinya. Dengan demikian ia taat azas sesuai aturan, barangsiapa ‘batal’ demi hukum, ia harus bersedia digantikan posisinya oleh pemimpin baru yang telah siap. 7. Kepemimpinan umum yang dikehendaki rakyat banyak, tentunya adalah ia yang memiliki ‘hafalan’ dan ‘bacaan’ yang paling lengkap dan fasih. Ini memberikan dua penguatan syarat kepemimpinan sekaligus. Pertama, diharapkan seorang pemimpin memiliki kapasitas paling besar secara konseptual dan keilmuan, namun kedua, ia diminta diharapkan seorang untuk mampu menjadi komunikator pemimpin memiliki kapasitas terbaik. Persoalan komunikasi menjadi penting dan sentral bagi seorang pemimpin paling besar secara karena ia diberikan hak sepenuhnya untuk konseptual dan keilmuan, menghantarkan serangkaian kebijakan namun kedua, ia diminta yang harus disampaikan kepada khalayak untuk mampu menjadi luas melalui teks, lisan dan gesture-nya sehingga semua maksudnya dapat efektif komunikator terbaik diterima oleh punggawanya, mitra, dan juga rakyatnya dalam penyelenggaraan pemerintahan umumnya. 8. Kebijakan Imam tampil dalam simbolisasi bahwa ia harus tahu apa yang tengah dirasakan rakyatnya. Kefasihan atau kapasitasnya tidak pernah menggodanya untuk berlama-lama dan bergenit-genit namun ia ternyata akan melukai mereka yang lari paling buncit, si tua renta yang rapuh tulangnya, atau mereka yang tengah berhalangan atau tidak memiliki kemampuan. Kondisi rakyat ini harus dibaca dengan benar agar arah dan praktik kebijakannya pas, tepat dan bermanfaat secara luas tanpa harus mencederai masyarakat yang dipimpinnya. 9. Dengan segala pengetahuan dan kelengkapan informasi yang dimiliki, arah serta praktik kebijakan yang tepat dan berdimensi kemanfaatan luas, maka akan ada sebuah dialektika penting yang tercapai dalam posisi dialog pemimpin-rakyat ini. Suatu kondisi di mana pemimpin mampu bersama rakyatnya membangun iklim saling percaya, menjunjung tinggi harkat dan martabat unggul serta secara bersama membangun kinerja positif yang rancak dan rapih untuk mencapai keberhasilan, kesejahteraan dan kemuliaan bersama. Pada titik inilah, pemimpin tersebut tidak pernah ditolak, ataupun dibenci oleh rakyatnya. Sang Imam akan menjadi pemimpin yang dicintai rakyat dan dipercaya untuk mengawal hari depan gemilang impian bersama. Semoga kita semua mampu mengambil pelajaran penting dari praktik shalat berjamaah dalam mengambil sikap: memilih pemimpin yang berkualitas yang akan menjadi pengarah, pengayom, mitra, sekaligus guru yang akan menjadi bagian dari solusi permasalahan umat dan bangsa yang sedemikian kompleks di depan mata. Semoga Allah memberikan petunjuk-Nya pada kita semua akan keutamaan kepemimpinan yang akan mengawal bangsa ini kini dan ke depan nanti. [JS] al-Islam.my.id | Edisi 4 - Sya’ban 1435 H | Juni 2014 11