I n f r a st r u k t u r
Foto : Purwantoro
84
berdampingan dengan Jembatan
Ampera yang selama ini menjadi
ikon dari Kota Palembang. Jalur yang
akan berdampingan tersebut berada
antara Stasiun Ampera dan Stasiun
Polresta, tepatnya diantara kilometer
16 dan kilometer 17.
Gubernur Sumatera Selatan
Alex Noerdin mengatakan, koridor
pertama yakni dari bandara menuju
Masjid Agung, sementara koridor
kedua dari Masjid Agung menuju
Kompleks Olahraga Jakabaring.
Ia menerangkan, Pemprov Sumsel
telah mengajukan LRT tersebut
nantinya akan memiliki 14 tempat
pemberhentian (stasiun) dari bandara
hingga ke Jakabaring (tempat
keberadaan Kompleks Olahraga
Jakabaring) dengan menelan dana
Rp7 triliun.
“Biaya hingga Rp 7 triliun itu
dengan asumsi biaya sebesar Rp 300
miliar untuk per 1 kilometer-nya,
yakni mencakup rel, kereta, serta
subsidi tiket,” kata dia.
Walaupun pembangunan mega
proyek Light Rail Transit (LRT) dari
bandara SMB II hingga Jakabaring
belum dilakukan groundbreaking
secara resmi, namun pengerjaan
pembangunan ini terus berjalan.
Rencana awal ground breaking
pembangunan LRT ini akan
dilaksanakan pada Desember 2015
lalu, namun hingga awal Januari
2016 pelaksanaan ground breaking
pembangunan LRT tersebut belum
terlaksanakan yang rencananya
pembangunan LRT ini akan diresmikan
oleh Presiden RI Joko Widodo.
Alex Noerdin mengatakan
walaupun hingga kini belum
dilakukan ground breaking namun
pembangunan masih tetap berjalan.
“Pak Jokowi sangat memuji
pembangunan LRT di Palembang
yang sangat cepat ,” ungkap dia.
Terkait pelaksanaan
groundbreaking LRT, kata dia,
akan dihadiri dan diresmikan
Presiden Joko Widodo. Namun ia
belum mengetahui jelas jadwal
groundbreakingnya, sebab masih
disesuaikan dengan jadwal Presiden.
Alex memastikan sebelum Asian
Games 2018, pembangunan LRT ini
akan selesai tepatnya 1 Juni 2018
sudah siap operasional.
“ 1 Januari 2018 secara fisik selesai
dan Januari hingga Juni 2018 itu
akan dilakukan persiapan listriknya,”
ungkap dia.
Pembangunan LRT yang menelan
dana APBN Rp 7,2 Triliun akan segera
mungkin terwujud guna menunjang
Asian Games 2018.
Sementara itu, Kadishubkominfo
Provinsi Sumsel Nasrun Umar
mengatakan pembangunan LRT ini
akan berlangsung secara bersamaan,
setiap zona bekerja dan ada
penanggung jawabnya masingmasing.
“ Kita lakukan serentak, setiap
zona semua bekerja mulai dari zona
satu hingga zona lima,” jelas Nasrun.
Seperti pembangunan yang akan
melintasi sungai Musi saat ini
sedang dalam tahap pengkajian
dan diperkirakan tahun depan akan
segera mulai dibangun. “Waskita
Karya telah menurunkan timnya
untuk kajian di dasar sungai Musi.
Tahun ini sudah mulai bangun cor
di dasar sungai Musi dan langsung
dipasang tiang pancang,” tutur dia.
LRT ini akan memiliki 13 stasiun
dan satu depo sepanjang Bandara
SMB II Palembang hingga ke
Jakabaring. Lanjutnya yakni stasiun
Bandara SMB II, stasiun PDK, stasiun
Dolog, stasiun Telkom, stasiun KM
5, stasiun Simpang Polda, stasiun
Angkatan 45, stasiun Palembang
Square, stasiun Pasar Cinde, stasiun
Jembatan Ampera, stasiun Polresta,
stasiun Jakabaring, stasiun OPI Mall,
dan berakhir di Depo Jakabaring.
Nasrun Umar mengatakan,
optimistis pembangunan LRT
Palembang bisa berjalan lancar
karena tidak ada masalah dengan
pembebasan lahan. Sebab, lahanlahan yang akan dijadikan stasiun
pemberhentian atau jalur LRT sudah
sepenuhnya menjadi milik Pemprov
Sumsel. “Jadi tidak ada istilah pusing
dengan pengadaan lahan,” ujarnya.
Alex mengatakan, LRT yang
merupakan jenis transfortasi modern
ini menjadi kebutuhan mendesak,
mengingat kemacetan arus lalu lintas
kendaraan di Kota Palembang sangat
mengganggu dalam beberapa tahun
terakhir.
Berdasarkan penelitian, ia
memaparkan, kemacetan di
Palembang terbilang luar biasa untuk
beberapa ruas jalan karena rasio
jumlah kendaraan dan kapasitas jalan
sudah mencapai angka dua.
“Melebihi angka satu saja sudah
menimbulkan macet, apalagi saat
ini sudah dua. Artinya, jika tidak ada
intervensi maka pada 2018 bisa macet
total, keluar garasi langsung berhadapan
dengan kemacetan,” kata Alex.
edisi 122 - 2016 | Property&Bank | www.propertynbank.com