Seringkali kita mendengar dalam pembicaraan sehari-hari di tempat kerja: “Ya maklum ya, anak jaman sekarang, generasi milenial, mau resign ya resign aja, nggak peduli…” Apakah benar ungkapan seperti itu? Disadari atau tidak, dalam lingkungan kerja saat ini, ada berbagai generasi usia di dalamnya. Pertama dalam sejarah hidup manusia, di mana ada lima generasi berbeda dalam lingkungan kerja.
Dalam bahasa awam, kita sering menyebut generasi tua dan generasi muda. Tapi para ahli membaginya dalam berbagai macam istilah berdasarkan tahun kelahiran atau usia. Menurut Arbono Lasmahadi, psikolog dan praktisi senior SDM, generasi adalah sekelompok orang yang dilahirkan pada periode yang sama dan memiliki kesamaan sikap-sikap dan nilai-nilai.
Lima generasi yang ada di lingkungan kerja saat ini adalah generasi tradisional atau disebut juga generasi veteran, generasi baby boomer, generasi X, generasi Y atau generasi millennial, dan generasi Z. Generasi baby boomers pernah menjadi bahan pembicaraan para ahli pada tahun 1960an. Sedangkan generasi millenial menjadi pusat perhatian di media dan pembahasan tenaga kerja selama kurang lebih dua dasawarsa belakangan ini.
Meski demikian, perubahan terus terjadi. Generasi lain telah siap dan
bahkan telah memasuki serta
menggoncang dunia kerja -bahkan ketika dunia kerja belum dapat menyesuaikan diri dengan generasi millenial. Generasi baru ini disebut dengan generasi Z. Pemilik salah satu perusahaan tenaga kerja terbesar di dunia, Phil Blair, menyebutkan bahwa generasi Z yang lahir pada tahun 1995 – 2012 ini mulai memasuki bursa kerja tahun ini.
Menurut Blair, generasi Z tumbuh dengan mengalami banyak peristiwa besar dunia, seperti peristiwa serangan 11 September, perang Irak, serangan teroris terhadap orang sipil, dan yang paling penting yaitu: resesi besar-besaran. Mereka menyaksikan bagaimana orangtua mereka tiba-tiba kehilangan pekerjaan. Mereka terancam kehilangan tempat tinggal atau bahkan benar-benar kehilangan rumah. Bila tidak hilang, rumah mereka kebanjiran. Kejadian-kejadian ini adalah kejadian serius dan sulit dilupakan. Faktanya, hidup melalui kejadian-kejadian ini dan kekhawatiran akan hari esok mempengaruhi diri mereka dan sikap mereka dalam bekerja.
Dilain pihak, generasi milenial tumbuh dalam masa-masa yang baik. Ekonomi cukup berjalan mulus selama bertahun-tahun. Tersedia banyak lowongan pekerjaan ketika mereka memasuki dunia kerja. Sehingga, bila tidak suka akan suatu pekerjaan atau satu tempat kerja, mereka dapat dengan mudahnya berhenti dan mencari pekerjaan lainnya dengan cepat. Selain itu, mereka direkrut oleh perusahaan pencari kerja yang menawarkan mereka jumlah uang yang besar. Jadi, mereka memasuki dunia kerja ketika dunia kerja sedang menawarkan dan memiliki banyak kesempatan dibandingkan dengan generasi lain di dunia kerja.
Teknologi merupakan mainan baru bagi generasi ini. Generasi millenial menggunakan teknologi dan menyerap semua kualitas yang ditawarkan melalui teknologi baik yang baik maupun yang buruk. Sebagai orang muda, teknologi dapat datang dengan mudah kepada mereka dan dengan cepat generasi ini menjadi mahir atas teknologi. Sejak jaman generasi ini, teknologi menjadi sebuah tuntutan. Mereka dengan mudah menguasai teknologi, sementara orang tua mereka berjuang keras untuk dapat mempelajari email dan telepon genggam.
Jadi apa artinya bagi yang menjalankan perusahaan dan menyambut kedatangan generasi baru sebagai rekan kerja? Sebagai generasi pertama dari generasi Z yang baru saja lulus kuliah, mereka juga sama-sama berjuang mencari pekerjaan impian mereka. Di dalam lingkungan kerja, mungkin di bagian yang sama dengan anda, ada generasi kakek-nenek, baby boomers, milenial, dan sekarang generasi Z. Besar kemungkinan muncul generation gap.
Dalam tulisannya berjudul “How Generation Gap Work, Dave Roos menyebutkan bahwa kesenjangan antar generasi terbentuk ketika dua kelompok usia mulai melihat dunia dari perspektif yang sangat berbeda. Generasi-generasi yang berbeda tidak hanya memiliki cara pandang terhadap dunia sendiri-sendiri, tapi juga bagaimana cara bekerja dan metode dalam berkomunikasi. Generasi tradisional/veteran sangat menghargai komunikasi via telepon atau komunikasi langsung dengan tatap muka, sedangkan generasi Y atau millenial cenderung hanya merespon apapun kecuali lewat teks atau email. Masing-masing generasi memiliki perbedaan dan keunikannya masing-masing. Demikian juga sisi positif dan negatif masing-masing generasi pun memilikinya.
13
A & O 1/Des17