MEMO
R
Memaknai
Sinyal Rupiah
upiah mengawali 2013 dengan
grogi. Pergerakannya terhadap
dollar Amerika Serikat sepanjang Januari 2013 amat labil.
Kurs tengah Bank Indonesia pada bulan
lalu paling bergejolak, dibandingkan
bulan-bulan sebelumnya, termasuk Januari 2012. Konfirmasi dari pergerakan ini
adalah defisit neraca perdagangan dan
transaksi berjalan yang parah, khususnya
akibat impor bahan bakar minyak (BBM).
Selain faktor-faktor ekonomi lain
seperti kedangkalan instrumen moneter, naiknya impor barang modal dan
bahan baku, serta tren inflasi dunia,
ada lagi fakta baru mencengangkan
yang pantas diduga sebagai pemicu
fluktuasi kurs rupiah menjadi tidak wajar. Yaitu, temuan bukti manipulasi kurs
pialang forex pada pasar Non-deliverable forward (NDF) di Singapura. Pasar
semu itu menjual kontrak mata uang
rupiah, renmimbi, rupee, won, peso
hingga dong.
Ditemukan, ada kolusi antar pialang
untuk menentukan nilai tukar NDF.
Padahal, kurs ini banyak dipakai sebagai pembanding kurs spot, forward
dan swap di dalam negeri. Berita-berita
media ekonomi juga setiap hari mengutip data NDF. Bisa dibayangkan betapa
besar dampak kerugiannya bagi perekonomian Indonesia bila itu terbukti
benar.
Entah kebetulan atau tidak, gejolak
juga sedang memanaskan panggung
PIALANG INDONESIA
politik Tanah Air bulan lalu. Mulai dari
pecahnya Partai Nasdem, munculnya
nama Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso sebagai penerima fee korupsi
pengadaan Alquran, hingga yang paling mence gangkan status tersangka
n
Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq untuk
skandal izin impor daging sapi. Sebelumnya, mega korupsi Hambalang
sudah menyeret Andi Alifian Mallarangeng, mantan Menpora ke kursi pesakitan.
Sebagaimana sejarah mengajarkan,
dalam situasi bergejolak, satu persatu masalah akan muncul. Itu terjadi
dimanapun, termasuk di negeri ini.
Pergerakan kurs rupiah sebagai indikator paling awal—tentu bila tidak ada
manipulasi di dalamnya—amat penting untuk meraba dan memproyeksi
masa depan. Kemampuan kurs rupiah
melakukan itu telah didemonstrasikan
dengan baik pada masa awal krisis
1997. Kekisruhan moneter pada waktu
itu adalah sinyal bagi periode krisis ekonomi dan revolusi politik Indonesia.
Hanya saja penting untuk percaya
bahwa fundamental Indonesia baik ekonomi maupun politik jauh lebih baik dari
dari masa-masa krisis 1997 dan bahkan
krisis 2008. Yang perlu mendapat perhatian adalah rupiah telah memberikan
sinyal akan terjadi sesuatu. Semoga
saja saya dan Anda tidak salah mengartikan apalagi mengabaikan.
muhammad ma’ruf
4
EDISI 6 FEBRUARI 2013