The Sparks Magazine 1st Edition, 2014 | Page 9

Apa yang bisa kita buat? Bapa Suci memberikan pesan supaya kita tidak menyisakan makanan –termasuk air- dan membuangnya. Sangat sederhana, tetapi penuh makna. Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa mencanangkan peringatan Hari Pangan Sedunia jatuh pada setiap 16 Oktober. Seruan Paus di atas diangkat oleh Bapak Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo, Pr, dalam Surat Gembala Hari Pangan Sedunia 2013. Tetapi mengapa seruan Paus dionyokkan ke hadapan kita saat ini? Seolah-olah kita harus menanggung dosa para perampok? Manakah relevansinya? Di sekitar kita masih banyak orang lapar, bahkan kelaparan. Organisasi Pangan dan Pertaniaan PBB mencatat satu dari tujuh orang di dunia ini kekurangan makan. Anehnya 1,3 milyar ton makanan dibuang setiap tahun. Di Indonesia sekarang ini satu dari sepuluh orang, berarti ada sekitar 24 juta orang, mengalami kelaparan. Inilah yang mengusik hati nurani kita. Selain kolekte hari pangan sedunia sebagai wujud kepedulian dan tanggungjawab kita ikut mengentaskan kemiskinan, kita diingatkan pula untuk mau memikirkan dampak makanan untuk kesehatan kita. Gejala banyaknya penyakit yang diakibatkan oleh salah pilih makanan, sebenarnya menunjukkan kekurang- pedulian kita. Nabi Amos (Am 6:1a,4-7) mengecam keras orang-orang yang hanya memikirkan perutnya sendiri tanpa mempunyai kesadaran akan tanggungjawab sosial. Kisah tentang orang kaya dan Lazarus (Luk 16:19-31) menunjukkan dengan jelas bahwa orang-orang kaya perlu mengasah dan mempertajam hati nurani guna turut memikirkan nasib orang miskin seperti Lazarus. Inilah yang sudah terjadi pada jemaat Kristen Gereja Perdana (Kis 2:41-47), dimana setiap orang menjual harta miliknya dan membagi-bagikan kepada mereka yang tidak punya. Apa yang bisa kita buat? Bapa Suci memberikan pesan supaya kita tidak menyisakan makanan –termasuk air- dan membuangnya. Sangat sederhana, tetapi penuh makna. Selain itu, Paus mengajak kita untuk peduli pada kesehatan sendiri. Godaan untuk menyantap makanan enak meski kurang sehat datang bertubi-tubi. Marilah kita memilih makanan sehat dan menyelamatkan bumi. (* disarikan dari Surat Gembala HPS 2013 Mgr. Ignatius Suharyo, Pr). 9