e
contents
26
INSPIRASI
Resto Bandar Djakarta
h I in
Piliasar kani
M
Di P
73
Pertanian
KTM WTO Ke-9 Di Bali
Isu Pelik
Ketahanan
Pangan
70
kspresi
Konferensi Tingkat
Menteri (KTM) World
Trade Organization
(WTO) yang ke-9 akan
berlangsung di Bali
pada 3-6 Desember.
Sebanyak 159 negara
anggota WTO
dan 25 negara
peninjau dipastikan
mengirimkan delegasi
lengkapnya. Indonesia
menginginkan pada
KTM itu tercapai
sebuah ‘Paket Bali’
yang kredibel, yaitu
kesepakatan di
antara para anggota
WTO yang konkret
dalam menunjang
perdagangan dunia.
Perkebunan
Kebun Dikuasai Broker
Petani Tetap
Miskin
Posisi taw petani
ar
perkebuan sangat
lemah. Itu akibat
mengguritanya
para broker di
lapangan. Buktinya,
harga komoditas
perkebunan
akhir-akhir ini
meningkat tajam
di pasaran dunia,
namun petani
tidak memperoleh
keuntungan yang
besar.
P
Gula Petani
Tak Lagi Manis
erang dagang antara gula kristal putih
(GKP), dan gula rafinasi kembali bergema
. GKP yang lazim disebut gula konsumsi
yang bersumber dari olahan para petani
tebu di dalam negeri, dengan gula rafinasi
yang bersumber dari pasokan raw sugar impor
seolah menjadi polemik tak berujung.
Lemahnya pengawasan pemerintah
mengontrol peredaran gula rafinasi, yang
seharusnya hanya masuk ke industri makanan dan
minuman, menjadi pangkal permasalahan yang
selalu dikeluhkan para petani tebu.
Pihak petani menuding pemerintah terkesan
membiarkan para produsen gula rafinasi merebut
pasar gula konsumsi yang mereka produksi,
dengan membiarkan gula rafinasi merembes ke
pasar umum atau rumah tangga. Dan lagi-lagi,
pemerintah selalu berjanji untuk menyelesaikan
namun tiap tahun perang dagang itu selalu
muncul.
Pertumbuhan Industri gula rafinasi yang
cukup signifikan juga berpotensi menggagalkan
program swasembada gula yang sering digadanggadang pemerintah. Perkembangan industri ini
dikhawatirkan bakal menggeser keberadaan
pabrik-pabrik gula berbasis tebu lokal.
Padahal, awalnya industri gula rafinasi
dibangun guna menopang pasokan gula untuk
industri makanan, minuman, serta industri farmasi
agar pasokannya tidak mengganggu pasokan
gula konsumsi nasional. Potensi merembesnya
gula rafinasi ke pasar konsumsi semakin besar
seiring meningkatnya gap antara produksi dan
kebutuhan.
Akibat adanya rembesan gula rafinasi ke
pasar umum/tradisional atau konsumen rumah
tangga, gula produksi milik pabrik gula yang
berbasiskan tebu rakyat akan kalah bersaing. Itu
karena harganya lebih mahal dibandingkan gula
rafinasi. Dampak lebih jauh, mengakibatkan pabrik
gula berbasiskan tebu rakyat akan menurunkan
produksinya dan bahkan gulung tikar.
Petani tebu pun mengancam bakal
meninggalkan komoditas tebu yang tidak lagi
manis bagi kehidupan mereka, untuk beralih
menjadi importir raw sugar yang jauh lebih manis.
Dian Yuniarni
AgroFarm l Tahun III l Edisi 40 l November 2013
5