Pialang edisi 6 februari 2013 | Page 4

MEMO R Memaknai Sinyal Rupiah upiah mengawali 2013 dengan grogi. Pergerakannya terhadap dollar Amerika Serikat sepanjang Januari 2013 amat labil. Kurs tengah Bank Indonesia pada bulan lalu paling bergejolak, dibandingkan bulan-bulan sebelumnya, termasuk Januari 2012. Konfirmasi dari pergerakan ini adalah defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan yang parah, khususnya akibat impor bahan bakar minyak (BBM). Selain faktor-faktor ekonomi lain seperti kedangkalan instrumen moneter, naiknya impor barang modal dan bahan baku, serta tren inflasi dunia, ada lagi fakta baru mencengangkan yang pantas diduga sebagai pemicu fluktuasi kurs rupiah menjadi tidak wajar. Yaitu, temuan bukti manipulasi kurs pialang forex pada pasar Non-deliverable forward (NDF) di Singapura. Pasar semu itu menjual kontrak mata uang rupiah, renmimbi, rupee, won, peso hingga dong. Ditemukan, ada kolusi antar pialang untuk menentukan nilai tukar NDF. Padahal, kurs ini banyak dipakai sebagai pembanding kurs spot, forward dan swap di dalam negeri. Berita-berita media ekonomi juga setiap hari mengutip data NDF. Bisa dibayangkan betapa besar dampak kerugiannya bagi perekonomian Indonesia bila itu terbukti benar. Entah kebetulan atau tidak, gejolak juga sedang memanaskan panggung PIALANG INDONESIA politik Tanah Air bulan lalu. Mulai dari pecahnya Partai Nasdem, munculnya nama Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso sebagai penerima fee korupsi pengadaan Alquran, hingga yang paling mence­ gangkan status tersangka n Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq untuk skandal izin impor daging sapi. Sebelumnya, mega korupsi Hambalang sudah menyeret Andi Alifian Mallarangeng, mantan Menpora ke kursi pesakitan. Sebagaimana sejarah mengajarkan, dalam situasi bergejolak, satu persatu masalah akan muncul. Itu terjadi dimanapun, termasuk di negeri ini. Pergerakan kurs rupiah sebagai indikator paling awal—tentu bila tidak ada manipulasi di dalamnya—amat penting untuk meraba dan memproyeksi masa depan. Kemampuan kurs rupiah melakukan itu telah didemonstrasikan dengan baik pada masa awal krisis 1997. Kekisruhan moneter pada waktu itu adalah sinyal bagi periode krisis ekonomi dan revolusi politik Indonesia. Hanya saja penting untuk percaya bahwa fundamental Indonesia baik ekonomi maupun politik jauh lebih baik dari dari masa-masa krisis 1997 dan bahkan krisis 2008. Yang perlu mendapat perhatian adalah rupiah telah memberikan sinyal akan terjadi sesuatu. Semoga saja saya dan Anda tidak salah mengartikan apalagi mengabaikan. muhammad ma’ruf 4 EDISI 6 FEBRUARI 2013