Maestro
menyurutkan semangatnya.
Atas semangat itu, Al Munawar bisa menyelesaikan pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. Dia bahkan sudah mulai mengajar sejak belum lulus, dan langsung diangkat menjadi dosen ketika dinyatakan lulus. Sejak itu, dia mengajar di Jurusan Budidaya Perairan, Universitas Diponegoro Semarang.
Beberapa tahun menjalani profesi sebagai dosen, diiringi dengan berbagai aktivitas lain di‘ lapangan’, Al Munawar akhirnya memutuskan untuk pensiun muda. Pada 2002, tepatnya ketika dia berusia 42 tahun, keputusan tersebut ditetapkan atas berbagai pertimbangan matang.
“ Waktu itu, saya memenuhi tuntutan hak dan kewajiban. Artinya begini, saya tidak bisa tekun di kantor, banyak hal yang menjadi tanggung jawab saya di‘ lapangan’. Kalau saya di kantor terus, maka yang di‘ lapangan’ bisa berantakan.” Demikian Al Munawar mengungkapkan alasan pensiun muda. Bukan karena tidak menyukai dunia akademisi, bukan pula karena prestasinya buruk— dalam kariernya sebagai dosen, pria kelahiran Jepara( tepatnya di
Karimunjawa), 25 September 1960 itu bahkan pernah menjadi dosen teladan nasional tahun 1989— tetapi karena ada tanggung jawab lain yang memerlukannya.
Sebelumnya, Al Munawar memang memiliki banyak aktivitas pengabdian masyarakat. Ketika masih menjadi mahasiswa, suami Ir. Dewi Hadiyani, M. Kes. itu bahkan pernah menjadi Pemuda Pelopor Tingkat Nasional di Bidang Bahari. Saat itu dia merancang Kepulauan Karimunjawa sebagai taman nasional.
Saat ini, dalam usia senjanya, Al Munawar masih menjalani hari-hari dengan segudang aktivitas. Dia menjadi sekretaris Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia( IPHI) pengurus daerah Surakarta, wakil ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama( PCNU) Surakarta, dan lain-lain. Masing-masing, memiliki banyak kegiatan.
Namun demikian, Al Munawar dapat menjalaninya dengan baik. Tak ada masalah serius yang mengganggu kesehatan. Menurutnya, setiap penyakit datang dari pikiran dan hati, maka dia selalu berusaha menjaga ketenangan pikiran dan
34 | | September 2018 | Edisi 135