Media BPP Juni 2016 Vol 1 No 2 | Page 20

LAPORAN UTAMA
219 mengamanatkan untuk segera membentuk BPP berdasarkan tipe A, B, dan C, yang penilaiannya berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk, dan perda yang dihasilkan, bukan dari program apa saja yang sudah terbentuk.
Sebagai pemimpin di sana, tentu rasa khawatir menyelimuti Arbaini dan personilnya.“ Kalau misalnya berdasarkan jumlah perda yang masih berlaku, saya rasa semua BPP Daerah akan menjadi tipe C semua, tidak hanya Riau. Karena urusan Perda itu sebenarnya menjadi urusan DPR dan pemerintah daerah, kami hanya menyumbang naskah akademik berdasarkan riset,” tegasnya.
Arbaini mengaku, pasal tersebut semestinya mempertimbangkan soal kualitas kerja yang selama ini BPP Daerah lakukan. Mengingat pihaknya juga sedang fokus dengan STP yang menjadi program andalannya.“ Kalau ini jadi tipe C, maka saya tidak tahu lagi bagaimana nasib STP, karena pasti anggarannya juga berbeda, personil( kepala bagian-red) dipersempit,” katanya sambil khawatir.
Pemanfaatan ekosistem air rawa, untuk perkembangbiakan ikan lele.
Belum lagi, permasalahan kurangnya terjalin komunikasi dan koordinasi antara pemerintah daerah setempat dengan BPP Riau. Seperti menjalankan program kerja penelitian, terkadang Gubernur Riau tidak memiliki kesamaan visi dan misi dengan apa yang sudah dirancang BPP Riau.
Menurut Ibrahim Suriawan, Kepala Bidang Iptek BPP Riau, pihaknya merasa serba salah.“ Jadi kami seperti memegang bola panas, gubernur meminta penelitian A, sementara kami punya program B, sehingga tidak ada kepakaran yang mumpuni. Yah persis membawa bola panas, mau dipegang kepanasan, tidak dipegang nanti tidak sampai programnya ke masyarakat,” keluhnya.
Bengkalis, dan Indragiri. Sagu tersebut mereka kelola menjadi aneka bahan makanan lainnya, bahkan Arbaini berencana menjadikan sagu sebagai pengganti makanan pokok penduduk Riau.“ Sejauh ini sudah ada mie sagu, tepung sagu, dan kue sagu. Namun sayangnya untuk kue sagu dan gula sagu belum menjadi industri,” paparnya.
Terakhir, mereka juga fokus pada buah nanas. Aneka nanas ditanam penduduk Riau di pinggir jalan. Rupanya nanas memang mudah tumbuh dekat area kelapa sawit. Berbagai ukuran nanas, mulai dari nanas madu, nanas yang besar, kecil ada semuanya di Riau.“ Bahkan kami memasok nanas ke Jakarta,” imbuhnya.
Bola panas BPP Riau
Mimpi indah untuk membangun maju STP Puribangtek tidak akan terjadi, jika penetapan status BPP Provinsi Riau berubah menjadi Badan bertipe C. Nasib STP Puribangtek dan berbagai program unggulan BPP Riau bergantung pada penetapan penilaian klasifikasi BPP bertipe A, B, atau C yang dituangkan dalam aturan baru.
Pria yang suka memakai gamis dengan peci itu mencontohkan, seperti permintaan gubernur untuk melaksanakan program penelitian kebakaran gambut yang sempat menimbulkan asap dan bencana Riau. Di BPP, tidak ada kepakaran di bidang gambut.“ Untuk itu kami bekerja sama dengan pihak lain,” terangnya dalam perbincangan kami dengan tujuh peneliti lainnya di Ruang Kepala Badan.
Kekurangan personil tersebut itu juga yang akhirnya membuat penelitian STP mangkrak begitu saja, terakhir kami mengunjungi kondisinya sangat memprihatinkan. Alat-alat penunjang penelitian terbengkalai, dipenuhi sarang laba-laba, produk-produk yang dihasilkan hanya berupa pajangan yang disimpan dalam lemari kaca dan dibiarkan kadaluarsa begitu saja.“ Inilah sayang sekali, kami kekurangan SDM dan juga dana. Makanya STP hanya hidup jika ada kegiatan saja,” sesal Ibrahim.( IFR)
Aturan tersebut diamanatkan dalam UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Pasal 209 dan
VOLUME 1 NO. 2 | JUNI 2016 11