AGENDA
BUSINESS UPDATE
Banjir Tekan
Transaksi Perdagangan
B
anjir besar yang melanda ibu kota rupanya
ikut berdampak pada
kelesuan
transaksi
saham. Ketika banjir besar melanda pada 16 Januari lalu, rata-rata transaksi satu sesi sekitar Rp2,5 triliun. Banjir yang
menggenangi mayoritas daerah
Jakarta juga membuat tiga seku-
ritas tidak aktif.
“Kantor mati listrik dan banjir, beberapa karyawannya juga
tidak bisa masuk kerja dan sebagainya,” ujar Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota
BEI, Samsul Hidayat di Jakarta
(16/1)
Samsul mengatakan pihak BEI
pada waktu itu terus melakukan
emiten peternakan ayam yang belakangan kinerjanya mulai membaik. Kuartal III 2012 lalu, CPWD
sudah mampu mencatatkan laba bersih Rp1 miliar,
setelah merugi sejak 2009. Selain memantau keduanya, BEI kini tengah memproses delisting Amstelco Indonesia Tbk (INCF) yang rencananya akan
dilakukan pada 19 Februari 2013. Selain ketiga
emiten di atas, Hoesen mengungkapkan ada empat
emiten lain yang diberikan batas waktu sampai akhir Juni 2013 untuk memperbaiki kinerja usahanya.
Keempatnya adalah Central Proteinaprima Tbk
(CPRO), Siwani Makmur Tbk (SIMA), Panca Wiratama Sakti Tbk (PWSI), dan Berlian Laju Tanker
Tbk (BLTA). “Kami sebenarnya memberikan waktu
24 bulan kepada setiap emiten untuk melakukan restrukturisasi. Tapi, jika lebih lama, sahamnya jangan terdaftar di BEI,” tuturnya.
Satu Emiten Delisting,
Dua Tunggu Sampai Maret
BURSA Efek Indonesia (BEI) memberikan tenggat waktu restrukturisasi kepada dua emiten paling lama bulan Maret mendatang. Keduanya adalah
Panasia Filament Inti Tbk (PAFI) dan Indo Setu
Bara Resources Tbk (CPDW) yang terancam delisting paksa karena terus menerus berkinerja buruk.
“Kami terus pantau dan kami menunggu konfirmasi
dari mereka, jika ada perkembangan maka akan
kami datangi,” kata Direktur Penilaian Perusahaan
BEI, Hoesen (25/1).
PAFI adalah emiten tekstil yang terus menerus
merugi sejak tahun 2006. Sementaar CPDW adalah
PIALANG INDONESIA
koordinasi dengan anggota bursa
(AB). Jika ada pemberitahuan
keadaan darurat dari pemerintah, otoritas bisa saja menghentikan perdagangan.
Terkait bencana ini, Samsul
mengatakan sistem “back up
plan” perdagangan sudah berjalan secara otomatis sehingga tidak perlu ada kekhawatiran.
12
EDISI 6 FEBRUARI 2013