Suara Golkar edisi Desember 2013 | Page 55

JAKARTA, SUARA GOLKAR – Begitu dia memilih, dia tak berubah lagi. Cukup di sana saja. Hati nuraninya tidak bisa berbohong dan beralih, di bawah rimbunnya pohon beringin dia mengabdi dan menentukan sikap. Bambang Irawan demikian nama lengkapnya. Biasa dipanggil Pak Kancil. Anda dengan mudah menemukan pria murah senyum ini di kantor DPP atau di acara-acara Partai Golkar di mana para petingginya hadir di sana. Pak Kancil bergabung dengan Partai Golkar sejak awal berdiri. Karena itu, banyak catatan penting dan asam garam perjalanan partai ini disaksikan dan direkamnya. Dia mengabdikan diri untuk Partai Golkar sejak bergabung pada 1964 bersama sang kakak. Sejak masih berkantor di Pejambon, kemudian pindah ke Jl. Majapahit hingga di kantor DPP saat ini di kawasan Slipi, Jakarta Barat. Tak mau beralih hati pada pekerjaan lain. Bukan soal nyaman atau tidak, kata Pak Kancil. Kecintaannya pada Partai Golkar selama hampir setengah abad ini, bukan karena ikutikutan. Juga bukan karena fanatisme buta. Tapi semata-mata karena pertimbangan rasional, sebagaimana sejarah juga telah membuktikannya. “Kenapa memilih Partai Golkar? Kalau bicara dari hati nurani, di mana saja, itu Indonesia kok. Walaupun partainya apa dan seterusnya, itu tetap Indonesia. Umpama agama, Tuhan itu kan satu. Indonesia juga begitu. Walaupun banyak partai tetapi ya tetap satu, Indonesia. Tapi di sinilah (di Golkar) ada karya-kekaryaan. Berkarya untuk bangsa dan negara. Saya sudah sejak awal di sini, kok, kenapa harus pindah-pindah? Bukan soal nyaman, tetapi alangkah indahnya manusia yang memiliki satu pendirian,” kata Pak Kancil menggambarkan alasan kesetiaannya pada Partai Golkar. Menurut dia, yang paling menarik di Partai Golkar adalah rasa kebersamaan. Dari Ketua Umum sampai bawahan serta kader tetap mampu menjaga kekeluargaan dan kebersamaan meskipun sering kali terjadi perbedaan. “Alangkah indahnya jika kebersamaan itu menjadi kebersamaan yang benar-benar bersama dalam organisasi.  Lebih kebersamaan dengan kata lain lebih gotong royong dan lebih erat. Kebersamaan dan rasa memiliki,” katanya. Pak Kancil mengaku, selama di Partai Golkar dia telah melewati dan menyaksikan sembilan kali periode pergantian kepemimpinan. Namun, yan