JAKARTA, SUARA GOLKAR –
Begitu dia memilih, dia tak berubah
lagi. Cukup di sana saja. Hati nuraninya
tidak bisa berbohong dan beralih, di
bawah rimbunnya pohon beringin dia
mengabdi dan menentukan sikap.
Bambang
Irawan
demikian
nama lengkapnya. Biasa dipanggil
Pak Kancil. Anda dengan mudah
menemukan pria murah senyum ini di
kantor DPP atau di acara-acara Partai
Golkar di mana para petingginya hadir
di sana.
Pak Kancil bergabung dengan Partai
Golkar sejak awal berdiri. Karena itu,
banyak catatan penting dan asam
garam perjalanan partai ini disaksikan
dan direkamnya.
Dia mengabdikan diri untuk Partai
Golkar sejak bergabung pada 1964
bersama sang kakak. Sejak masih
berkantor di Pejambon, kemudian
pindah ke Jl. Majapahit hingga di
kantor DPP saat ini di kawasan Slipi,
Jakarta Barat.
Tak mau beralih hati pada pekerjaan
lain. Bukan soal nyaman atau tidak,
kata Pak Kancil. Kecintaannya
pada Partai Golkar selama hampir
setengah abad ini, bukan karena ikutikutan. Juga bukan karena fanatisme
buta. Tapi semata-mata karena
pertimbangan rasional, sebagaimana
sejarah juga telah membuktikannya.
“Kenapa memilih Partai Golkar?
Kalau bicara dari hati nurani, di mana
saja, itu Indonesia kok. Walaupun
partainya apa dan seterusnya, itu tetap
Indonesia. Umpama agama, Tuhan
itu kan satu. Indonesia juga begitu.
Walaupun banyak partai tetapi ya tetap
satu, Indonesia. Tapi di sinilah (di
Golkar) ada karya-kekaryaan. Berkarya
untuk bangsa dan negara. Saya sudah
sejak awal di sini, kok, kenapa harus
pindah-pindah? Bukan soal nyaman,
tetapi alangkah indahnya manusia
yang memiliki satu pendirian,” kata
Pak Kancil menggambarkan alasan
kesetiaannya pada Partai Golkar.
Menurut dia, yang paling menarik
di Partai Golkar adalah rasa
kebersamaan. Dari Ketua Umum
sampai bawahan serta kader tetap
mampu menjaga kekeluargaan dan
kebersamaan meskipun sering kali
terjadi perbedaan.
“Alangkah
indahnya
jika
kebersamaan itu menjadi kebersamaan
yang benar-benar bersama dalam
organisasi. Lebih kebersamaan
dengan kata lain lebih gotong royong
dan lebih erat. Kebersamaan dan rasa
memiliki,” katanya.
Pak Kancil mengaku, selama di
Partai Golkar dia telah melewati dan
menyaksikan sembilan kali periode
pergantian kepemimpinan. Namun,
yan