Agro Farm edisi 39 | Page 10

cover story Foto: Bimo yang akan masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok sebanyak 2.100 ton dan Pelabuhan Tanjung Perak sebanyak 2.764 ton. Sementara untuk jenis kentang sebanyak 2.568 ton yang akan masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok sebesar 2.073 ton dan melalui Pelabuhan Tanjung Perak sebanyak 495 ton. Untuk bawang, pada semester dua mendapat alokasi sebanyak 27.011 ton yang terbagi dari bawang bombai sebanyak 10.230 ton, dan bawang merah sebanyak 16.781. Bawang bombai akan masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok sebanyak 3.560 ton, sebanyak 3.953 akan masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak, 2.641 melalui Pelabuhan Belawan, dan sebanyak 76 ton melalui Free Trade Zone (FTZ). Wortel akan dialokasikan sebanyak 18.158 ton yang akan masuk melalui Tanjung Priok sebanyak 11.265 ton, Tanjung Perak 5.879 ton, Belawan 865 ton, dan FTZ 149 ton. Sementara untuk cabai (buah dari genus Capsicum) dialokasikan sebanyak 9.715 ton, yang akan masuk melalui Tanjung Perak sebanyak 5.090 ton dan Belawan sebanyak 4.625 ton. Bachrul Chairi Dari Swasembada Hingga Impor Menggila S emua serba impor. Kapan Indonesia tidak impor dan mandiri dalam pangan? Jawabannya di era Soeharto. Pada 1984 Indonesia dinyatakan mandiri dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri atau mencapai swasembada pangan. Organisasi Pangan Dunia (FAO) pun mengundang Soeharto untuk menerima penghargaan. Salah satu prestasi yang pernah diterima Soeharto di kancah internasional. Dikutip dari laman Soeharto centre, Direktur Jenderal FAO Edouard Saouma mengundang Soeharto bicara pada forum dunia, 14 November 1985. Organisasi pangan dan pertanian PBB meminta Soeharto berbagi pengalaman Indonesia dalam upaya menaikkan tingkat produktivitas dengan mencapai tingkat swasembada pangan. Oleh FAO, Soeharto dijadikan lambang perkembangan pertanian internasional. Kondisi tersebut memang berbanding terbalik dengan kondisi ekonomi saat ini. Di mana pemerintah selalu mengandalkan pasokan luar negeri untuk kebutuhan di dalam negeri. Sejumlah komoditas pangan tak luput dari program impor. Agrofarm merangkum komoditaskomoditas yang berjaya di era Soeharto, namun kini harus mengandalkan impor. 1. Kedelai Indonesia pernah berada di puncak kejayaan kedelai di era kepemimpinan Presiden Soeharto yakni 1992 dan 1993. Namun pada 1998 saat Indonesia dilanda krisis, IMF menyarankan Indonesia untuk melakukan pasar bebas. Kedelai pun mulai diimpor dengan harga mengikuti pasar global. Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifudin mengatakan sebenarnya Indonesia bisa kembali ke masa kejayaan 10 kedelai pada 1992. Syaratnya konsisten pada aturan Perpres 32 tahun 2013. Dalam beleid ini diatur HJP (Harga Jual Pengrajin) serta dibatasinya kuota impor. 2. Beras Pada 1969, Indonesia memproduksi beras sekitar 12,2 juta ton beras. Namun, pada 1984 melonjak hingga 25,8 juta ton. Strategi Soeharto saat itu menitikberatkan pada usaha intensifikasi dengan menaikkan produksi terutama produktivitas padi pada areal yang telah ada. Pemerintah mencetak tenaga penyuluh pertanian, membentuk unit-unit koperasi untuk menjual bibit tanaman unggul, menyediakan pupuk kimia dan juga insektisida untuk membasmi hama. Sistem pengairan diperbaiki dengan membuat irigasi ke sawah-sawah sehingga banyak sawah yang semula hanya mengandalkan air hujan, bisa ditanami pada musim kemarau dengan memanfaatkan sistem pengairan. Lain dulu lain sekarang. Tingginya konsumsi beras di masyarakat tidak dibarengi produksi yang maksimal. Lihat saja realisasi impor beras yang dilakukan oleh Perum Bulog sepanjang 2012 yang mencapai 670.000 ton. Realisasi pengadaan beras di dalam negeri selama satu tahun sebesar 3,664 juta ton. Anomali iklim yang ekstrem selalu dijadikan kambing hitam menurunnya produksi beras nasional. 3. Gula Industri gula merupakan salah satu industri sektor perkebunan tertua di negeri ini. Indonesia pernah mengalami era kejayaan industri gula pada dekade tahun 1970-1980. Indonesia juga tercatat sebagai raja ekspor gula sekitar tahun 1957. AgroFarm l Tahun III l Edisi 39 l Oktober 2013