Media BPP Juni 2016 Vol 1 No 2 | Page 36

AKTIVITAS

FGD BAHAS KINERJA BUMD

JAKARTA- Otonomi daerah yang sudah berjalan seperempat abad lebih, belum juga membawa dampak positif untuk meningkatkan kesejahteraan daerah. Pertumbuhan ekonomi masih jauh dari harapan. Keberadaan BUMD sebagai salah satu strategi pemerintah daerah dalam aspek ekonomi juga belum berperan maksimal.
Dalam FGD( Focus Group Discussion) yang diselenggarakan oleh Pusat Litbang Pembangunan dan Keuangan Daerah 18 / 3 yang lalu dengan tema ' Memaksimalkan Kinerja BUMD.' Guru Besar IPDN Muchlis Hamdi mengatakan masih banyaknya permasalahanpermasalahan yang melekat pada BUMD, salah satunya manajemen pengelolaan yang kurang baik.
“ Contoh kecil, misalnya, kepala daerah sering menempatkan pengawas atau komisaris pada BUMD yang tidak memunyai latar belakang bisnis karena unsur politis. Sehingga para pengawas tidak melaksanakan sesuai tupoksinya.” ujar Muchlis.
Begitu juga dengan M. Ikhsan pakar pemerintahan, ia mengatakan, BUMD di Indonesia beroperasi di bawah kondisi yang sangat tidak efisien.
“ Contohnya PDAM yang ada di daerah, masih terdapat kebocoran, kadang kala terjadi pemborosan dana di sana-sini karena para pengelolanya tidak memiliki keahlian yang cukup. BUMD juga terkesan jalan di tempat," papar M. Ikhsan.
Berdasarkan data kompilasi statistik perbankan di Indonesia, terdapat 1.007 buah BUMD di Indonesia dengan kontribusi laba senilai 10.372 triliun rupiah, 71 triliun rupiah dihasilkan dari Perbankan Umum yang hanya berjumlah paling minim yaitu 26 Buah. Sementara PDAM dengan jumlah sebanyak 388 hanya mengahasilkan 585, 27 juta.
Badan Pemeriksa Keuangan( BPK) juga menemukan beberapa masalah pengelolaan BUMD tersebut di antaranya, Pengelolaan BUMD masih belum optimal, baik dari aspek keuangan maupun kinerja, kerja sama pada PDAM belum sepenuhnya memerhatikan kepentingan PDAM, serta pengembangan PD Pasar belum didukung regulasi dan komitmen yang kuat dari pemda. Untuk itu diperlukan strategi yang tepat untuk memaksimalkan kinerja BUMD.( MSR)
dikonsumsi
oleh
khalayak
umum.
“ Selama ini sudah banyak hasil riset yang tidak terpublikasi, kita juga bertanya-tanya apakah sudah sampai ke masyarakat atau belum, kita bandingkan dengan LIPI, hasil penelitian mereka menonjol karena diekspos melalui media,” ucap Jonggi.
Mardiah Chamim, Direktur eksekutif Tempo Institute juga mengatakan, para peneliti memunyai informasi dan data yang cukup untuk disampaikan kepada masyarakat di tengah informasi yang membanjiri publik selama ini. Data menyebutkan, terdapat 110.000 berita per-hari dari berbagai media elektronik, rata-rata satu berita muncul dalam waktu satu detik. Selain itu tingkat akurasi data dari ribuan informasi tersebut kadang kala diragukan.
Masalah kepenulisan
Dalam acara terbatas yang diikuti oleh para peneliti tersebut juga membahas masalah-masalah yang sering ditemukan dalam jurnalistik, khususnya penulisan opini dan feature. Mardiah menambahkan, salah satu masalah utama kepenulisan adalah keterbatasan penulis mengembangkan ide dan substansi tulisan yang belum spesifik.
“ Masalah penulis pemula atau peneliti bukan dari cara mengembangkan ide, tetapi tulisan biasanya lebih luas, dan
angle tulisan juga harus lebih spesifik,” kata Mardiah.
Masalah lainnya adalah kemampuan penulis dalam menyajikan ide dalam bentuk kalimat sederhana. Menurut Mardiah, langkah penting meningkatkan kualitas tulisan adalah dengan memangkas kata-kata yang tidak perlu.
Dalam menulis opini, peneliti juga harus membedakan bahasa penyampaian pada karya tulis ilmiah murni yang ditampilkan dalam bahasa baku dan sangat terikat dengan kaidah bahasa Indonesia resmi. Sementara ilmiah populer atau opini harus ditampilkan dengan bahasa yang lebih luwes, serta dapat dipahami masyarakat umum. Selain itu, biasanya membahas permasalahan yang sedang hangat diperbincangkan di masyarakat.
Acara tersebut tidak hanya berisi penyampaian teori dari para narasumber, tetapi juga diisi dengan praktik menulis opini dari para peserta workshop. Di hari ketiga acara ditutup dengan pemberian penghargaan untuk para peserta terbaik.( MSR)
VOLUME 1 NO. 2 | JUNI 2016 19