Apa yang bisa kita
buat? Bapa Suci
memberikan pesan
supaya kita tidak
menyisakan makanan –termasuk
air- dan membuangnya. Sangat
sederhana, tetapi
penuh makna.
Organisasi Pangan dan Pertanian
Perserikatan Bangsa-Bangsa mencanangkan
peringatan Hari Pangan Sedunia jatuh pada
setiap 16 Oktober. Seruan Paus di atas
diangkat oleh Bapak Uskup Keuskupan Agung
Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo, Pr, dalam Surat
Gembala Hari Pangan Sedunia 2013.
Tetapi mengapa seruan Paus dionyokkan ke
hadapan kita saat ini? Seolah-olah kita harus
menanggung dosa para perampok? Manakah
relevansinya?
Di sekitar kita masih banyak orang lapar,
bahkan kelaparan. Organisasi Pangan dan
Pertaniaan PBB mencatat satu dari tujuh orang
di dunia ini kekurangan makan. Anehnya 1,3
milyar ton makanan dibuang setiap tahun. Di
Indonesia sekarang ini satu dari sepuluh orang,
berarti ada sekitar 24 juta orang, mengalami
kelaparan.
Inilah yang mengusik hati nurani kita. Selain
kolekte hari pangan sedunia sebagai wujud
kepedulian dan tanggungjawab kita ikut
mengentaskan kemiskinan, kita diingatkan
pula untuk mau memikirkan dampak makanan
untuk kesehatan kita. Gejala banyaknya
penyakit yang diakibatkan oleh salah pilih
makanan, sebenarnya menunjukkan kekurang-
pedulian kita.
Nabi Amos (Am 6:1a,4-7) mengecam keras
orang-orang yang hanya memikirkan perutnya
sendiri tanpa mempunyai kesadaran akan
tanggungjawab sosial. Kisah tentang orang
kaya dan Lazarus (Luk 16:19-31) menunjukkan
dengan jelas bahwa orang-orang kaya perlu
mengasah dan mempertajam hati nurani guna
turut memikirkan nasib orang miskin seperti
Lazarus. Inilah yang sudah terjadi pada jemaat
Kristen Gereja Perdana (Kis 2:41-47), dimana
setiap orang menjual harta miliknya dan
membagi-bagikan kepada mereka yang tidak
punya.
Apa yang bisa kita buat? Bapa Suci
memberikan pesan supaya kita tidak
menyisakan makanan –termasuk air- dan
membuangnya. Sangat sederhana, tetapi
penuh makna. Selain itu, Paus mengajak kita
untuk peduli pada kesehatan sendiri. Godaan
untuk menyantap makanan enak meski
kurang sehat datang bertubi-tubi. Marilah kita
memilih makanan sehat dan menyelamatkan
bumi.
(* disarikan dari Surat Gembala HPS 2013
Mgr. Ignatius Suharyo, Pr).
9