Agro Farm edisi 40 | Page 15

cover story minyak sawit, kalau menyudutkan bagaimana dengan minyak nabati lain. Minyak sawit adalah minyak berharga, akan tetapi juga bisa dipastikan pengembangan sawit dilakukan secara sustainable. Kita ingin memposisikan minyak sawit tidak lagi minyak nabati yang merusak lingkungan dan menimbulkan konflik sosial. Jadi visi RSPO menjadikan sustainable palm oil sebagai norma di pasar. Bagaimana peran RSPO dalam penyelesaian anggota RSPO dengan Greenpeace? Kasus PT Smart Tbk, PT Duta Palma dan First Resouces Ltd dengan Greenpeace beberapa waktu lalu, RSPO meminta klarifikasi terlebih dahulu terhadap anggota yang dituduhkan itu, apakah memang benar faktanya di lapangan. Jika tuduhan itu benar dan terbukti terjadi pelanggaran, akan melakukan koreksi action terhadap perusahaan sawit untuk berkomitmen memperbaiki kesalahan. Bukan berarti RSPO pro Greenpeace. Sebaliknya Greenpeace menuding RSPO melindungi anggotanya berkaitan kasus pembakaran lahan, karena peta yang digunakan Greenpeace berbeda dengan anggota RSPO. Adanya tudingan Grenpeace kepada anggota RSPO seakan-akan menunjukkan, bahwa perusahaan sawit yang diluar anggota RSPO sudah baik. RSPO banyak aturan baru memberatkan para produsen sawit? RSPO banyak memperoleh aduan dari anggota RSPO, yakni perusahaan-perusahaan sawit bahwa aturan P&C ini makin memberatkan untuk diterapkan,. Akan tetapi kalau bertemu pihak produsen produk konsumen, pedagang dan pengolah kelapa sawit serta ritel mereka menganggap P&C sekarang masih lemah. Kedua kubu ini memang kontradiktif terhadap aturan P&C baru RSPO, maka dalam Rountable (RT) 11 di Medan nanti, agar semua anggota sama-sama mengerti. Walaupun P&C baru yang disahkan pada tahun ini tidak akan diubah karena sudah diadopsi pada April 2013. Apa tanggapan Anda tentang Malaysian Palm Oil Asociation (MPOA) akan keluar dari RSPO? RSPO itu sukarela. Pengalaman tahun lalu GAPKI keluar dari RSPO sangat disayangkan. Akan tetapi itu keputusan dari organisasi dan RSPO menghargai itu. Pasca keluarnya GAPKI itu tidak ada perusahaan sawit asal Indonesia mengikuti langkah GAPKI keluar dari anggota RSPO. Ini adalah kesepakatan bisnis to bisnis. RSPO tetap berjalan, karena masih didukung oleh yang terlibat dalam bisnis rantai pasok minyak sawit. Sepanjang pengguna minyak sawit tetap meminta minyak sawit berkelanjutan dan tetap mendorong perkebunan kelapa sawit untuk menjadi anggotaa RSPO dan memproduksi CSPO. Apa dampaknya bagi RSPO jika MPOA keluar? Ini tidak berpengaruh signifikan bagi RSPO, karena ini tergantung dari individu perusahaan sawit yang tergabung dalam MPOA di RSPO. Perusahaan sawit juga masih menjadi anggota RSPO. Namun ada pengaruh dalam hal dukungan. Itu akan berkurang dari asosiasi yang mewakili industri sawit di Malaysia. Ini patut disayangkan karena RSPO kehilangan satu dukungan dari stakeholder yang penting di sepanjang rantai pasok. Akan tetapi kita tidak bisa memaksa mereka untuk tidak keluar dari RSPO. Asosiasi ini strategis dalam mempengaruhi anggotanya untuk menerapkan RSPO. Namun dari segi produksi dan penyerapan CSPO tidak banyak berpengaruh. Sepanjang ada permintaan untuk sustainable palm oil. Justru pengalaman keluarnya GAPKI dari RSPO ini menjadi spekulasi di pasar apakah minyak sawit di Indonsia sustainable, karena organisasinya keluar dari RSPO dan dianggap GAPKI tidak mendukung sustanaible. Walaupun kita masih meragukan MPOA keluar dari RSPO, karena Malaysia negara eksportir minyak sawit dan konsumsi domestik minyak sawit sedikit sekali. Jadi otomatis hampir seluruh minyak sawitnya diekspor. Apalagi pangsa ekspor terbesar ke India dan Uni Eropa. Kalaupun MPOA jadi keluar, mereka harus bekerja keras untuk memposisikan standar minyak sawit berkelanjutan (Malaysia Sustainable Palm Oil/MSPO) ini sebagai standar yang lebih tinggi ketimbang RSPO. Karena kalau tidak, gak bisa menjual ke Uni Eropa. Berbeda dengan Indonesia, konsumsi minyak sawit di dalam negeri cukup besar. Dan apabila pemerintah menerapkan biodiesel, maka banyak menyerap CPO di dalam negeri. Belum lagi Indonesia mendorong pengembangan industri hilir sawit di dalam negeri. Pemerintah sudah tepat mendorong penerapan ISPO karena tidak semua perusahaan sawit di Indonesia menjadi anggota RSPO. ISPO bisa dijadikan mekanisme untuk memastikan, bahwa sawit indonesia menerapkan kaidah sustainability. Jadi kalau perkebunan sawit tidak dilkengkapi dengan kewajiban menerapkan prinsip keberlanjutan, dikhawatirkan memberi dampak negatif kepada lingkugan. Apakah ada antisipasi RSPO pasca keluarnya GAPKI dan MPOA terhadap keberlanjutan RSPO? Tidak ada karena produksi CSPO tetap meningkat, keanggotan RSPO juga naik karena sudah mencapai 1.300 anggota. RSPO akan tetap eksis selama bisnis didalamnya sepakat untuk mendorong organisasi ini. Para pembeli sawit juga mendorong pihak investor, perbankan dan lembaga swadaya masyarakat di dalam anggota RSPO untuk menerapkan RSPO. AgroFarm l Tahun III l Edisi 40 l November 2013 15