A & O Edisi VII September 2019 Pola Pikir | Page 37

Dengan demikian, kemarahan memiliki sisi positif dan sisi negatif. Meski demikian, kesan yang ditimbulkan oleh kemarahan yang ditunjukkan oleh laki-laki dan perempuan berbeda. Penelitian menunjukkan bahwa jika laki-laki menunjukkan rasa marah, hal ini dapat meningkatkan pengaruh laki-laki dilingkungan sosialnya. Sedangkan bagi perempuan justru sebaliknya. Perempuan dapat kehilangan pengaruh sosialnya jika menunjukkan rasa marah.

Ada istilah kemarahan empatik. Kemarahan ini terjadi ketika seseorang menunjukkan rasa marah akibat adanya

ketidakadilan terhadap orang yang dikenalnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. . Untuk kemarahan yang satu ini, perempuan justru dipandang memiliki sifat kepemimpinan jika menunjukkan kemarahan empatik (Keck, 2019). Justru untuk kemarahan empatik, perempuan lebih diuntungkan daripada laki-laki.

Mengapa demikian? Ternyata, hal ini terjadi karena perempuan dipandang lumrah menunjukkan perasaan atau emosi didepan umum. Perasaan marah yang diakibatkan karena ketidakadilan yang terjadi pada orang lain justru menunjukkan bahwa perempuan memiliki sikap agentik dan sikap komunal yang kuat (Keck, 2019).

Terdapat dua jenis sikap kepemimpinan, yakni sikap agentik dan sikap komunal. Sikap agentik ditunjukkan lewat dedikasi yang tinggi, kepemimpinan karismatik, cerdas, determinasi, agresivitas, dan kompetitif. Sedangkan sikap komunal ditunjukkan lewat ekspresi perhatian, kasih sayang, perasaan yang sensitif, kejujuran, pengertian, rasa iba, dan rasa simpati. Secara stereotip, laki-laki cenderung diidentikkan memiliki sikap kepemimpinan agentik, sedangkan perempuan cenderung bersikap komunal. Jika perempuan menunjukkan kemarahan empatik, hal ini tidak saja mengesankan sikap komunal, namun bahkan juga sikap agentik kepada lingkungan kerjanya. Dua sikap yang ditunjukkan dalam satu kemarahan empatik ini justru memberikan kesan positif akan kepemimpinan perempuan.

Salah satu kunci kepemimpinan yang sukses adalah menunjukkan empati kepada bawahannya serta berusaha membantu memecahkan masalah yang mereka hadapi. Lewat kemarahan empatik, perempuan menunjukkan kepedulian dan kesediaan untuk membantu memecahkan masalah.Meski demikian, ekspresi kemarahan empatik tidak berpengaruh terhadap lingkungan kerja, baik secara positif maupun negatif. Jadi, intinya, adalah perempuan boleh marah, tapi hanya ditempat kerja, dan kalau sebabnya hanya karena ada orang yang dikenalnya mengalami ketidakadilan. (Christi)

37

A & O VII/Sept 19