TOP STORY
Agus Dermawan
Wintarto
Martowardojo
Dahlan Iskan
Menteri
Kementerian Negara Badan Usaha
Milik Negara
Gubernur
Bank Indonesia
Gayanya meledak-ledak, spontan
seperti ketika masih menjadi wartawan.
Penampilannya sederhana dengan
baju putih, celana bahan dan sepatu
kets sehingga kerap kali tampak
lebih kumal dibanding jajaran direksi
BUMN yang diawasinya. Dia membawai 142 perusahaan pelat
merah dengan nilai aset
sekitar Rp 3.500 triliun, atau
hampir setara dengan nilai
pendapatan dan belanja
negara. Di bursa ada 20
emiten BUMN dengan kapitalisasi pasar saat ini sekitar
Rp1.110 triliun atau setara 25
persen kapitalisasi pasar
saham Indonesia, sehingga
dalam setiap kebijakannya
yang diterjemahkan direksi
BUMN, selalu berpotensi
menggoyang pasar.
Posisinya selalu dianggap unik baik
ketika menjadi Menkeu dan kemudian
Gubernur BI. Dia bukanlah ekonom
melainkan praktisi dari perbankan,
sehingga seolah-olah menyalahi tradisi.
Namun gebrakannya membuat dua
lembaga itu tampak lebih dinamis, seperti misalnya kengototannya membeli
saham 7 persen divestasi Newmont
Nusa Tenggara, dan menolak swasta
membiayai studi kelayakan Jembatan
Selat Sunda. Di BI, baru saja menjabat
dua bulan dia sudah menaikkan BI rate
sebanyak dua kali, suatu tren yang
berkebalikan dari pendahulunya. Januari mendatang, dia akan kehilangan
hak pengawasan terhadap perbankan,
setelah sebelumnya di Depkeu
kehilangan pengawasan Pasar Modal
yang diserahkan kepada OJK.
Hasan Fawzi
Ahmad Fuad
Rahmany
Dirut
Kliring Penjaminan Efek
Indonesia.
DiRjen Pajak
Kementerian Keuangan
Sejak awal karirnya dibangun dilingkungan SRO, dan
sebelum menjabat dirut KPEI
dirinya adalah direktur di Penilaian Harga
Efek Indonesia, salah satu anak usaha
BEI. Di bawah kendalinya, proses kliring
dari transaksi perdagangan pasar modal
dipertaruhkan. Diawal kepemimpinannya, pada tahun 2012 efisiensi rata-rata
penyelesaian harian transaksi bursa,
mencapai 57,80 persen dari sisi volume
dan 64,69 persen dari sisi nilai. Sejumlah
fitur baru untuk menjamin keamanan
bertransaksi juga dirilis seiring dengan
pembangunan infrastruktur di bursa.
Dia tidak lagi berkecimpung di
pasar, namun sulit untuk menghapuskan peran besarnya ikut andil
menyelamatkan pasar dari tsunami
finansial dunia di 2008. Banyak
gagasannya sejak menjadi Ketua
Bapepam LK antara 2006-2011
untuk membereskan berbagai
kekacauan regulasi di pasar modal,
dan menata kembali aturan main di
pasar. Belakangan, setelah menjadi
Ditjen Pajak, dia kembali bersinggungan dengan pasar meskipun kini
sepertinya berpindah peran sebagai
tokoh antagonis dengan idenya
memberlakukan pajak kekayaan
bagi pemilik saham.
PIALANG INDONESIA
14
EDISI 12 AGUSTUS 2013