Media Informasi Kemaritiman Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013 | Page 13

Ketegangan antara RRC dengan Jepang akhirakhir ini, bukan semata-mata disebabkan oleh masalah perbatasan dan perdagangan. Akan tetapi, jauh sebelumnya pihak militer RRC selalu menempatkan Jepang sebagai negara yang harus diserang dan dilumpuhkan terlebih dahulu, jika terjadi konflik antara RRC dengan Amerika Serikat. Peluang terjadinya perang antara RRC dengan Amerika Serikat memang sangat kecil. Dua negara besar tersebut memiliki persenjataan nuklir dan rudal-rudal antar benua yang dapat meluluhlantakan seluruh isi dunia. Akan tetapi konflik antara RRC dengan Jepang dapat terjadi disaat Jepang memulai pembangunan industri pertahanannya. Sementara itu, di belahan Eropa juga tidak lebih baik kondisinya dibandingkan Amerika. Penyadapan telepon Kanselir Jerman oleh intelijen Amerika Serikat mengakibatkan buruknya hubungan diplomasi dua negara. Beberapa kali latihan Angkatan Laut RRC yang digelar akhir-akhir ini seakan-akan berpesan kepada Jepang, bahwa China siap melakukan aneksasi ke Jepang. Beberapa minggu lalu, RRC menerbangkan “unmanned drone” memasuki wilayah udara Jepang yang memancing pesawat-pesawat tempur Pasukan Bela Diri Jepang untuk melumpuhkan “benda” tersebut. Provokasi yang dilakukan oleh RRC mengundang reaksi keras PM Jepang, Shinzo Abe. Sementara, pihak RRC memandang, bahwa pernyataan Abe dan aksi menembak unmanned drone sebagai tindakan provokasi Jepang. ”Apakah RRC dan Jepang akan saling berperang?” Dispute antara RRC dengan Jepang bukan sematamata masalah claim kepemilikan Kepulauan Senkaku (Jepang) atau Diaoyu (China) serta Kepulauan Spratly dan Paracel. Namun demikian lebih dikarenakan oleh sejarah dan karakter yang sejak awal memisahkan mereka. Kepentingan perdagangan dan ekspansi ekonomi dua bangsa tersebut memang mudah menyulut ketegangan. RRC tengah membangun kekuatan maritimnya dan bertekad untuk menjadi nomor satu di sektor perdagangan laut. Sementara itu, bangsa Jepang sudah lebih dahulu akrab memanfaatkan laut dibandingkan China. Kemungkinan terjadinya perang dalam artian penggunaan kekuatan militer secara terbuka antara dua negara tersebut, sangatlah kecil. Akan tetapi, bentuk monopoli baru aliansi tiga negara, yakni RRC, Jepang dan Korsel sangat mungkin terbentuk. Belajar dari cara-cara barat melakukan monopoli perdagangan dengan model pasar bebas, a turan fiskal, standarisasi dan berbagai pembatasan membuahkan ketidakpuasan bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. RRC, Jepang dan Korsel yang kelak akan banyak “mengatur” perdagangan laut seyogianya menyadari, bahwa penggunaan dan fungsi-fungsi laut adalah warisan bersama umat manusia (common heritage of mankind). Melemahnya superioritas Barat, khususnya Amerika Serikat di laut dan hadirnya pemain baru yakni RRC dan Korsel berdampak terhadap ukuran-ukuran internasionalisasi yang selama ini dikendalikan oleh Barat. Kegagalan sistem fiskal global yang selama ini diatur secara sepihak dan berujung pada runtuhnya kekuatan ekonomi Barat adalah peluang bagi bangsa Indonesia untuk membangun kemampuan maritim. Di tengah-tengah persaingan perdagangan laut antara RRC, Jepang dan Korsel akan hadir aktor-aktor bukan negara (non-state actors) yang memanfaatkan laut untuk kepentingan sepihak. Kehadiran aktor-aktor bukan negara (non-state actors) dapat dipastikan akan mengganggu bahkan mengancam keamanan dan keselamatan pengunaan laut itu sendiri. Disinilah pentingnya peranan TNI Angkatan Laut sebagai penjaga keamanan dan keselamatan penggunaan laut wilayah nasional Indonesia maupun kawasan Asia Tenggara. Lebih dari itu, pengalaman sejarah membuktikan bahwa TNI Angkatan Laut adalah kekuatan diplomasi yang dapat membawa pesan perdamaian bangsa Indonesia ke seluruh dunia. Menyongsong era persaingan di laut yang kelak akan dikendalikan oleh tiga negara, yakni RRC, Jepang dan Korsel, Indonesia dapat mengirimkan misi-misi diplomasi TNI Angkatan Laut untuk “mendinginkan” mereka. Misi diplomasi ini bertujuan untuk mewujudkan terjaminnya penggunaan laut demi kepentingan seluruh umat manusia. Tugas mulia tersebut merupakan introduksi bagi TNI Angkatan Laut yang ingin mewujudkan “A world class navy” dengan misi pertama mengamankan dunia. Let’s join the navy to save the world. ©as.cakrawala Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013 13